"Nah itu dia udah jemput gue, lihat ya. Selera gue tuh gak rendahan." Ucap Lisa pada Rose, saat ini mereka tengah berdiri diluar rumah sakit, menunggu jemputan masing-masing tiba.Sebuah mobil hitam berhenti didepan mereka, "mobilnya sih keren, tapi awas aja kalau yang keluar Om-om perut buncit." Celoteh Rose.
"Lihat aja deh."
Rose terperangah, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Itu bener duda anak satu? Demi apa? Demi Spiderman berubah jadi hulk pun rasanya mustahil kalau pria yang kini berjalan kearahnya sudah punya anak berumur 12 tahun. Tapi inilah nyatanya, pria itu duda anak satu.
"Cih, ngapain sih pake baju casual, kan biasanya pake baju kantoran, pake kacamata hitam pula, emang kelihatan apa kalau jalan. Dasar buaya, suka cari sensasi ke semua orang." Terus mendumel tak jelas, itu yang Lisa lakukan sekarang. Ya gimana gak ngedumel ya, mulutnya terasa keram sekarang kalau cuma diam.
"Lisa, kayaknya bentar lagi gue mimisan deh. Tukeran posisi yuk Lis." Lisa menatap ekspresi Rose yang terlihat terkejut sekaligus kagum, gadis itu berdecak kesal. Ia lalu segera masuk mobil tanpa peduli pada Hanbin yang hampir sampai didepannya. Hanbin bingung, namun ia tersenyum untuk menyapa teman Lisa yang belum ia kenal.
"Oh God, senyumnya ya gusti, itu senyumnya bisa buat gue kecanduan."
Dan itulah yang membuat Lisa kesal hingga terus mendumel. Harusnya ia tak perlu merasa kesal, toh dia sendiri yang ingin mengenalkan Hanbin pada Rose. Tapi baru melihat ekspresi wajah Rose saja rasanya Lisa tak sanggup untuk melanjutkan proses pengenalan calon suaminya pada Rose.
Hanbin menatap wajah kesal Lisa, ia lalu memasang seatbelt nya.
"Wajah kamu kenapa gitu?" Tanyanya pada Lisa. Hanbin masih terima-terima aja kalau Lisa diam karena lapar, tapi rasanya Lisa kesal bukan karena lapar.
Hening.
"Lisa ada masalah sama kerjaan kamu?" Tanyanya lagi.
Tetap hening.
"Kamu kenapa sih? Saya ada salah sama kamu."
"Cih gak sadar diri." Guman Lisa pelan.
"Kenapa?" Tanya Hanbin saat mendengar suara gumanan Lisa.
"Gak papa."
"Kita mampir mak__"
"Gak, saya mau langsung pulang." Potong Lisa cepat. Hanbin menghela nafas pasrah, Lisa sangat mengerikan jika badmood, raut wajahnya terlihat menyeramkan seperti boneka Annabelle, imut namun creepy.
Bentar Pak Hanbin, boneka Annabelle imut dari mananya?
***
"Iya, aku sampai di Indonesia kemarin. Besok aku bakal dateng ke rumah dia."
"Mar, kamu yakin sama rencana kamu?"
"Iya yakin, lagian aku udah kangen sama mereka. Aku nyesel dulu sempet lakuin hal itu, jadi aku mau perbaiki semua."
"Tapi kan__"
"Udah, kamu tenang aja, cukup pantau aja keseharian mereka."
"Oh oke."
***
Lisa membanting pintu kamarnya dengan keras, Hanbin yang melihat itu hanya bisa meringis. Ia lalu berjalan pelan menuju depan pintu kamar Lisa. Memegang knop pintu, lalu memutarnya. Ia melongokan sedikit wajahnya kedalam dan, "Lis__"
"Aaaaaa..."
Brak..
