Sudah seminggu berlalu, dan kini Hanbin sudah sadar dari komanya. Tubuh yang semula tegap kini justru semakin kurus. Namun tak mengurangi ketampanan Bapak CEO 😌"Pa, Mama bilang, Haruto gak boleh sayang sama Flora sebagai cowok tapi sebagai kakak ke adik ceweknya. Maksudnya apa?" Tanya Haruto dengan tangan yang sibuk mengupas jeruk.
"Kapan Mama bilang gitu?" Tanya balik Hanbin.
"Waktu Papa masih koma."
"Kan Mama waktu itu bilang, Mama sama Papa mau adopsi Flora. Iyakan Pa?" Layaknya jelangkung, Lisa tiba-tiba datang tanpa ada suara bahkan bau apapun.
*Dikira jin kali ah😌
"Aaa, iya, Papa sama Mama berencana buat adopsi Flora." Jawab Hanbin agak ragu. Ia ragu karena Flora anak dari Maria, dan jika sampai Haruto tau, mungkin ia akan membenci Flora.
"Dan Mama kesini gak sendirian loh.." ucap Lisa ceria.
"Mama sama siapa?" Tanya Haruto.
"Bentar ya, sayang sini masuk." Panggil Lisa pada orang yang berada di luar.
Setelah mendengar Lisa memanggilnya, gadis cilik berambut hitam sebahu itupun masuk kedalam ruangan. Senyumnya yang manis membuat setiap orang ingin terus menatapnya.
Ia melangkah pelan mendekati ranjang Hanbin, "Om Hanbin gimana keadaannya?" Tanyanya dengan suara yang terdengar merdu untuk Haruto.
*Haruto kalau lagi puber mah gitu😌
"Lumayan membaik, sini duduk disamping Om." Hanbin menepuk sisi kanan ranjang yang terdapat ruang untuk duduk.
Flora pun menurut dan duduk disana, ia mengusap pelan tangan Hanbin yang semakin kurus.
"Flora bawain Om kue beras, Flora buat sendiri loh, jadi Om wajib cobain."
"Iya nanti Om cobain ya, makasih anak manis." Lisa tersenyum melihat interaksi antara Hanbin dan Flora, ia tau bahwa Hanbin memang tegas namun ia hanya sosok pria hangat yang akan memberikan kasih sayangnya pada orang yang ia cintai.
"Mama kok bisa ketemu Flora?" Tanya Haruto kepo.
"Tadi Flora udah kesini, cuma dia gak berani buat jenguk langsung. Jadi dia mau titipin kue nya sama Mama, yaudah Mama ajak aja buat masuk." Jelas Lisa.
"Kamu kok bisa tau Papa di rumah sakit?" Tanya Haruto pada Flora.
"Denger dari Kak Justin, katanya Papa Kak Haruto masuk rumah sakit, jadi aku inisiatif mau jenguk."
Mendengar jawaban Flora, Haruto hanya ber-oh ria.
"Oh ya, nanti kalau Om Hanbin udah sembuh, Om sama Tante boleh ke rumah Flora kan?" Tanya Lisa pada Flora dengan hati-hati.
Flora yang mendengar itupun bingung, ia terdiam beberapa detik lalu setelahnya ia membuka suara.
"Ke rumah Flora? Emang ada apa Tante?"
Lisa mendekat kearah Flora, merangkul pundak kurus itu dan mengusapnya pelan.
"Flora mau gak, jadi anak Om sama Tante?" Tanya Lisa lembut.
Gadis cilik itu hanya terdiam, menatap Lisa dan Hanbin secara bergantian. Jauh dalam lubuk hatinya ia sangat bersedia, namun ia bertanya pada dirinya sendiri.
Bisakah Lisa dan Hanbin membuatnya lepas dari penderitaan yang selama ini ia alami?
***
Berdiam seorang diri di ruangan bernuansa putih ini sudah biasa bagi pria berkepala dua tersebut. Matanya menatap kearah luar jendela, tanaman hijau serta bunga-bunga mampu membuat matanya terasa sejuk. Tak lupa secangkir teh hijau kesukaannya, yang senantiasa selalu ada dimanapun dia berada.
Ingatannya kembali ke masa silam, dimana ia membuat seorang gadis yang ia cintai merasa terancam. Jika ditanya apa ia menyesal telah membuat Lisa trauma? Tentu jawabannya tidak. Ia hanya ingat, namun ia tidak merasa bersalah atas apapun yang ia lakukan 2 tahun silam.
Pria itu menyeruput tehnya, "harusnya kamu jadi milik saya, Lisa."
Saat tengah membayangkan betapa manisnya wajah Lisa, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama 'Maria' terpampang jelas dilayar benda persegi panjang itu.
Dengan malas, Dika memasukkan ponsel miliknya kedalam laci meja. Lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Ya, membayangkan betapa manisnya wajah lisa 🙂
***
Dua hari berlalu, kini Hanbin sudah diijinkan untuk pulang. Walaupun pada awalnya ia dilarang untuk kembali pulang, dan berkerja. Namun yang namanya Hanbin pasti keras kepala. Demi diijinkan rawat jalan, ia sampai merengek meminta pada istrinya agar segera dibolehkan pulang.
Dan tentu rengekan Hanbin sangat manjur, buktinya sekarang ia boleh pulang. Sesampainya di rumah, ia disambut senyuman hangat Bi Yana, setelah tiba di kamar, Lisa meminta agar Hanbin segera istirahat. Namun lagi-lagi, si kepala batu itu menolak dan memilih untuk bermain ps. Ia sudah lama tidak memainkan ps dikamarnya.
"Kalau aku bilang tidur ya tidur, gak usah cari masalah deh!" Amuk Lisa.
Bukannya takut atau ngeri, Hanbin malah gemas melihat Lisa yang ngomel-ngomel dengan bibir yang mengerucut.
"Kenapa sayang kenapa?" Tanya Hanbin halus, ia mencoba meluluhkan singa betina didalam diri Lisa.
"Gak usah sayang sayang! Kalau kamu gak istirahat, jangan harap nanti malam dapat jatah!" Ancam Lisa.
"Emang aku ada minta?" Goda Hanbin.
Bagaikan api yang disiram pertamax turbo, biar makin pro. Oke lanjut.
Bagaikan api yang disiram bensin, emosi Lisa yang awalnya sekecil api-apian kini malah makin membesar menjadi api unggun.
Dengan kekuatan dalam, Lisa menjambak rambut Hanbin tanpa ampun hingga membuat si empunya merasa tersiksa.
"Aaaaaaa!! Mama tolong Hanbin Ma!"
***
Nasib Hanbin gimana ya kira-kira?
Maaf ya buat yng nunggu, lovyu semuaa😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husband [ Hanlis ]
FanfictionApasih yang gak disuka dari Kim Hanbin, Papa Muda dengan seribu pesona. Tubuh tinggi tegap, wajah tampan nan tegasnya mampu menghipnotis setiap mata wanita yang melihatnya. Berawal dari Jalanan hingga menuju ke pelaminan. Inilah awal perjalanan cint...