Minghao menghentakkan kakinya mengikuti alunan musik yang mengalun di dalam restoran. Dia menunggu seseorang disana, sambil memainkan ponsel dan sesekali menoleh ke pintu. Akhirnya orang yang ditunggu datang juga. Seorang wanita dengan baju turtle neck berwarna putih gading yang dipadukan high waist jeans dan sneaker putih memasuki restoran dan duduk di depan Hao.
"Kamu telat 15 menit" ujar Hao tanpa menoleh ke wanita itu.
"Ini kan gara-gara kamu yang gak mau jemput aku ya"
"Ya kalo aku jemput kamu, aku muter dong"
"Astaga Hao kamu tuh perhitungan banget tahu gak sama kamu. Kamu beneran pacar aku bukan sih"
"Ya bener lah, masa boong"
"Tapi kamu tuh cuek banget sama aku tahu gak"
"Kan kamu juga gak suka cowok yang sok romantis gitu-gitu. Katanya kamu jijik"
"Ya tapi gak secuek kamu juga"
"Udah ah ayo makan, pesen gih"
Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya tanda kesal. Dia merebut buku menu yang dipegang Hao sedikit kasar saking kesalnya dengan pria itu. Hao ingin sekali tertawa karna ekspresi kekasihnya itu tapi ditahannya karna wanita itu akan semakin mengamuk.
"Aku pesen ini" ujar wanita itu.
Minghao memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka berdua. Sepeninggal pelayan itu, Hao menoleh kepada kekasihnya yang sedang bertopang dagu sambil memandang keluar restoran, matanya menerawang.
"Kamu kenapa?" tanya Hao.
"Gapapa kok"
"Ara, aku tahu pasti ada yang kamu pikirin kan?"
"Mama papa aku gak setuju aku buka butik Hao, kata mereka itu gak punya masa depan. Padahal aku udah bilang walaupun aku buka butik sama temenku tapi aku gak akan ninggalin kuliahku tapi mereka gak mau denger. Kamu tahu kan Hao, dari kecil aku pengen banget buka bisnis sendiri itu sebabnya aku kuliah di bisnis tapi gimana bisa ngembangin diriku kalo buat bikin butik aja aku gak dibolehin. Mereka maunya aku kuliah, lulus terus kerja dikantoran karna itu lebih punya masa depan"
"Kamu udah coba ngomong baik-baik sama mama papa mu?"
"Udah sampe bebusa Hao aku ngomong sama mereka tapi mereka gak mau denger juga. Aku harus gimana lagi coba?"
"Udah kamu jelasin gimana konsep butikmu, berapa biaya yang bakal keluar, kemungkinan lakunya dan lain-lain, kamu pasti udah ngitung itu semua kan?"
"Udah Hao, bahkan temen yang bakal ngejalanin bisnis ini sama aku aja udah ketemu sama mama papaku tapi tetep gak diizinin"
"Mau coba aku yang ngomong"
"Kamu mau bantuin aku?"
"Ya mau lah masa gak mau"
"Serius? Makasih Hao"
"Iya, udah jangan cemberut lagi. Tambah jelek tahu"
"Ih jahat banget sih kamu
*
*
*
*
*
Saat ini Hao dan Ara sudah berada di rumah Ara untuk bertemu dengan kedua orang tua Ara. Seperti janjinya, Hao akan coba berbicara kepada kedua orang tua Ara perihal rencana bisnis yang akan digeluti Ara.
"Selamat malam om, tante" sapa Hao.
"Eh ada Hao, duduk nak. Ara siapin minum buat Hao" seru papa Ara.
"Eh gak usah om"
"Gapapa"
Tidak lama Ara kembali dengan segelas sirup dan setoples cemilan. Ara segera duduk disamping Hao yang sedang bercakap-cakap ringan bersama kedua orang tuanya.
"Om, tante, sebenernya ada yang mau saya omongin ke om dan tante"
"Apa itu nak?"
"Om dan tante pasti tahu kan kalo Ara itu pengen buka butik sama temennya dan saya yakin om dan tante pun tahu seberapa besar keinginan Ara untuk bisa ngebuka clothing brand dia sendiri tapi Ara cerita ke saya kalo om dan tante gak ngizinin. Saya boleh tahu gak om, tante kenapa gak ngzinin?"
"Om sama tante itu tahu kalo Ara itu orangnya bosenan Hao. Dia biasanya cuman semangat di awal tapi setelah ada kesulitan dikit aja pasti langsung males, bosen terus ditinggal padahal kan itu modalnya gak kecil jadi kita kurang setuju"
"Tapi om, maaf sebelumnya. Menurut saya kalo Ara udah segetol ini tentang keinginan dia tandanya dia bener-bener serius sama kemauan dia. Ara udah janji kok sama saya kalo dia akan usaha sekuat tenaga buat butiknya karna itu cita-cita dia dari kecil dan om tante tenang aja nanti kalo Ara ngelakuin hal yang aneh-aneh, saya tegur dia, saya jewer bila perlu hahaha"
"Hahaha, kamu bisa aja sih Hao. Kamu Ara, kamu bener bisa janjiin kalo kamu bakal serius sama bisnis kamu ini?"
"Iya pa, Ara serius banget"
"Yaudah mama sama papa izinin tapi inget ya sekali kamu berulah, papa tutup itu butik"
"Iya pa, Ara janji"
"Nak Hao, titip anak tanten yang manja dan bandel ini ya" ujar mama Ara.
"Iya tante"
*
*
*
*
Hao berpamitan kepada kedua orang tua Ara setelah mereka makan malam bersama. Ara mengantar Hao ke halaman dimana mobil Hao parkir.
"Hao, makasih banyak ya udah bantuin aku, kalo gaada kamu mungkin itu cuman bakal jadi impian semata aja"
"Iya, sama-sama. Tapi kamu udah janji untuk serius loh, awas kalo aneh-aneh"
"Iya Hao. Udah sana pulang"
"Yaudah aku pulang ya"
"Iya hati-hati ya"
Hao memasuki mobilnya tapi kemudian turun lagi dan berjalan cepat ke arah Ara dan membuat kekasihnya itu bingung.
"Kenapa? Ada yang ketinggalan?"
"Aku belum meluk kamu"
Hao pun memeluk kekasihnya itu dengan lembut dan sesekali mencium puncak kepala Ara dengan mesra.
"Aku sayang sama kamu Ra, maaf ya kalo aku sering cuek sama kamu tapi kadang aku bingung ekspresiin perasaan aku ke kamu"
"Aku juga sayang sama kamu Hao, makasih ya udah mau jadi pendengar yang baik buat aku"
Hao melepas pelukan mereka dan mencium kening Ara sebelum masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah Ara setelah melambaikan tangan kepada kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine, Okay?
FanfictionMingyu selalu ngebully Seungkwan sehingga buat Seungkwan kesel setengah mati sama Mingyu. "Mau gue bully atau jadi pacar gue?"-Mingyu