NOTE :
✨Sebelum membaca, tekan dulu bintangnya ya. Coba hargai karya orang ya, readers
✨Ingin berkomentar? Silahkan berkata - kata dengan baik.TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA!
◼️❤✨❤◼️
Untuk pertama kalinya Ranitha dibuat kecewa oleh lelaki yang baru saja mengkhitbahnya kemarin.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang tapi Fathur belum juga datang menjemputnya yang katanya mengajaknya makan siang bersama.
Dan sekarang Ranitha sedang berusaha untuk tetap berfikiran positif tentang lelaki itu.
Dia juga merasa lapar, tapi rasa lapar itu menguap entah kemana karena mood nya yang tiba - tiba memburuk karena Fathur.
"Astagfirullah." Sudah ke seratus kalinya Ranitha hanya beristighfar. Namun istighfar kali ini membuatnya sedikit sesak.
Fathur baru saja mengirim status baru di akun instagramnya. Lelaki itu baru selesai makan siang dengan para staff di rumah sakitnya.
"Seenggaknya kalau mas mau batalin makan siang kita, mas bisa bilang. Nitha nggak akan ngelarang." Gumam Ranitha seraya meletakkan ponselnya keatas meja lalu mengusap matanya yang basah.
"Nggak Nitha. Tahan, jangan marah. Ngapain marah cuman karena hal sepele gini." Ranitha mengelus dadanya berusaha untuk sabar.
Dia tidak masalah jika tidak dijadikan prioritas oleh Fathur. Dia cukup tahu diri jika harus menuntut sesuatu pada pria itu.
Hanya saja bisakah Fathur memberinya kabar sekali saja? Setidaknya mengirim pesan. Hanya itu.
Suara ketukan pintu ruangannya membuat Ranitha menoleh lalu menegakkan tubuhnya dan menghapus airmatanya.
Setelahnya bangkit dan membukakan pintu untuk seseorang yang menganggu aktivitas menyendirinya.
"YA AMPUN SAHABAT! KENAPA LO NANGIS HAH?!" pekik Hani saat melihat Ranitha dihadapannya dengan mata sembab. Vita dan Nura yang baru datang karena ke toilet dulu pun melotot.
"Masuk dulu yuk. Nggak enak. Udah pesen?" tanya Ranitha balik. Ketiganya kompak menggelengkan kepalanya.
"Gampang itu mah. Hayu masuk." Nura menuntun teman - temannya untuk masuk kedalam ruangan Ranitha. Untungnya menurut.
"So, kenapa beb? Are you okay?" tanya Vita sembari menatap Ranitha yang tampak diam seraya melamun. Ranitha tersenyum dan mengangguk kecil.
"Gue gapapa. Cuman abis nonton drama sedih banget." Jawab Ranitha bohong. Ketiganya bertatapan tak percaya. Tidak mungkin Ranitha seperti itu.
"Bohong sih. Gegara mas Fathur lo itu?" tanya Nura yang tepat sasaran. Ranitha terdiam lalu menggeleng pelan.
Ranitha sudah bercerita tentang hubungannya dengan Fathur kepada para sahabatnya. Untung saja mereka menerima kenyataan yang mungkin di luar nalar itu.
"Gada sangkut pautnya sama dia. Dia lagi kerja kok." Jawab Ranitha lagi. Helaan nafas dan dan bahu yang mengendik pun hanya menjadi respon ketiganya.
"Kalian kok tumben kesini? Mau ngapain dah?" Kini Ranitha yang bertanya. Pasalnya penampilan mereka tampak lebih rapi dari biasanya.
"Oiya lupa. Ayo jalan - jalan Ran. Bosen gue kerja mulu. Mumpung libur nih." Ajak Hani seraya menunjukkan tempat wisata baru pada Ranitha lewat ponselnya. Ranitha memicing lalu menggeleng.
"Nggak mau ah. Capek. Jauh juga." Tolak Ranitha sembari menyandarkan tubuhnya lalu terpejam. Terdengar dengusan kesal ketiganya.
"Yaudah traktir kita McD sama Chatime." Ucap Vita yang langsung direspon dengan anggukan Ranitha.
"Diatas meja gue ada tiga ratus ribu. Gue pesenin yang biasa." Sahut Ranitha tanpa mau membuka matanya. Dia terlalu lelah akibat menangis tadi.
"Aseeekkk. Madep madep." Vita langsung memesankan minuman dan makanan itu untuk keempatnya melalui aplikasi di ponselnya. Dia terlalu malas untuk mengantri jika harus pergi keluar.
"Ah iya. Tau nggak sih, Fadel nanyain lo tau Ran." Kini terpaksa Ranitha membuka mata dan menatap Hani yang sedang memakan kripiknya dengan anteng.
"Fadel?" Hani menganggukkan kepalanya lalu membuka isi percakapan dengan sahabat sekaligus tetangganya itu lalu memberikannya pada Ranitha. Ranitha menerimanya dan membacanya.
"Ya meskipun dia sekarang lagi di Semarang, kita tetep kontek - kontekan. Tau tau dia nanyain kabar lo. Lo gimana disini. Ah sumpah dah nggak ngerti." Ranitha mengendikkan bahunya lalu memberikan ponsel Hani lagi.
Sedangkan Nura dan Vita malah sibuk menonton drama korea di televisi yang ada di ruangan itu sembari memakan snack yang ada diatas meja.
"Emang nggak sama Putri lagi ya, Han?" tanya Ranitha lalu meneguk air mineral yang ada dihadapannya.
"Kan udah nggak dari pas Fadel ke UNDIP. Ceweknya minta pisah. Ya Fadel bisa apa? Lagipula UNDIP juga banyak yang lebih bener dan bening." Jawab Hani enteng.
Membayangkan sahabatnya yang tampan itu akan dengan mudahnya mendapatkan gadis cantik di tempatnya menuntut ilmu.
"Yaudah ngapain nanyain gue coba. Gue mah bukan apa - apa. Gue inget banget sih pertama dan terakhir kalinya gue ketemu sama dia itu waktu di Malioboro. Dia sendiri gue juga sendiri. Gue nyapa dia. Dia nggak ngeuh, tapi setelah gue ngenalin diri akhirnya tuh orang ngeuh. Gue langsung cabut. Udah gitu yaudah." Ucap Ranitha yang direspon anggukan oleh Hani.
"Gatau juga sih ya Ran. Gue sih nyampein. Tapi emang sekarang dia lagi mencari seseorang yang emang bener mau dia ajak serius." Respon Hani seraya meneguk air mineralnya. Ranitha tersenyum lalu menggeleng.
"And you know it's not me, babe." Jawab Ranitha yang diiringi tawa kecilnya. Hani terkekeh, dia mengangguk paham.
"Sama gue aja Han. Gue kan mau diajak serius." Vita tiba - tiba menyambung pembicaraan dan langsung dilempar oleh bantal sofa dipangkuan Hani.
"Guenya yang gamau njir. Fadel juga ogah. Katanya lo mau sama bule. Gimana sih?" Vita mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Hani.
"Gaboleh itu tuh. Kalau gue sama Fadel jodoh mau gimana heh? Gabisa lo lawan tuh takdir." Hani hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan sahabatnya yang satu itu.
"Udahlah, semuanya aja mikirin cowok. Gue aja santuy ae." Nura buka suara dan kini dilempari kacang oleh ketiganya.
"Sombong lo yang udah lamaran mah diem aja udah." Ucap Hani dengan kesalnya. Nura langsung menyengir kuda mendengarnya.
Ranitha memang punya delapan orang teman yang masih akrab hingga sekarang. Hanya saja mereka sudah jarang kumpul lengkap karena kesibukan masing - masing.
Anti sudah menikah, Lia sudah menikah, Tiara sudah menikah, Litha sudah menikah, Delisa sudah menikah dan yang tersisa hanyalah dirinya, Vita, Hani dan Nura yang masih melajang.
Tidak melajang sebenarnya. Dirinya ya kalian tahu Fathur, lelaki yang membuatnya unmood itu adalah calon suaminya kan?
Nura yang akhirnya menerima lamaran dari sahabatnya sejak SMK, Abdullah.
Vita sedang menunggu calonnya kembali dari Australia. Begitupun Hani yang sedang menunggu calonnya kembali dari Aceh.
"Lapar ih! Lama lagi." Kesal Vita karena merasakan perutnya yang keroncongan.
"Sabar ebuset lu." Respon Hani sembari merebahkan dirinya disamping Ranitha yang terpejam.
"Coba lihat di status pengiriminnya cuy." Ucap Nura masih dengan serius menatap tayangan dihadapannya.
"Yeayyy! Udah didepan." Vita langsung melompat dan membawa uang tadi setelahnya berlalu untuk mengambil pesanannya.
Butuh waktu 5 menit, gadis bertubuh mungil itu membawa dua buah kresek cukup besar berisi pesanan mereka.
"It's time to eat, girls!" pekik Vita seraya mengambil minumannya dan meneguknya.
◼️❤✨❤◼️
Typo?
Mohon dimaklumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abadi Seindah Mimpi✓
RandomMohon maaf kalau ada kesalahan kata karena masih dalam proses pembelajaran. Juga maaf kalau alur cerita yang mungkin kurang menarik karena inspirasi datang dari berbagai cara. Satu pinta author, jadilah pembaca yang bijak dan bisa mengambil setiap p...