Flora tampak canggung berada diantara keluarga ini. Padahal ia sudah menolak, namun Haruto dan Lisa tetap memaksanya untuk ikut.
Dan berakhirnya dia disini."Makan Flora, jangan sungkan."
"Iya Tante."
Hanbin sedari tadi memperhatikan gadis kecil itu, tentu ia tau siapa bocah yang kini duduk disamping Haruto itu. Bahkan dilihat dari matanya saja sudah terlihat jelas siapa Ibu yang dimaksud Flora.
"Flora.." semua mata menatap Hanbin.
"Iya Om?"
"Makan yang banyak, kalau kurang bisa pesen lagi. Oke?" Lisa terkejut dengan sikap perhatian Hanbin pada Flora, dan itu cukup membuatnya tersentuh.
"Iya Om, makasih."
"Perasaan Papa gak pernah gitu ke Haruto." Bocah bongsor itu merengut kesal.
Lisa dan Hanbin hanya tersenyum maklum, Haruto anaknya suka iri emang. Untuk kali ini Hanbin sedang tak ingin adu mulut dengan Haruto. Pria itu tengah fokus memperhatikan Flora yang makan dengan pelan.
"Tangan kamu kenapa Flora? Kamu habis jatuh?" Tanya Hanbin dengan mata yang fokus pada luka Flora di lengan.
"Emm iya Om, Flora jatuh tadi malam di kamar." Gadis itu berusaha menutupi lukanya.
"Kamu udah obatin?" Tanya Lisa.
"Udah Tante." Balas Flora dengan senyum tipis. Dan untuk kali ini, ia merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan.
***
"Stop disini Om, Flora mau mampir ke toko dulu. Makasih udah ajak Flora makan, sama anterin Flora pulang." Mobil Hanbin berhenti, ia lalu menoleh kearah Flora dan tersenyum tulus.
"Lain kali, kalau Tante Lisa ajak kamu, kamu jangan nolak ya?"
Flora tersenyum, "Iya Om pasti. Kak Haruto makasih ya." Bukannya membalas ucapan Flora, Haruto justru diam menatap gadis itu. Ia sedang terpesona sekarang.
"Ya udah, Flora turun ya Om Tante, sekali lagi makasih." Setelah mendapat anggukan dari Lisa dan Hanbin, Flora lalu turun dari mobil.
Gadis itu melambaikan tangannya saat mobil Hanbin mulai berjalan meninggalkan dirinya yang berdiri di pinggir jalan.
Flora segera berlari menuju rumahnya, ia bohong soal pergi ke toko. Itu hanya alibi agar Hanbin tak mengantarkannya sampai depan rumah. Ia tak mau kejadian saat Haruto mengantarkannya terulang lagi.
Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat setelah netranya melihat mobil sang Mama terparkir di halaman rumah.
"Dari mana aja kamu?!" Flora menahan nafasnya, ia tau semua ini akan terjadi padanya.
Ia hanya takut, ia tak masalah dengan luka di tubuhnya. Ia hanya merasa takut jika Mamanya sudah murka, dan yang ia dapatkan adalah kemarahan. Ia hanya bingung menjawab pertanyaan mengenai luka ditubuhnya. Alasan apa yang ia gunakan untuk menutupi luka itu?
"Ayo masuk!"
"Akhh iya Ma, tangan Flora sakit Ma.."
Brakk..
"Akhhh.."
"Kamu makin besar makin ngelunjak ya! Saya udah bilang berkali-kali sama kamu, jangan keluyuran! Kenapa sih kamu gak mau dengerin hah?!"
Duagg..
"Akhh.. Ma sakit Ma."
"Sakit? Lebih sakit mana sama perlakuan Papa kamu ke saya ha? Anggap ini sebagai pembalasan perlakuan Papa kamu."
Flora tak dapat melakukan apapun, ia hanya bisa menangis. Meratapi hidupnya yang mengapa harus bertakdir seperti ini.
Ia selalu bertanya, apa salahnya hingga ia terlahir dari keluarga yang tak punya rasa belas kasihan.
Maria menarik rambut Flora, lalu mendorong kepala anak itu hingga membentur meja.
"Akhhh.. hiks.. Ma sakit Ma.."
