Dua puluh sembilan

920 124 4
                                    


"Akh.."

"Hanbin!"

Lisa panik, tubuh Hanbin tiba-tiba terjatuh dan pria itu terus meringis.

"Hanbin!"

"Li--saa.."

"Ibu Ayah, Papa Mama!!"

Lampu kembali hidup, Lisa syok melihat tuxedo Hanbin yang penuh dengan darah.

"Hanbin tahan sayang." Lisa menekan luka itu, airmatanya terus mengalir, tangannya gemetar.

"PANGGIL AMBULANCE CEPAT!" Suara Papa Hanbin menggema.

"Hanbin tahan."

Mata Hanbin terpejam, Lisa semakin tak karuan.

"Hanbin, sayang.. jangan tidur, tahan ya. MANA AMBULANCE NYA?!"

"Lisa tenang sayang."

"Gimana aku bisa tenang Ma? Suami aku ditusuk sama orang dihari pernikahan kita."

"Tenang dulu sayang, sekarang kita fokus sama Hanbin oke."

Tak ada yang dapat Lisa lakukan, ia memang dokter. Tapi alat medis yang ia punya tentu tak dapat membantu.

Ambulance datang, semua tampak kacau. Lisa hanya bisa berdoa, tangannya terus menggenggam tangan Hanbin yang terasa dingin.

Ibunya terus menenangkan Lisa, memeluk putrinya yang tampak kacau. Bahkan gaun mahal yang tadi masih putih bersih kini penuh noda darah.

Sesampainya di rumah sakit, Hanbin segera dibawa ke UGD.

"Biar saya yang tangani ini Dok." Ucap Lisa.

"Biar saya Lisa, keadaan kamu kacau. Cukup berdoa dan tetap tenang, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk Hanbin."

Lisa menarik kerah Dokter muda itu, "Tolong Hanbin, Pras."

"Iya, kamu tenang." Pras, segera masuk keruangan dan melaksanakan operasi.

Hampir 1 jam setengah, operasi berjalan. Namun pintu UGD tak kunjung terbuka. Lisa pun tak tenang, ia sibuk mondar mandir di depan pintu UGD.

"Mama.." Lisa menoleh, tubuhnya hampir terhuyung saat Haruto datang memeluknya.

Wanita itu membalas pelukan putranya, "Papa pasti selamat, Mama tenang ya." Pelukan Lisa semakin erat.

"Iya.."

Ceklek.

Pintu UGD terbuka.

"Gimana Pras?"

"Beruntung luka tusuk pada pasien tidak terlalu dalam, namun ada sedikit sobekan pada ginjalnya dan mengakibatkan kebocoran pada ginjal. Pasien juga kehabisan banyak darah, jika saja tadi sedikit telat, kemungkinan besar pasien tidak selamat."

"Terus gimana sekarang?"

"Operasi berjalan lancar, mungkin besok atau lusa pasien akan sadar. Kalau begitu saya permisi."

Tubuh Lisa merosot, ia lemas. Ia bersyukur Hanbin masih diberi kesempatan untuk hidup.
Sangat tidak lucu jika ia menjadi janda dihari pernikahannya.

***

"Kalian gimana sih? Harusnya kalian cek keamanan, gimana bisa ada penyusup dan buat anak saya celaka? Kalian digaji besar itu buat jaga keamanan, bukan malah tiktokan!"

Sudah, majikan mereka marah besar. Sampai bawa-bawa tiktok, mereka hanya bisa menunduk dalam diam.

"Saya gak mau tau, kalian harus cari siapa pelaku dibalik kejadian ini. Cari dan bawa dia ke saya."

"Baik Tuan."

Setelah Tuan besarnya pergi, para security, bodyguard dan keamanan lainnya mulai membagi tugas.

-
-
-

Lisa menatap wajah sayu Hanbin yang kini masih terpejam. Ingatannya kembali ke malam tadi, ia tak tau siapa yang berani melakukan hal keji itu pada suaminya. Namun satu nama terlintas di benaknya, Maria.

"Mama makan dulu ya, Haruto gak mau Mama sakit." Haruto yang baru datang segera menghampiri Lisa dengan satu mangkuk bubur ayam di tangannya.

"Haruto suapin ya." Lisa tersenyum simpul, diusapnya rambut kepala Haruto dengan halus.

"Aaaa.."

Lisa membuka mulutnya, menerima suapan pertama dari Haruto.

"Dulu, Papa sering suapin Haruto waktu Haruto sakit. Mama tau gak? Papa tuh pria yang hebat, walaupun Haruto suka berantem sama Papa. Haruto gak pernah sekalipun punya niatan buat sakitin hati Papa."

Haruto mulai bercerita dan terus menyuapi Lisa.

"Kadang, kalau Papa pergi ke luar kota tuh Haruto kesepian. Cuma ada Bibi doang di rumah, itupun kadang Bi Yana pulang ke rumahnya."

"__ Papa tuh paket komplit. Jadi bos bisa, jadi Bapak bisa, jadi Ibu bisa, bisa masak, bisa nyanyi, bisa ngerapp, bisa buat lagu juga loh Ma, pokoknya Papa tuh paket komplit. Mama beruntung dapetin Papa."

Lisa tersenyum, ia lalu meraih pundak Haruto dan memeluknya.

"Iya Mama beruntung banget dapetin Papa kamu, Mama juga beruntung bisa langsung punya anak sebesar kamu."

"Ma, Haruto gak mau punya adek." Refleks Lisa melepas pelukannya, ia menatap Haruto heran.

"Gimana? Gak mau punya adek? Kenapa?"

"Nanti kasih sayang Mama sama Papa terbagi. Ruto gak mau, Ruto mau jadi anak tunggal kaya raya. Biar kayak di tiktok itu loh Ma." Lisa tertawa, anak ini benar-benar ajaib.

"Jadi kamu jadi anak tunggal kaya raya?"

"Iya dong, nanti biar Flora terpikat sama Haruto."

Lisa terdiam, ia ingat apa yang diucapkan Hanbin malam itu. Hari dimana Flora pergi bersama mereka.

"Haruto, dengerin Mama. Jangan terlalu deket sama Flora ya. Kamu suka sama Flora?"

"Emm Haruto gak tau sih Ma, cuma Haruto rasa Haruto emang suka sama dia."

"Sayang, jangan ya. Mama gak mau kamu jatuh terlalu dalam, Mama gak mau kamu sakit hati. Kamu boleh sayang sama Flora, tapi bukan sebagai seorang pria, tapi sebagai seorang kakak ke adik perempuannya."

"Maksud Mama apa?"

"Kamu bakal tau nanti, jadi inget pesen Mama ya."

"Ohh Mama mau angkat Flora jadi anak Mama?"

Lisa bergeming, iya, kenapa ia tak berfikir sampai sana?

"Iya nanti Mama mau bicarain sama Papa kamu."

"Ck, yaudah deh. Haruto mencoba ikhlas, Ruto juga masih punya cadangan sih. Jadi tenang."

"Dasar fakboy."

Misi

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang