Sepuluh

1.9K 259 55
                                        


Ketukan pintu membuat wanita paruh baya itu segera berlari menuju pintu utama. Bi Yana membuka pintu tersebut, dan kini tampaklaj seseorang yang mampu membuat detak jantungnya berdegup kencang.

Bi Yana mundur, dadanya tiba-tiba terasa sesak kala ingatan beberapa tahun lalu mulai membayanginya.

"Apa kabar Bi Yana?"

***

Lisa menyandarkan tubuhnya disofa ruangan kerjanya, hari ini ia tak terlalu sibuk, jadi ia akan pulang cepat.

"Gue pulang naik taksi aja kali ya, males kalau nelfon Pak Direktur."

"Oke mari pulang."

Lisa merapikan meja kerjanya dan membereskan semua barang-barangnya.

"Siang Dok."

"Siang.."

Lisa tersenyum ramah kala para perawat menyapanya. Ia sedikit bingung karena banyak perawat yang melihatnya dengan senyum malu-malu, ada apa sebenarnya? Ia jadi ingin tertawa.

Dahinya berkerut kala melihat dilobi rumah sakit kini terlihat ramai, ia lalu melangkah dengan cepat agar dapat melihat apa yang tengah terjadi.

"Ada apa sih?"

"Ini Dok, ada Mas-mas ganteng, katanya sih mau jemput istrinya."

"Oh.." Lisa mencoba menerobos kerumunan orang, ia lalu lewat pinggir agar bisa cepat keluar. Dan berhasil lolos, ia pun melangkah dengan santai, namun tiba-tiba..

"Lisa.."

Langkahnya terhenti, itu seperti suara...

Kepalanya menoleh, mata lebarnya semakin lebar, "Pak Hanbin?!"

Jadi, Mas-mas yang suster tadi maksud itu Pak Hanbin?

"Aaaaaaa..." Suara jeritan para manusia itu terdengar kala Hanbin melebarkan senyumnya. Ia lalu melangkah menuju Lisa dan menggenggam tangan gadis itu.

"Ayo pulang."

"Aaa itu beneran suaminya Dokter Lisa?"

"Kapan mereka nikah?"

Lisa hanya diam, ia mengikuti Hanbin hingga kini mereka ada di mobil. Namun sebelum masuk mobil, bisa-bisanya Hanbin melakukan kiss bye pada kerumunan orang diluar dan itu membuat Lisa berdecih.

"Bapak kenapa jemput saya?"

"Kan kemarin saya udah bilang, kalau saya bakal antar jemput kamu."

"Ya maksudnya Bapak tau darimana kalau saya pulang cepet. Inikan masih jam satu siang."

"Ini.." Lisa melirik ponsel Hanbin, dan setelahnya ia terperangah tak percaya.

"Bapak gimana bisa? Ahh udahlah suka-suka Bapak aja." Hanbin tertawa kecil, iya jelas suka-suka dialah.

Lisa benar-benar tak habis pikir dengan pria disampingnya ini, gimana bisa ia punya nomer ponsel Diana, si perawat cantik yang sering bersamanya. Ah Bapak Direktur yang satu ini emang suka seenak hatinya.

"Kita sekalian jemput Haruto."

"Iya."

***

Bi Yana menatap was-was kearah pintu rumah, bagaimana tidak, seorang wanita yang dilarang masuk kini malah tengah duduk santai di sofa ruang tamu. Jika sampai Tuan besarnya tau, ia yakin ia akan mati. Ah membayangkan saja sudah membuat ia merinding.

"Apa mereka pulangnya masih lama bi?"

"Eh, anu Non, bentar lagi."

Wanita itu beranjak, Bi Yana pikir ia akan pergi, namun nyatanya malah menuju taman belakang.

Suara deru mobil membuat Bi Yana gelagapan, ia berlari menuju pintu utama dan membukanya. Terlihat dihalaman rumah, tiga orang tengah berjalan kearahnya.

"Non Lisa tumben pulang siang?"

"Gak ada jadwal Bi." Balas Lisa dengan senyuman dibibir.

"Ahh Haruto capek, mau ke kamar." Bocah itu segera berlari ke kamar tanpa sadar akan sesuatu. Lisa juga akan menuju kamarnya, namun sebuah suara tiba-tiba terdengar.

"Hanbin.." langkah Lisa terhenti, ia berbalik, dadanya terasa sesak kala melihat seorang wanita tengah memeluk prianya, ah maksudnya calon suaminya.

Tjga orang dewasa itu sama-sama diam, Hanbin yang tubuhnya membeku kala dipeluk secara tiba-tiba oleh wanita ini, Lisa dan Bi Yana yang tak dapat berkutik menyaksikan kejadian itu.

"Papa."

Akhirnya, suara Haruto mampu membuat Hanbin sadar dan segera melepas pelukan itu. Ia menatap datar wanita didepannya.

Wanita itu menoleh menatap Haruto, "Hanbin, dia anak kita?"

Tes..

Lisa dengan cepat menghapus airmatanya yang keluar tiba-tiba.

Baru saja wanita itu akan melangkah, tiba-tiba Hanbin menyeretnya keluar.

"Hanbin lepas, aku mau lihat anak kita."

Tangan tak berdosa itu terhempas, "Cukup Maria, cukup. Sekarang kamu pergi."

"Aku gak bakal pergi sebelum aku ketemu sama Haruto, dia anak aku."

Hanbin tertawa miris, "Anak? Anak yang kamu buang gitu aja, sekarang kamu pergi dan jangan balik lagi."

"Aku nyesel, kamu tau kan itu bukan keinginan aku, aku tau aku salah, tapi aku mohon ijinin aku ketemu sama Haruto."

"Gak."

"Jangan lupa Hanbin, kita masih berstatus suami istri."

Yg pnting up hehe

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang