Tujuh

2.1K 269 15
                                    


Tiga orang itu sama-sama membisu didalam mobil yang kini berjalan mulus dijalan. Si anak bujang sibuk bermain game diponselnya, si Bapak serius mengemudi, dan si calon Ibu tengah menatap jalanan yang tampak ramai.

Setelah kejadian memalukan tadi pagi, Lisa langsung segera mendorong tubuh Hanbin dan berlari keluar dari kamar pria itu. Sedangkan Haruto menatap sinis Hanbin yang menampilkan wajah tanpa dosa.

Awalnya Lisa tak mau ikut liburan, namun Haruto membujuknya dengan embel-embel airmata palsuh. Iya Haruto nangis arup-arup di depan pintu kamar Lisa.

"Calon Mama yuk ikut yuk, Ruto gak mau pergi sama Papa doang, nanti Ruto dikira adeknya Papa lagi. Calon Mama tega lihat Haruto sama Papa nanti dilirik tante-tante diluaran sana."

Itulah serangkaian kalimat yang diucapkan Haruto, dan Lisa luluh hanya karena kalimat tak jelas itu.

Hanbin melirik sekilas kearah Lisa yang masih diam tak bersuara, ia tau alasan gadis itu merasa canggung didekatnya. Ya karena kejadian tadi pagi, mungkin Lisa merasa malu. Hanbin tau yang ia lakukan tadi memang tak seharusnya terjadi. Tapi yah namanya khilaf bund, mana bisa ditahan, kalau bisa ya gak jadi khilaf.

Mereka keluar dari mobil setelah sampai ditempat tujuan, Lisa menatap kagum pemandangan yang sangat indah didepannya.

"Pa laper.." baru sampai, anak bujangnya sudah kelaparan. Hanbin menghela nafas, ia lalu melihat sekitar, dan tatapannya berhenti disatu gerobak yang bertuliskan 'Bakso Malang'.

"Tuh sana beli sendiri." Uang selembar berwarna merah muda itu sudah beralih ke tangan Haruto. Dengan senang hati, Haruto berlari kearah gerobak itu dan memanjakan perutnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Hanbin saat melihat Lisa berjalan menjauh darinya.

"Cari cogan."

Hanbin berlari kecil, ia mengejar Lisa yang sudah berjalan didepannya. Sedangkan disisi lain, senyum seorang pria bujang nampak merekah, misinya berhasil. Ia sengaja pergi agar kedua orang tua itu dapat jalan berdua. Hm, kali ini Haruto melepas Papanya agar bisa sedikit liar dengan wanita :)

"Mas bunganya Mas, buat istrinya." Hanbin menatap seorang wanita paruh baya yang berjualan bunga, ia lalu menatap Lisa yang juga melihat kearah bunga yang dibawa oleh Ibu itu.

"Saya beli semuanya, berapa Bu?"

"Semua Mas?" Hanbin mengangguk.

"Harganya 50 ribu Mas."

"Ini Bu, kembaliannya ambil aja Bu." Hanbin menyerahkan selembar uang seratus ribu pada penjual bunga, ia menerima bunga sekeranjangnya.

"Beneran Mas? Makasih ya Mas, semoga Mas sama Mbaknya segera diberi momongan."

"Eh?" Kaget Lisa.

"Haha makasih Bu doanya, kami permisi."

"Ngapain beli bunga sebanyak ini? Buat apa? Mau Bapak makan?"

Hanbin sendiri bingung, untuk apa bunga-bunga ini? Ia tak terlalu suka bunga, Haruto apalagi, Lisa juga nampak tak tertarik dengan bunga.

"Kamu gak suka bunga?"

"Saya gak suka bunga mawar."

"Why?"

"Banyak duri. Kadang yang cantik itu dapat menyakitkan." Memang benar, bunga mawar penuh dengan duri di batangnya. Dan sangat menyakitkan jika duri itu sampai tergores dikulitmu, yah semakin erat kamu menggenggamnya, semakin banyak pula luka yang tercipta olehnya. Hm, Hanbin Teguh.

Lalu untuk apa bunga ini? Kasihan kan kalau tadi Hanbin gak jadi beli, Ibunya kan udah nawarin.

"Kamu sukanya bunga apa?" Lisa menoleh, menatap Hanbin sekilas lalu tersenyum tipis.

"Sunflower."

***

Lisa menatap wanita yang duduk tak jauh didepannya, dari wajahnya nampak tak asing. Namun Lisa tak mengenalnya.

Saat ini ia tengah berada di kafe, Hanbin pergi ke toilet, dan hanya dirinya sendiri yang duduk disini, ah ditemani wanita berbaju merah itu tentunya. Semakin ia memahami wajah wanita itu, semakin yakin pula bahwa Lisa merasa tak asing dengan wajah berpahatan sempurna itu. Cantik dan seksi. Pria yang mendapatkannya nanti pasti akan beruntung.

"Lisa." Gadis itu terkejut, ia lalu menatap Hanbin yang masih berdiri didepannya.

"Kenapa?"

"Ayo pulang, Haruto udah nunggu di mobil."

"Hm.."

Saat berjalan pun Lisa masih sempat-sempatnya menatap lekat wajah wanita itu, dan kini semakin dekat, Lisa sadar wajah siapa yang ada disana.

Itu seperti wajah...

Haruto.

-
-
-

Dalam otak Lisa, kadang ia lancang berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri, dimana Mama Haruto? Apa sudah tiada? Atau memang sudah berpisah dengan Hanbin?

Mengingat kejadian tadi sore, wanita itu juga sempat bertatap muka dengannya, sangat cantik, itu yang Lisa ucapkan dalam hati.

"Bi, saya boleh tanya sesuatu gak?" Setelah dipikir-pikir, Lisa harus tau soal Mama Haruto.

"Tanya apa Non Lisa?" Balas Bi Yana yang tengah mengupas buah apel.

"Soal istrinya Pak Hanb__" ucapan Lisa terhenti, ia lalu dengan segera mengambil tisu dan mengusap jari Bi Yana yang barusan tergores pisau.

"Akhh.."

"Saya ambil p3k dulu Bi."

Bi Yana menatap punggung Lisa dengan perasaan campur aduk, ia benar-benar ingin bercerita pada Lisa, namun rasanya ia tak berhak menceritakan masalah itu. Alangkah lebih baiknya jika Hanbin sendiri yang bercerita. Bukankah begitu baiknya?

Yuk gas pol yuk vomentnya yuk. Jngn jomplang yuk, yg baca ratusan, yg vote puluhan.

Yukk sayang, jngn malu" buat vote, vote aja gue udh bahagia, sumpah deh.

:)

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang