14.CASM : Awal Hubungan

400 44 0
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Ranitha terpaksa bangkit dari kursi kerjanya untuk membukakan pintunya.

Dia masih punya cukup banyak pekerjaan tentang cafenya yang hendak membuka cabang keempat.

"Mami? Kenapa mi?" tanya Ranitha saat melihat ibunya berada didepannya dengan menggunakan apron. Memang, sebentar lagi akan memasuki waktu makan malam.

"Kamu belum siap - siap?" Pertanyaan Ranitha tidak dijawab dan melemparkan pertanyaan balik pada anak sulungnya itu.

"Siap - siap apa mi? Nitha masih ngurusin kerjaan mi." Ranitha kebingungan dan membenarkan letak kerudung instan yang digunakannya. Rastia menggelengkan kepalanya.

"Kamu nggak inget, nak? Fathur sama keluarganya bakal kesini setelah shalat isya. Inget?" Dan ekspresi melotot Ranitha menjawab pertanyaan dibenak Rastia. Anak gadisnya itu lupa.

"Serius mi? Astagfirullah Nitha lupa. Eh mami lagi masak ya? Ayo Nitha bantuin mami. Ya Allah, Nitha dosa." Ucap Ranitha dengan panik. Rastia menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Ranitha.

"Gausah gausah. Udah selesai kok. Kan ada bibi yang bantuin. Sekarang kamu siap - siap. Udah mau maghrib nih. Cepetan mandi." Titah Rastia seraya mendorong pelan Ranitha untuk masuk kedalam kamarnya lagi.

"Dandan yang sederhana aja. Nggak perlu berlebihan." Pesan Rastia sekali lagi lalu menutup pintu kamar Ranitha. Meninggalkan Ranitha yang masih sibuk berkecamuk dengan fikirannya.

"Ini seriusan mas Fathur mau dateng?" tanya Ranitha pada dirinya sendiri sembari mengambil handuk yang menggantung.

Omong - omong, dua hari yang lalu dia tidak bertemu dengan Fathur. Fathur pun tidak memberi kabar. Ranitha ingin menghubungi, hanya saja ia takut menganggu kegiatan lelaki berprofesi dokter itu.

Tanpa berlama - lama, Ranitha membersihkan tubuhnya dan langsung mengambil wudhu.

Lalu mengenakan gamis dan khimar pemberian Fathur yang masih ia letakkan diatas nakas samping tempat tidurnya. Setelahnya melaksanakan shalat maghrib dan berdoa. Dia mengharapkan kelancaran hubungannya dengan Fathur. Tentu saja.

Ranitha pun keluar dari kamarnya dan menghampiri orangtua dan adiknya yang sedang sibuk menata ini itu.

Apakah yang datang adalah keluarga besar Fathur? Kenapa harus menggelar karpet yang begitu lebar?

"Emang keluarga besar yang dateng ya mi?" tanya Ranitha sembari menatap ibunya yang sudah mengganti bajunya menjadi gamis warna hitam dan khimar warna cokelat muda.

"Nggak sih. Cuman ya maksimalkan aja." Ranitha meringis. Padahal ia yang akan dilamar, tapi orangtuanya yang sibuk dan pusing memikirkan segalanya.

"Udah, kamu ke kamar aja. Biar ini urusan mami papi dan Randi. Nanti kalau Fathurnya udah dateng, ya mami panggilin." Usir Raharja.

Ranitha mempoutkan bibirnya mendengar ucapan Raharja. Tanpa ada niat untuk membantah, dia pun kembali ke kamar.

Ranitha tidak tenang. Dia langsung duduk bersandar dikepala ranjang dan mengambil Al-Qur'an yang ada diatas nakasnya.

Dia mulai membaca surah - surah itu untuk menenangkan hatinya yang benar - benar tidak terkontrol.

"Ya Allah, tenangkan hati Nitha. Nitha memohon kelancaran ya Allah." gumam Ranitha seraya menutup wajahnya. Dia terisak pelan. Entahlah, rasanya bahagia dan begitu membuncah.

Tak lama adzan isya berkumandang. Ranitha segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat isya. Tak lupa berdzikir dan berdoa untuk kesekian kalinya, memohon kelancaran dan kemudahan untuk hubungannya dan Fathur.

Suara ketukan pintu terdengar lagi saat Ranitha baru selesai memoles bibirnya dengan lip gloss. Sekedar melembabkan dan dia pun tidak bersolek berlebihan.

Pintu pun terbuka dan menampakkan Rastia yang tersenyum padanya.

"Ayo turun, sayang. Keluarganya Fathur udah dibawah." Ucap Rastia sembari mendekat pada Ranitha. Ranitha tersenyum balik dan langsung memeluk Rastia.

"Doain Nitha ya, mi. Semoga keluarga mas Fathur mau nerima Nitha apa adanya." Rastia mengangguk mendengar ucapan anaknya itu. Sedikit tidak percaya karena Ranitha bisa mendapatkan cinta lelaki itu.

"Iya sayang. Mami selalu doain. Udah ah, ayo. Kasian udah pada laper tuh." Ranitha terkekeh pelan lalu mengangguk. Setelahnya mengikuti langkah Rastia menuju ruang tamu. Dadanya berdebar. Berulang kali Ranitha melafalkan istighfar.

Dan..

Ranitha langsung mengulum senyum malunya kala pandangan itu menerjangnya.

Meneliti dirinya dari atas sampai bawah. Jangan lupakan tatapan Fathur yang begitu takjub menatapnya.

Ranitha sedikit terkekeh dalam hati melihat model dan warna pakaian yang sepertinya Fathur sengaja samakan dengan yang dikenakannya.

"Masya Allah cantiknya." Puji seorang wanita paruh baya yang Ranitha tebak adalah ibunda Fathur, Farah. Ranitha tersenyum ramah lalu menyalimi kedua orangtua Fathur dengan rasa gugup.

"Anak kita nggak salah pilih ya bun." Celetuk sang ayah Fathur, Thariq. Rona merah langsung muncul di pipi Ranitha setelah dia mendudukkan diri disamping Fathur dengan menjaga jarak tentunya.

"Iya ya bun, yah. Kok kak Ranitha mau sama kak Fathur sih?" ledek Ikram, adik Fathur yang umurnya hanya terpaut satu tahun dengan Randi. Ikram masih duduk di bangku SMP kelas 3.

"Ngomongnya ya." tegur Fathur. Ranitha hanya terkekeh pelan mendengarnya.

"Yaudah yaudah. Lebih baik kita makan malam dulu yuk." Ajak Rastia dengan wajah sumringah khasnya. Semua mengangguk setuju.

"Ayo Ikram. Enak semua loh masakannya mami." Randi berkata dengan lugasnya pada Ikram, seolah mereka memang saling mengenal.

"Ayo dah kak." Ranitha dan Fathur saling bertatapan lalu tersenyum gemas melihat keakraban keluarga mereka. Rasanya begitu menyenangkan.

"Ayo mas, makan malam dulu." Fathur mengangguk dan mengikuti langkah Ranitha menuju ruang makan lalu duduk di kursi yang tersisa.

"Jadi Ranitha itu pengusaha?" tanya Farah disela kunyahannya. Ranitha yang ditanya langsung menatap Farah. Dia tersenyum.

"Bukan pengusaha beneran kok, tante. Ranitha cuman iseng sebenernya. Alhamdulillah ada rezekinya." Jawab Ranitha merendah. Farah tersenyum gemas mendengarnya.

"Tetep aja dong sayang. Itu namanya pengusaha." Ranitha terkekeh pelan lalu melirik Rastia dan Raharja yang tersenyum padanya. Meyakinkan jika Ranitha bisa menjawabnya.

"Emang kak Ranitha usaha apa?" tanya Ikram seraya memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Kakak buka cafe gitu. Isinya ya aneka dessert, cake sampai kopi." Jawab Ranitha lagi mulai rileks. Raharja dan Thariq tampak sedang mengobrol tentang bisnis.

"Wuaahhh, keren dong ya kak. Lain kali ajakin Ikram kesana ya. Ikram suka gemes tuh lihat kue - kue lucu." Pinta Ikram dengan mata berbinar khasnya.

"Insya Allah, nanti kesana ya." Ranitha tersenyum hangat lalu menyantap makanannya lagi sebelum melirik Fathur yang masih tersenyum kearahnya.

Sebentar lagi dia akan tahu keseriusan Fathur seperti apa.

Sebentar lagi dia akan tahu bagaimana cara Fathur menerimanya.

Dan sebentar lagi jawaban dari shalat istikharahnya akan ia katakan untuk menjadi titik awal hubungan mereka.

◼️❤✨❤◼️

Typo?

Mohon dimaklumi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang