Dua puluh tiga

1.2K 180 8
                                    


"Wuhuuu, bentar lagi Ruto mau jadi kakak kelas. Aduh gimana ya rasanya.." Bi Yana yang kini tengah merapikan pakaian hanya bisa tersenyum melihat tingkah Haruto yang kelewat aktif.

"Bi, gimana ya rasanya? Ruto pengen cepet-cepet jadi kakak kelas. Terus Ruto yakin kalau Ruto bakal jadi kakel yang dikagumi adkel. woahhhh.."

"Halu." Bukan Bi Yana menjawab, melainkan Bapak Hanbin yang terhormat.

"Apasih."

"Berharap banget jadi kakel yang dikagumi, tiap malam aja masih minumm susu botol sok-sokan jadi kakel."

"Tuh mulut bisa gak sehari aja gak nyinyirin Ruto?"

"Gak bisa, wleee.."

"Awas aja anda."

Bi Yana hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah, jika sudah begini, biasanya yang menang itu Hanbin, Haruto pasti cuma bisa bilang 'Awas aja anda'.

"Mama Lisa mana ya? Kok belum pulang? Padahal Ruto harus cerita sama Mama kalau Ruto bakal jadi kakel sejuta umat."

"Halah berisik sekali kamu ini anak muda. Bisa diam tidak? Kupingku rasanya pedas mendengar suaramu."

"Papa kenapa sih ngajak gelut Haruto terus? Bi Yana bisa bantuin Haruto buat Papa diem gak?!" Haruto kesal, bagaimana tidak. Tiap hari adu mulut sama Papanya, setiap ia sudah diam, Hanbin selalu punya ide untuk membuat dirinya membalas ucapan Papanya. Dan terjadilah perang mulut.

"Malam semua.." baru saja Hanbin akan membuka mulut untuk membalas ucapan Haruto, tapi sebuah suara membuatnya terhenti.

"Mama Lisa.." Haruto berlari kearah Lisa dan dengan cepat memeluk wanita itu. Lisa terkejut, jelas ia terkejut.

"Aku mau cerita sama Mama, Ruto bakal jadi kakel minggu depan.. yeeee, akhirnya Ruto punya adek kelas.." Lisa tersenyum manis, ia lalu mengusap punggung Haruto.

"Iya, anak Mama kan udah gede sekarang. Bakal jadi kakel keren nih, inceran adek kelas.." matanya terus menatap Hanbin yang melihatnya datar.

Haruto melepas pelukannya, lalu menatap Lisa dalam, "Mama tau gak? Katanya adek kelas Ruto bakal cantik-cantik.. pokoknya Haruto harus jadi kakak kelas sejuta umat.."

"Sekolah itu buat belajar, bukan buat tebar pesona." Sahut Hanbin sambil melempar pulpen pada anak bongsor itu.

"Anda jangan sok-sokan kasih tau saya ya, ingat dulu anda juga sering tebar pesona." Balas Haruto dengan wajah jengkel.

"Haruto mending tidur, Mama juga capek mau istirahat."

"Hm oke.." bocah itu lalu pergi menuju kamarnya. Lisa lalu juga ikut melangkah ke lantai dua, ia ingin mandi. Badannya terasa lengket.

"Lisa.." baru saja ia akan menutup pintu kamarnya, suara Hanbin membuatnya berhenti.

"Apa?"

"Saya mau bicara."

"Emm oke.. mau bicara apa?"

"Buka pintunya dong, saya mau masuk."

"Oh, iya.."

Hanbin menutup pintunya setelah ia masuk, ia menatap wajah Lisa yang tampak kelelahan.

"Minggu depan Haruto naik kelas, gimana kalau hari setelah Haruto naik kelas, kita nik__"

Sarangehetta uriga mana..

"Eh bentar-bentar.." Lisa melihat ponselnya yang berdering, ia lalu menerima panggilan dari atasannya.

"Iya Pak ada apa?"

"...."

"Oh iya Pak baik, besok saya akan berangkat lebih pagi."

"...."

"Iya Pak, selamat malam." Lisa menutup telfonnya, ia kembali menatap Hanbin.

"Gimana? Lanjutin yang tadi." Hanbin menatap Lisa dalam, kemudian menghela nafas.

"Kita harus nikah Lisa. Kamu hampir satu bulan disini."

Mata Lisa membulat, nikah?

OMO... Mimpi apa ia semalam.

"Eeem, kita bicarain itu besok aja."

"Lisa saya serius." Tubuh Lisa terpaku, ia butuh oksigen sekarang.

"__ saya sudah cerai sama Maria, besok sidang terakhir. Kamu juga gak bisa tinggal disini lama-lama tanpa stasus dengan saya. Tolong berpikir realistis Sa, saya tau kamu belum siap. Tapi kamu harus ingat, kamu gak bakal siap kalau kamu gak niat."

Lisa menunduk, ia merasa tertohok dengan kalimat terakhir yang Hanbin ucapkan. Rasanya seperti ada sebuah paku besar yang menancap di hatinya.

"Saya cuma mau bilang itu, kamu harus istirahat. Besok kamu kerja kan, mandi, terus tidur." Hanbin menepuk puncak kepala Lisa, tak lupa kecupan singkat ia berikan diatas rambut gadis itu.

Lisa masih terdiam, apa ia terlalu pada Hanbin? Hanbin benar-benar serius padanya. Rasanya terlalu cepat bila minggu depan, namun ia juga tak bisa menunda-nunda.

Semuanya menunggu jawaban darinya, jika ia tak segera. Maka semua orang merasa digantung olehnya.



Hei yo what's up..

Haha..

Btw, aku ada story baru.

Yukkkkk lngsung cek 👍

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang