NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Ranitha pulang ke rumah saat maghrib menjelang. Tubuhnya sudah cukup remuk akibat permainan gila sahabatnya.
Dan bodohnya dalam sehari dia ludes setengah juta untuk mentraktir teman - temannya yang mengaku sedang kere itu.
Ranitha baru saja selesai melaksanakan shalat maghrib saat sebuah telepon masuk menganggunya yang hendak turun untuk membantu Rastia menyiapkan makan malam.
Helaan nafasnya terdengar kala melihat nama sang penelepon. Fathur.
Lelaki itu baru mengingatnya? Ya Allah, baru saja Ranitha melupakan masalah yang bisa disebut sepele oleh lelaki itu.Tapi kenapa rasanya sakit sekali ya? Bukannya mengeluh karena melakukan hubungan dengan orang super sibuk ini, tapi.. ah sudahlah.
'Hallo assalamu'alaikum.'
'Wa'alaikumsalam Ranitha. Kamu ada dimana sekarang?'
'Dirumah mas. Ada apa?'
'Boleh saya ke rumah kamu?'
'Buat apa mas?'
'Untuk menjelaskan kejadian siang tadi.'
'Tidak perlu, mas. Nitha ngerti kok.'
'Tetap saja saya harus menjelaskan. Saya akan ke rumah kamu dan saya lagi dalam perjalanan.'
'Terserah mas aja.'
'Kamu marah sama saya?'
'Mas hati - hati dijalan. Nggak usah ngebut. Nitha tutup teleponnya.'
'Ranitha..yasudah sampai nanti. Assalamu'alaikum.'
'Wa'alaikumsalam.'
Ranitha mematikan sambungan teleponnya lalu meletakkan ponselnya sembarangan.
Setelahnya menutup wajah dan menghirup nafas dalam - dalam. Dia lelah, jujur. Dia tidak mau mendengar penjelasan apapun, tapi dia harus melakukannya agar hubungannya dan Fathur akan baik - baik saja.
Ranitha memakai khimarnya lalu turun kebawah untuk membantu ibunya menyiapkan makan malam.
Beruntung dia tidak terlambat karena Rastia masih menggoreng ikan. Ranitha pun memilih untuk menata makanan di meja makan.
"Mi, mas Fathur mau kesini." Ucap Ranitha sembari menata gelas disamping piring. Rastia yang mendengar tampak senang.
"Oh iya? Bagus dong. Berarti bisa makan malam bersama." Sahut Rastia sembari mencoba kuah sayur bayam yang dibuatnya.
"Nggak tau nyampenya jam berapa tapi." Jawab Ranitha. Rastia pun menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Ranitha.
"Yaudah ini selesaiin dulu. Terus shalat isya baru makan malam. Tata aja dulu buat Fathur." Titah Rastia yang dibalas anggukan patuh oleh Ranitha.
Tak lama adzan isya berkumandang. Ranitha dan Rastia sudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka pun bergegas untuk melaksanakan shalat isya berjamaah.
Setelah selesai, keduanya memilih untuk duduk santai dulu di ruang keluarga sembari membaca Al-Qur'an sembari menunggu Raharja dan Randi. Tapi yang terdengar malah suara deru mobil seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...