NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya mobil yang dikemudikan Fathur sudah terparkir rapi di pinggir jalan.
Keduanya pun turun untuk masuk kedalam warung tenda yang menjual pecel lele tersebut. Suasananya tidak terlalu ramai, tapi bisa cukup dibilang banyak yang mengisinya.
"Loh, mas Fathur kan ya? Sama siapa mas?" Seorang lelaki berpenampilan seperti anak kuliahan tiba - tiba menghampiri Fathur dan Ranitha yang duduk bersebelahan.
Ranitha langsung menundukkan pandangannya saat lelaki itu memandangnya.
"Eh iya. Ini istri saya." Jawab Fathur dengan ramah meskipun ia tidak mengenal siapa lelaki dihadapannya itu. Senyum manis pun tercetak dibibirnya.
"Walahh.. mas Fathur udah menikah? Aduh kok nggak ada pemberitaan sih mas. Cewek diluaran sana pasti pada patah hati loh mas." Ucap lelaki dengan sok akrabnya itu sembari terkekeh. Fathur hanya tersenyum.
"Kan bukan artis papan atas. Jadi untuk apa ada pemberitaan." Sahut Fathur membalas ucapan lelaki itu dengan santai dan disertai kekehan kecil. Lelaki itu pun terdiam, lalu tersenyum kikuk.
"Hehehe, iya juga ya. Yaudah mas. Saya pamit dulu ya." Fathur tersenyum lagi lalu mengangguk, membiarkan lelaki itu meninggalkannya dan Ranitha yang kini mulai mendongak.
"Kenapa hm?" tanya Fathur sembari mengenggam tangan Ranitha dengan lembut.
Ranitha menggelengkan kepalanya. Pasalnya tadi pun banyak yang memperhatikan mereka dan Ranitha sempat melihat ada yang mengabadikan foto tentang dirinya dan Fathur.
"Kalau risih kalau ragu, jangan lupa istighfar dan minta perlindungan sama Allah ya. Dan inget mas aja supaya kamu tenang." Bisik Fathur di telinga Ranitha. Lalu mengecup sekilas pipi Ranitha. Ranitha merona.
"Iya mas. Tapi jangan dicium juga. Malu diliatin." Balas Ranitha ikut berbisik. Fathur tertawa kecil bertepatan dengan pesanan mereka yang sudah datang.
"Romantis sama istri didepan umum itu dapet pahala loh." Jawab Fathur enteng. Ranitha hanya menghela nafasnya lalu mengangguk sembari tersenyum.
"Ranitha?" Siapa lagi? Siapa yang harus menganggu kemesraan Fathur dan Ranitha? Huft.
Ranitha dan Fathur kompak mendongak. Ranitha menegang saat melihat Fadel, lelaki berkacamata itu datang bersama Hani dan duduk dihadapan keduanya.
"Eh mas Fathur, apa kabar?" tanya Hani sok akrab sembari tersenyum bodoh. Lalu menatap Ranitha yang menatapnya meminta penjelasan.
"Alhamdulillah baik. Kamu sahabatnya Ranitha ya?" Hani langsung mengangguk semangat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Fathur.
"Kenapa bisa sama mas Fathur ini Ran? Kalian sodaraan?" tanya Fadel pada Ranitha tanpa menghiraukan Ranitha yang berusaha untuk mengatur degup jantungnya. Bukan karena rasa suka pada Fariel, tapi karena dia takut Fathur marah.
"Bukan, Del. Mas Fathur suami aku. Mas, ini Fadel. Sahabatnya Hani." Jawab Ranitha sembari menjelaskan pada Fathur dan Fadel secara bersamaan. Hani menatap Ranitha dengan cemas. Ada gelengan kecil disana.
"Serius? Kamu nikah sama dia? Kapan? Kok bisa? Kenapa nggak ada pemberitaan yang viral?" tanya Fadel bertubi. Tidak percaya tentang apa yang Ranitha ucapkan barusan.
Ranitha yang sudah lebih dulu mencuci tangannya lalu mengusap wajahnya pelan mendengar pertanyaan Fadel yang terkesan meremehkan bukan? Sedangkan Fathur dan Hani hanya diam melihat aksi keduanya.
"Alhamdulillah, iya. Kami baru menikah kemarin atas izin Allah dan ridho orangtua kami. Kamu paham kan maksudnya? Takdir, Del. Dan masalah pemberitaan, aku emang minta untuk jangan dipublikasikan. Jadi nggak ada masalah kan?" jawab Ranitha sesantai mungkin.
Fadel membisu lalu menatap Hani yang mengangguk, pertanda membenarkan perkataan sahabatnya itu. Setelahnya melirik Fathur yang hanya diam tak banyak bicara.