"PAK HANBIN!! DASAR MESUM!! BUAYA!! CABUL!! SIALAN!! MATA KERANJANG!! GAK ADA AKHLAK!! ARGH BANGSAY!!"
Hanbin lari ke kamarnya dan mengunci pintunya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa linglung sekarang, setelah apa yang terjadi barusan.
Melihat Lisa setengah telanjang.
Apa tadi benar Lisa?
Astaga, kenapa adiknya terbangun sekarang.
Yang tadi itu keuntungan apa kerugian?
Kayaknya lebih ke untung deh.
Ah sialan, pikiran kotornya mulai merajalela hanya karena melihat Lisa yang__ arghh jangan Hanbin, jangan pikirkan hal kotor lagi.
"PAPA!!"
Ah itu kenapa anak prianya malah teriak-teriak panggil namanya?!
Hanbin memutar tubuhnya, ia membuka pintu kamarnya lalu keluar. Dilihatnya pintu kamar Lisa yang tertutup, mungkin gadis itu masih mandi.
Ah kan keinget lagi.
Jadi bayangin grepe-grepean.
Eh astaghfirullah.
Ia lalu berjalan menuju bawah, dimana anaknya tengah berada di ruang tamu, tengah sibuk mengerjakan sesuatu yang tak ia tau.
"Apa To?"
"Bantuin Ruto ngerjain tugas. Bi Yana gak bisa." Rengek anak muda itu.
Hanbin menghela nafas, ia lalu duduk didepan Haruto dan mengambil buku tebal milik anak itu. Dilihatnya banyak tugas yang benar-benar dilihatpun sudah terlihat sulit. Kepalanya terasa berputar.
"Ini pelajaran apa sih To?"
"Sejarah."
"Ah, kamu kan tau kalau Papa itu gak lahir dijaman purba, papa gak tau."
"Yah Papa, terus Haruto minta tolong ke siapa?"
"Ya sama diri kamu sendiri lah, kan kamu yang sekolah, bukan Papa."
"Yakan Papa yang nyekolahin bukan Ruto."
"Kamu ini minta di sunat ya To."
"Bodo ah Ruto ngambek sama situ. Janganlah Bapak bicara kepada ananda."
"Punya anak gini banget Gusti."
"Kalau gini gayanya sok nyesel punya anak kayak Ruto, nanti lihat kalau Ruto udah sukses, pasti ngaku-ngaku jadi Bapaknya Ruto."
"Lah kan Papa emang Bapak kamu."
"Hilih kintil."
"Heh ngomong apa kamu?!"
"Ini lagi baca soal."
Kadang punya anak seperti Ruto itu harus ekstra sabar dan selalu minum vitamin kuat, untuk mencegah terjadinya jantungan mendadak.
"Tante Lisa bantuin Ruto." Hanbin membeku, ia merasakan hawa-hawa Lisa akan mendekat. Dan benar saja, Lisa sudah ada didepannya. Duduk disamping Haruto.
"Yang mana?" Bukan tanpa alasan, Lisa tadi mau minum, tapi denger ada yang ribut-ribut jadi dia mendekat, dan benar saja anak bapak tengah berdebat hanya karena sama begonya.
Lisa terlihat serius mengajari Haruto, Hanbin yang didepan mereka merasa diacuhkan sekarang. Ia lalu mengambil ponselnya, dan memotret aktivitas didepannya ini. Pria itu tersenyum, sangat manis. Ia kembali menatap Lisa yang ternyata juga tengah menatapnya dengan pandangan sengit, alhasil Hanbin kembali menunduk karena takut dengan tatapan maut sang nyonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husband [ Hanlis ]
FanfictionApasih yang gak disuka dari Kim Hanbin, Papa Muda dengan seribu pesona. Tubuh tinggi tegap, wajah tampan nan tegasnya mampu menghipnotis setiap mata wanita yang melihatnya. Berawal dari Jalanan hingga menuju ke pelaminan. Inilah awal perjalanan cint...