"JANGAN NANGIS! Itu gak bisa buat saya iba sama kamu."
"Aduh Tante.. bisa gak jangan ribut di rumah ini? Bella tuh pusing tiap Tante marah sama anak murahan itu di rumahnya Bella. Kenapa Tante gak asuh anak Tante sendiri di rumah Tante ha? Bella tuh jijik punya sepupu yang lahir diluar nikah. Najis tau gak." Bagai ditampar berkali-kali. Ucapan Bella benar-benar membuat Flora ingin menampar gadis itu. Namun ia tau batasan, bukankah semua bisa diselesaikan tanpa bermain fisik.
"Bella jaga bicara kamu, Mama gak pernah ajarin kamu kayak gitu." Sonia, Kakak kandung Maria, menarik anak gadisnya agar menjauh dari Maria dan Flora.
"Ishh Mama kenapa sih? Bella bilang gitu biar Tante tuh gak marah-marah terus, kalau mau marah di rumahnya sendiri kan bisa."
Plakk..
Mata Sonia membulat, begitupun Bella. Mereka terkejut saat Maria melemparkan sekumpulan uang ke wajah Bella.
"Ingat Bella, cuma saya yang bisa kasih kamu uang sebanyak itu. Mama kamu bisa? Enggak kan? Kalau bukan karena saya, kalian gak akan tinggal di rumah ini, tapi di kolong jembatan." Maria lalu pergi, ia tak peduli dengan perasaan Kakaknya ataupun keponakannya. Ia punya uang, kedua manusia itu tak mungkin meninggalkan dirinya, kecuali mereka mau hidup susah dan makan makanan sisa.
***
"Lisa.."
"Hm?" Hanbin memeluk Lisa dari belakang, pria itu meletakkan dagunya dipundak Lisa.
"Dua hari lagi kita nikah, kamu tau gak? Saya bahagia banget, akhirnya semuanya tercapai setelah berabad-abad saya tahan semua ini."
"Gak usah lebay deh Pak, berabad-abad.. Bapak udah tua? Udah jadi leluhur apa?"
"Gak tau pokoknya saya bahagia, kita harus buatin Haruto adek. Kita buat 11."
"Ha?" Lisa melepas pelukan Hanbin dan beralih menghadap pria itu, jangan lupakan pisau yang sejak tadi ia pegang.
"Apa? 11?"
"Iyalah, soalnya saya mau mereka punya profesi yang beda-beda. Ada dokter kayak kamu, CEO kayak saya, pesepakbola, atlet voli, atlet lari, petinju, hakim, pengacara, artis, penyanyi, terus chef ternama. Wahhh.." Hanbin bertepuk tangan senang.
"Wahhh lucu sekali impian Bapak yang satu ini. Coba sini lihat kamera, cekrekk.. okee mau saya pajang di tembok rumah orang dengan caption Orang gila baru."
"Terserah kamu, yang penting saya bahagia." Hanbin mengambil pisau itu lalu meletakkannya di meja, pria itu segera menerjang tubuh Lisa. Memeluknya erat, ia tak bisa berkata-kata, intinya ia sangat bahagia.
Namun kebahagiaan mereka sepertinya tak bisa bertahan lama.
Seperti mendapat sebuah peringatan.
Karena tiba-tiba suara kaca pecah membuat pelukan Hanbin terlepas. Pria itu terkejut, sama hal nya dengan Lisa.
"Jangan cek, biarin aja. Kita tidur aja sekarang." Cegah Lisa saat Hanbin ingin melihat ulah siapa malam-malam memecahkan kaca rumahnya yang harganya teramat mahal.
"Tapi__"
"Jangan sayang, biarin aja. Orang iseng kayak dia kalau di ladenin malah ngelunjak."
Yuhuuu..
Makin lama makin ngadi-ngadi nih cerita :)
![](https://img.wattpad.com/cover/237083011-288-k558180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husband [ Hanlis ]
Fiksi PenggemarApasih yang gak disuka dari Kim Hanbin, Papa Muda dengan seribu pesona. Tubuh tinggi tegap, wajah tampan nan tegasnya mampu menghipnotis setiap mata wanita yang melihatnya. Berawal dari Jalanan hingga menuju ke pelaminan. Inilah awal perjalanan cint...