"Aku kira masih ada kesempatan buat memperbaiki hubungan kita yang nggak jelas waktu itu. Ternyata semuanya terlambat. Tapi selamat buat pernikahan kalian. Semoga sakinah mawaddah warahmah." Ucap Fadel dengan senyuman dibibirnya. Ranitha yang mendengar pun ikut lega dan tersenyum.
"Aamiin. Makasih ya Del. Semoga kamu dapat yang lebih baik. Yang penting terus perbaiki diri dan jangan lupa berdoa. Insya Allah, pasti akan indah hasilnya." Pesan Ranitha yang Fadel tanggapi lagi dengan anggukan dan senyuman tulusnya.
Setelah menyelesaikan perbincangan penuh drama itu, akhirnya mereka mengobrol seolah memang sudah sangat akrab.
Fadel dan Fathur berbincang tentang pekerjaan masing - masing. Sedangkan Ranitha dan Hani berbincang tentang resepsi yang akan dilaksanakan minggu depan itu.
Saat jam menunjukkan pukul sembilan malam, Fathur dan Ranitha pamit pulang lebih dulu. Fadel dan Hani pun mengangguk, tentu saja karena rumah Ranitha tidak bisa dibilang dekat juga dari warung lesehan itu.
Didalam mobil, keduanya saling diam. Fathur yang fokus dengan jalanan dan fikirannya sedangkan Ranitha yang diam memikirkan apa yang salah dengannya hingga Fathur mendiaminya sampai mereka tiba dirumah.
Fathur turun lebih dulu dan meninggalkan Ranitha yang menatapnya bingung sembari menggaruk dahinya.
Ranitha menghela nafasnya pelan lalu melangkah masuk untuk menyusul Fathur yang sudah ada dikamarnya.
Saat Ranitha masuk kedalam kamarnya, Fathur sudah keluar dari kamar mandi dan mengganti bajunya dengan baju tidur.
Ranitha pun membasahi bibirnya lalu mengambil pakaian tidurnya juga dan segera mengganti gamisnya.
"Mas marah sama Nitha?" tanya Ranitha setelah ia duduk disamping Fathur yang sudah lebih dulu membaringkan tubuhnya. Matanya sudah terpejam.
"Mas? Nitha minta maaf." Lirih Ranitha sembari mengelus pipi Fathur. Mata Fathur pun terbuka dan menatap Ranitha yang menghela nafasnya lega.
"Mas kenapa? Nitha salah ya? Apa salahnya mas? Nitha bingung. Kasih tau Nitha kalau Nitha salah mas. Jangan diem aja, Nitha nggak akan tau." Pinta Ranitha. Fathur pun bangkit dari tidurnya dan duduk dihadapan Ranitha yang menundukkan kepalanya.
"Mas cemburu lihat dia." Ranitha mendongak sembari menganga untuk menatap Fathur yang memang menampakkan wajah kesalnya.
"Kenapa cemburu? Nitha kan udah jelasin ke Fadel kalau Nitha udah punya mas." Fathur menghela nafasnya lalu mendongak untuk berfikir.
"Dia lebih ganteng dari mas dan kamu pernah suka sama dia. Mas takut kamu berpaling apalagi dia sekarang lebih sukses." Ranitha langsung menatap tak percaya pada Fathur. Tak menyangka alasan cemburunya seperti ini. Ya Allah, suaminya ini benar - benar..
"Mas, lihat Nitha." Fathur menatap mata Ranitha lekat karena istrinya yang menahan kedua sisi wajahnya.
"Sejak mas disebut namanya dalam doa Nitha, Nitha nggak main - main akan perasaan Nitha, mas. Masalah tampan, mas tolong. Mas jauh lebih tampan baik dari segi akhlak dan fisik di mata Nitha. Apa Nitha bisa berpaling dengan mudahnya pada Fadel yang mungkin dibilang tampan oleh gadis diluaran sana? Nggak mas. Nitha cintanya sama mas." Jelas Ranitha dengan serius ditambah ekspresi gemasnya. Fathur bisu dibuatnya. Benar juga. Kenapa dia harus cemburu buta?
"Maaf, sayang. Maaf." Fathur langsung memeluk Ranitha. Ranitha menghela nafasnya lega dan mengelus punggung Fathur.
Dia sebenarnya bahagia dicemburui oleh Fathur dan dia baru tahu kalau Fathur tipe pencemburu. Tapi cemburu butanya ini harus membuat Ranitha sabar tingkat tinggi dan pintar menyelesaikan perkaranya.
Jika tidak maka habislah dia. Fathur mungkin tidak akan mengerti dan mau menerima tentang penjelasannya bukan?
◼️❤✨❤◼️
Typo?
Mohon dimaklumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...