35.CASM : Hari Kedua

434 43 13
                                    

NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.

TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!

◼️❤✨❤◼️

Tidur lelapnya terusik saat alarm ponselnya berbunyi. Ranitha, mata indahnya mulai mengerjap dan mengambil ponselnya yang masih berbunyi.

Tak lama dia sudah sadar sepenuhnya kalau jam menunjukkan waktu shubuh. Ranitha menoleh pada Fathur yang masih terlelap.

Tiba - tiba pipi Ranitha memerah begitu mengingat kejadian tadi malam. Ya Allah, beruntungnya dia karena Fathur memperlakukannya begitu lembut agar dirinya tidak merasa sakit yang teramat.

"Mas, udah shubuh. Bangun yuk." kata Ranitha sembari mengelus pipi Fathur. Untuk membangunkan suaminya ini tidak membutuhkan waktu lama, jadi hanya sedikit usikan pun sudah bangun.

"Nghh..kenapa, yang?" tanya Fathur dengan suara serak. Ranitha tersenyum kecil sembari mengikat rambutnya jadi satu.

"Udah shubuh, suamiku. Ayo bangun, kan harus mandi wajib dulu." jawab Ranitha. Fathur sontak menatap istrinya sembari tersenyum manis.

"Iya, makasih sayang. Cinta banget sama bidadari ini." ucap Fathur sembari mengecupi punggung tangan Ranitha. Ranitha terkekeh.

"Iya. Udah gih. Mandi, terus gantian sama Nitha. Baru shalat shubuh." kata Ranitha untuk kedua kalinya. Fathur pun menurut dan bangkit dari posisinya.

Setelah mengecup dahi Ranitha, Fathur pun melangkah masuk ke kamar mandi. Sedangkan Ranitha bergegas untuk membereskan tempat tidur dan menyiapkan pakaian untuk suaminya itu.

Sewaktu Fathur sudah selesai, Ranitha bergegas untuk membersihkan diri lalu bersiap untuk melaksanakan shalat shubuh berjamaah bersama Fathur.

Shalat shubuh yang diakhiri dengan doa pun usai. Akhirnya Fathur bisa merebahkan kepalanya diatas paha Ranitha yang bersandar di sisi ranjang.

"Semoga Allah segera kasih kepercayaan sama kita ya." gumam Fathur sembari mengelus perut Ranitha yang ada dihadapannya.

Ranitha mengulum senyum sembari mengelus dahi tegas Fathur. Mendengar gumaman Fathur tadi, Ranitha hanya bisa menjawab.

"Aamiin ya Allah." Fathur tersenyum menatap Ranitha.

"Tapi gabisa langsung jadi, yang. Harus terus ikhtiar diiringi tawakal." goda Fathur sembari memeluk pinggang istrinya itu. Ranitha langsung terkekeh malu.

"Mas iseng deh. Terus aja dibahas." rengek Ranitha. Fathur sontak tertawa sembari mencolek dagu Ranitha.

"Bercanda, sayangku." Mendengar pembelaan Fathur, Ranitha hanya bisa mempoutkan bibirnya.

"Eh iya, Nitha mau tanya deh."

"Mau nanya apa hm?"

"Nanti setelah pulang dari sini, Nitha masih boleh kerja atau nggak?" Fathur sontak menatap Ranitha yang tampak penasaran dengan jawabannya.

"Mas nggak bisa larang kamu buat bekerja. Mas tau kamu itu orangnya sangat produktif. Tapi satu yang mas minta, kalau memang mau bekerja, jangan sampai lalai sama tugas kamu sebagai seorang istri." Ranitha tampak menggigit bibir bawahnya.

"Tapi mas lebih seneng kamu cuman mantau aja. Kamu udah punya orang kepercayaan disetiap cabang cafe kamu. Dan alhamdulillah, sampai sekarang nggak pernah ada masalah berarti kan?" ucapan Fathur diangguki oleh Ranitha.

"Kalau kamu masih ragu sampai harus terus bulak balik ke cafe, berarti kamu belum yakin. Allah itu yang ngatur semuanya. Allah udah menjamin semuanya. Dimana kamu mengawali sebuah usaha karena Allah dan berakhir untuk Allah, pasti usaha itu juga akan dijaga sama Allah. Ga perlu takut ada yang hilang atau curang. Allah lebih tau dan Allah sangat adil. Paham, sayang?" Ranitha tersenyum lalu menganggukkan kepalanya lagi.

Cinta Abadi Seindah Mimpi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang