Delapan

2.1K 253 39
                                    

"Tante Lisa hari ini berangkat kerja?" Lisa yang semula tengah mengolesi selai ke atas roti seketika berhenti kala Haruto bertanya padanya.

"Iya, hari ini Tante berangkat kerja."

"Terus Haruto berangkat sama siapa?"

"Kamu berangkat bareng Papa To, nanti kamu juga Lisa." Sahut Hanbin yang masih sibuk menyantap sarapan paginya.

"Ha?"

"Nanti kita berangkat bareng, kita antar Haruto bareng, setelahnya saya bakal antar kamu ke rumah sakit. Saya juga bakal jemput kamu kalau pulang."

"Tapi kan kantor Bapak sama rumah sakit tempat saya kerja beda jalur, waktu Bapak bakalan habis dijalan doang. Bapak bisa telat berangkat kerjanya."

"Gak masalah kan kalau saya telat, orang itu kantor punya saya, bebas dong." Mau hujat tapi emang bener, tapi kalau gak dihujat bibir Lisa serasa gatel pengen hujat.

"Tante Lisa tinggal bilang iya aja susah banget."

Hm hujat aja Lisa, dia ikhlas kok.

***

Kini Haruto merasa menjadi anak yang paling bahagia, ia tak berhenti tersenyum sangking bahagianya. Diantar oleh kedua orang tuanya adalah impian Haruto sejak ia sadar bahwa yang ia punya hanyalah Papa. Tak ada Mama yang selalu memberinya bekal seperti Mamanya Justin, tak ada Mama yang selalu mencium keningnya saat ia tidur, tak ada Mama yang selalu memarahinya, selama ini tak pernah ada seorang Mama disampingnya. Namun kini, sosok Tante Lisa mampu membuatnya merasa memiliki seorang Ibu yang penuh kasih. Pribadi Lisa yang lembut padanya membuatnya merasa menjadi anak paling disayang.

"Haruto udah sampai." Suara Lisa membuatnya tersadar dari lamunan bahagianya. Sekali lagi Haruto tersenyum, ia lalu turun dari mobil.

"Haruto berangkat dulu, nanti Haruto pulang bareng Bang Uncuk." Dari dalam mobil Hanbin mengangguk, "Iya, sekolah yang bener, jangan godain cewek mulu."

"Hehe siap Papa Hanbin. See you Tante Lisa."

-
-
-

"Bapak yakin mau antar jemput saya? Rumah sakit saya jauh loh, nanti Bapak capek lagi."

Lisa menatap Hanbin yang fokus menyetir, nyatanya wajah tampan Hanbin lebih menggoda dari sprite yang katanya menyegarkan.

"Kamu khawatir sama saya?"

"Enggak, siapa yang khawatir sama Bapak. Saya cuma gak mau kalau nanti Bapak kecapekan apalagi sampai sakit."

"Gak papa, kan saya punya dokter pribadi, jadi gak perlu khawatir kalau misal saya tiba-tiba sakit."

"Dokter pribadi? Siapa?"

"Kamu."

Blushhh...

Lisa mah baperan :)

"Gak usah senyum-senyum." Bukannya tersinggung, Lisa semakin melebarkan senyumnya.

"Ih Bapak kayak Mas Al tau gak, sok dingin tapi perhatian."

"Saya sama Mas Al kamu itu beda."

"Beda dari mana? Sama-sama sok cool, kalau ngomong juga saya kamu, terus gengsi pula."

"Saya gak kayak gitu, saya bukan orang yang suka gengsi. Lagian kamu juga ngomongnya saya kamu."

"Hm iya-iya, terserah Bapak. Yang jelas saya pengen jadi Andin, biar terus sama Mas Al yang ganteng."

Hanbin melirik sekilas kearah Lisa, "Kamu ya kamu, Andin ya Andin, kalian itu beda Lisa."

"Apanya yang beda?"

"Kalau Andin punya Mas Al, kalau kamu punya saya."

Sudahlah, rasanya Lisa merasa sesak nafas berada didalam mobil yang sama dengan Hanbin.

Rasanya bengek lama-lama kalau digombalin sama Pak Direktur.

***

Rose menatap wajah sahabatnya yang terlihat berbinar, tersenyum sendiri seperti orang gila, bahkan memekik kecil dengan ekspresi bahagia.

"Gila nih anak, lo kenapa njir, senyam senyum sendiri kayak orang gila."

Lisa melirik Rose yang ada didepannya, masih dengan senyuman lebar diwajahnya, "Lo percaya gak kalau gue dijodohin dan bentar lagi mau nikah. Sama duren. Ahhhh gak sabar deh rasanya."

"Dijodohin? Sama duren? Duda keren maksud lo?" Lisa mengangguk mantap sambil tersenyum, ia lalu kembali menyantap kentang goreng yang tadi ia pesan.

"Berapa umurnya?"

"32 tahun."

Uhukk..

"Ih Rose, muncrat nih.. ish.." Lisa mengerucutkan bibirnya kesal, ia lalu mengusap wajahnya yang terkena cipratan air dari mulut Rose dengan tisu.

"32 tahun? Gila lo? Beda 8 tahun dari lo?"

"Kenapa? Cinta kan gak mandang umur, tapi mandang uang haha.."

"Parah lo Lis, doyan banget kayaknya lo sama tuh duda."

"Eh jangan salah, lo gak tau tampang dia kek gimana, nanti pulang kerja dia mau jemput gue, jadi lo harus lihat dia nanti."

"Kenapa lo mau aja dijodohin sama orang tua lo?"

Lisa menggeleng pelan, "Gue gak tau, awalnya gue nolak, tapi dia kasih tawaran, jadi yaudah gue terima. Lagian dia ganteng, kaya juga. Siapa sih yang gak mau sama dia." Rose tak menyangka, Lisa itu gadis yang cuek, galak, gak gampang akrab sama orang, tapi kenapa tiba-tiba ia dengar kabar bahwa Lisa dijodohin dan parahnya Lisa mau-mau aja.

"Lo inget waktu gue sampai rumah sakit telat?" Tanya Lisa pada Rose yang terdiam.

"Iya."

"Gue kan bilang kalau gue habis ditabrak."

"Hem terus?"

"Nah, orang yang nabrak gue itu calon anak gue."

"Demi apa?!"

Hai

:)

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang