Dua puluh satu

1.5K 205 11
                                    


"Ma, Bella minta uang dong."

Gadis berambut pirang itu mengadahkan tangannya meminta uang pada sang Ibu.

"Buat apa lagi Bel? Mama udah gak ada uang."

"Ishh Bella mau ke salon sama temen-temen, Bella mau perawatan."

"Mama belum dapat kiriman dari Tante kamu, nanti kalau Mama udah dapet uangnya, Mama bakal kasih kamu."

"Bella maunya sekarang Ma!"

"Bella cukup! Jangan ngerengek!" Wanita paruh baya itu pergi meninggalkan anaknya, lalu menuju kamar seseorang.

"Flora!"

Ceklek.

"Iya Bu?"

"Mana tabungan kamu?!"

"Tabungan apa?"

"Gak usah bohong kamu, Ibu tau kamu punya banyak tabungan. Mana uangnya?!"

Flora tampak berpikir, ia lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sesuatu. Sebuah kotak kecil yang ia jadikan tempat tabungan.

"Flora cuma punya ini Bu." Walau gemetar, Flora masih memaksa memberikan uang itu pada wanita di depannya.

Wanita itu mengambil uang yang diberikan Flora, ia menatap sejenak Flora yang tampak pasrah.

"Nanti Ibu ganti kalau Mama kamu udah transfer." Ucapnya lalu pergi.

"Ini, jangan pulang larut malam." Bella menatap uang itu jijik.

"Masak receh sih Ma? Bella malu, masak ke salon bayar pakai uang dua puluh ribuan."

"Kamu mau atau gak? Kalau gak mau Mama gak akan kasih kamu uang lagi."

"Ck, iya-iya, mana." Dengan cepat Bella menarik uang itu, ia lalu pergi tanpa berpamitan pada Mamanya.

Hm sudah biasa.

***

Hanbin masuk ke dalam rumahnya dengan senyum lebar. Lisa yang berada di ruang tamu tak sengaja melihat senyum pria itu mendadak kepo.

"Senyumnya lebar banget Pak.." sindir Lisa cukup keras.

Hanbin menoleh, ia lalu berjalan ke arah Lisa. Tiba-tiba ia menarik tubuh Lisa hingga kini gadis itu berada di dekapannya.

"Pak Hanbin?" Lisa was-was, takut-takut kalau Hanbin tengah mabuk. Tapi pria itu tak bau alkohol.

"Aku lagi bahagia, biar kayak gini dulu ya." Aku? Sudut bibir Lisa tertarik, seperti ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya sekarang.

"Apa yang buat seorang Kim Hanbin bahagia?" Tanyanya dengan mata terpejam, menghirup aroma tubuh Hanbin yang sungguh membuatnya candu.

"Kamu.." semudah itu? Semudah itu membuat Lisa terbang.

"Lisa?"

"Hm?"

"Tunggu sebentar lagi.. jangan berubah pikiran ya, stay with me and Haruto."

Lisa tak paham, namun ia hanya mengangguk.

"Iya.."

"Makasih sayang."

Tuh kan Lisa baper.

***

Pagi ini Lisa ingin belanja, berhubung ia berangkat kerja siang, jadi pagi harinya ia gunakan untuk berbelanja.

Dan sekarang ia sudah berada di pasar.

Mencari beberapa bahan yang akan ia masak nanti.

Saat ia akan melangkah ke sebuah ruko, tiba-tiba seorang anak kecil menabraknya.

"Eh Dek.." Lisa terkejut karena anak itu terjatuh dan barang belanjaan nya ikut terjatuh.

"Maaf Tante, saya gak sengaja."

"Enggak papa.. kamu gak papa kan?" Tanya Lisa sambil membantu memunguti barangnya terjatuh.

"Gak papa Tante."

"Ini.." Lisa menyerahkan barang belanjaan itu pada gadis kecil itu.

"Kamu gak sekolah? Kok pagi-pagi udah ada di pasar?" Gadis itu termenung, tapi hal selanjutnya yang ia lakukan membuat Lisa mengernyit heran.

Gadis itu tersenyum, "Saya lagi ijin Tante."

Lisa merasa bersalah, "Oh gitu."

"Iya Tante, kalau gitu saya permisi ya Tante." Gadis itu hendak pergi, namun Lisa menahannya.

"Bentar, siapa nama kamu?"

"Flora Tante."

***

Lisa mengupas apelnya yang ia beli tadi, tatapan matanya kosong menatap meja makan.

"Flora.." gumannya pelan.

"Tadi Haruto ketemu cewek, dia cantik."

"Siapa?"

"Namanya Flora, Haruto cuma tau itu aja. Soalnya Mamanya dia panggil dia Flora."

"Flora.."

"Apa dia Flora yang dimaksud Haruto?"

Lisa menggeleng, otaknya terlalu lemot sekarang. Ia lalu memotong-motong apel itu berbentuk dadu.

Ting.. tong..

Bel berbunyi, Lisa lalu pergi untuk membukakan pintu.

"Siap__ a..?" Lisa heran, tak ada orang. Namun ada sebuah kotak kecil didepannya.

"Ini apa?"

Lisa mengambil kotak itu dan membawanya ke dalam.

Dengan segera ia membuka kotak itu, dan tiba-tiba..

"Aaaa!!"

Kotak itu terlempar hingga isi didalamnya tumpah keluar.

"Ada apa Non?" Bi Yana datang dari arah dapur karena mendengar suara teriakan Lisa.

"Itu teh naon?" Tanya Bi Yana saat melihat sebuah boneka dengan penuh darah di wajahnya.

"Dari siapa itu Non?" Lisa menggeleng tak tau, ia terlalu syok.

"Suruh Pak Agus bersihin ini Bi. Saya mau siap-siap berangkat kerja."

"Baik Non."

Dalam langkahnya, Lisa berpikir. Untuk apa orang itu mengiriminya boneka penuh darah?

Apa ia mencoba meneror Lisa?

Lisa tersenyum miring, apa orang itu mengajaknya bermain?

Aaaa

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang