Tiga puluh dua

328 24 0
                                    


"Pliss jangan, aku bakal lakuin apapun yang kamu mau. Tapi jangan lakuin ini Ka.."

"Ini yang aku mau Sa.. aku mau milikin kamu seutuhnya. Dan dengan cara ini aku yakin, aku bisa."

"Dika pliss jangan.."

Gadis itu terus menangis memohon agar pria didepannya ini tak melakukan hal yang tak diinginkan.

"Come on baby, aku bakal tanggung jawab."

"Persetan sama itu semua, aku gak cinta sama kamu Dika!!"

Brakkkk..

Plakkk...

Plakkkk..

"Anjing lo! Sialan! Cewek murahan! Gak ada otak! GUE KURANG APA HA?? GUE KAYA! GUE PUNYA UANG YANG BISA BELI HARGA DIRI LO BITCH!"

"Dok? Dokter Lisa?"

"Hah??"

"Dokter mikirin apa?" Lisa tersadar, ia mengusap wajahnya kasar. Bayangan itu sering muncul dipikirannya.

"Diana.."

"Iya Dok?"

"Pasien di kamar VIP 02, siapa walinya?"

"Bentar ya Dok, saya cek dulu."

"Heemm.."

Diana mengecek laptopnya, mencari nama pasien di kamar yang tadi Lisa sebutkan.

"Maria Ayanasya.. itu nama walinya Dok."

"Maria Ayanasya?"

"Iya, kenapa Dok? Apa Dokter kenal dengan orang itu?"

"Engga, oh ya. Jangan lupa cek tensi setiap 2 hari sekali ya. Keadaan pasien sudah lumayan membaik."

"Baik Dok."

***

Di ruangan yang tampak remang-remang, terdapat dua manusia yang kini masih saling terdiam. Dengan segelas wine ditangan masing-masing, tak lupa pemandangan kota di malam hari yang dilihat dari dalam ruangan di lantai 13 ini.

"Saya sudah mundur." Ucap salah satu diantara mereka.

"Segampang itu?"

"Itu bukan keputusan yang mudah."

"Terus? Lo mau lihat cewek yang lo cintai selama ini jatuh ke tangan orang lain?"

"Kalau itu buat dia bahagia, kenapa engga?"

Maria menatap nyalang pria yang dengan mudah mengatakan hal itu.

"Kita sudah buat kontraknya, jadi gue harap lo gak ingkar gitu aja."

Kini pria itu, Mahardika membalas tatapan nyalang dari Maria.

"Jangan main-main sama saya!" Ucap Dika pelan namun menusuk.

"Hahahaha, silahkan! Silahkan kalau lo mau mundur. Tapi jangan lupa Dika, lo harus tepatin janji lo. Lo harus bantu gue balas semua dendam ke Hanbin!"

"Maria stop! Saya sudah tidak mau lagi terlibat dalam masalah ini. Bulan depan saya akan kembali ke Jepang, jadi jangan pernah hubungi saya lagi!" Dika beranjak dari duduknya, ia lalu melangkah keluar meninggalkan Maria yang terdiam emosi.

"Arghhhhh!!" Wanita itu dengan penuh emosi menjambak rambutnya sendiri.

"Gue bisa sendiri! Gue bakal balas semuanya sendiri! Lihat itu nanti! Gue bakal balas kalian semua!!"

Ciarrrr..

*Emang orang kalau udah gila ya gitu, ngamuk-ngamuk gak jelas 😌

***

"Gue kayaknya beneran jatuh cinta deh sama Flora."

"Uhukkk.."

Haruto menatap Justin yang tiba-tiba batuk setelah mendengar kejujurannya.

"Lo kenapa?"

"Lo bilang apa barusan?"

"Gue? Gue cinta sama si Flora."

"Sadar To, Flora mah sukanya sama gue."

"Ikut-ikut mulu lo toge layu!"

"Yaelah To, canda gue mah. Lagian kan Tante Lisa udah bilang sama lo buat gak terlalu naruh rasa sama si Flora."

"Iya tau gue, tapi gue ngerasa kayak kesengat listrik tiap lihat dia."

Justin terbahak, "kok lo masih hidup?"

"Ha?"

"Lo kesengat listrik tapi kok masih hidup?"

"Si anj! Maksudnya kayak ada kupu-kupu berterbangan di perut gitu loh ngab!"

"Buset, perut lo berubah fungsi jadi satwa?"

Takk..

Geplakan maut dari Haruto untuk Justin.

"Kupu-kupu anjerrr bukan singa!"

"Yo santai aja, orang gue bercanda."

"Canda mulu hidup lo!"

"Dari pada lo, serius mulu!"

"Die__"

"Hai Haruto.." Haruto mendongak, melihat siapa yang berani-beraninya memotong pembicaraannya dengan Justin. Dan setelah melihat siapa biang keroknya, decakan keluar dari mulut dua bocah cunguk tersebut.

"Gue boleh gabung gak?" Tanya gadis itu dengan nada genit.

"Kursi kosong banyak, ini kawasan kita." Balas Justin agak sarkas.

"Ishh, gak papa ya. Males cari lagi."

"Okeee.." Bella tersenyum setelah mendengar jawaban Haruto, namun senyumnya luntur saat Haruto melanjutkan ucapannya.

"Ayo Tin, kita cabut."

Tak berkutik, Bella diam seribu bahasa kala melihat Haruto dan Justin melangkah menjauh keluar area kantin. Namun ia harus tetap stay calm, agar harga dirinya sebagai murid teladan tidak tercoreng.

Saat ia tengah menahan emosinya, matanya tanpa sengaja justru melihat Haruto yang kini tengah bercanda ria dengan Flora. Hatinya semakin panas, tanpa sadar tangannya meraih gelas yang berada di meja kantin.

Ciarrrr..

Seolah sadar, Bella dengan cepat merubah ekspresinya menjadi merasa bersalah. Terpaksa ia harus membersihkan pecahan gelas tersebut, dan tak lupa mencari alasan agar ia tak mengganti rugi pada Ibu kantin.

Haii

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang