Tujuh belas

1.6K 223 57
                                    


Hanbin menatap nyalang Haruto yang dengan santai melahap sarapan paginya. Seakan merasa tak bersalah sedikitpun, ingin rasanya Hanbin memasukkan Haruto kembali ke perut. Perut bumi.

"Ikan hiu makan pare.. ape?" Sudah kesal, denger pantun gak jelas Haruto malah buat Hanbin tambah kesal.

Hanbin hanya diam, menyantap sarapannya dengan penuh rasa kesal.

"Mama Lisa nanti anter Haruto sekolah, oke!"

"Gak!" Bukan, bukan Lisa yang membalas. Tapi Bapak Hanbin.

"Kamu berangkat dianterin sama Pak Kusman."

"Dih.." Haruto menatap Hanbin sinis, "Eh mon maap nih Bapak Hanbin, lagian Mama Lisa aja gak nolak, ngapain situ sok-sokan ngelarang?"

"Iya nanti Mama anter kamu, tenang aja."

"Wleee, tuh denger kan Bapak Hanbin terhormat."

***

Setelah mengantar Haruto, Lisa memutuskan untuk mampir ke pasar, ia ingin belanja sayur untuk ia masak nanti.

"Jangan beli sawi, saya gak suka." Lisa melirik sinis kearah Hanbin.

Kenapa ada Hanbin?

Jadi, tadi saat akan mengantar Haruto, tiba-tiba Hanbin datang dan masuk ke mobil. Ia berkata, "kita antar Haruto bareng." Dengan senyum lebar macam badut pennywise :)

"Terus Bapak maunya apa?"

"Emm, buat rica-rica ayam ajalah."

"Itu doang? Sayuran nya apa?"

"Yaudah, tumis kangkung sama tambah, apa ya?" Hanbin memilih sayur-sayuran dan tatapannya jatuh pada, "Jengkol."

"Kok nyeleneh? Tumis kangkung sama jengkol, terus rica-rica ayam?"

"Udah diem, Bu jengkol sama kangkung."

"Iya Mas, sebentar."

Lisa menatap Hanbin aneh, mengapa bisa ada manusia semacam ini di muka bumi yang teramat luas ini?

Bi Yana bingung dengan apa yang ia lihat dimeja dapur, kenapa ada jengkol?

"Ada apa Bi?" Tanya Lisa saat ia sampai di dapur.

"Yang beli jengkol siapa Non?"

"Ya Pak Hanbin lah Bi. Kenapa emang?"

"Itu, Den mu__"

"Lisa.." panggilan itu mengalihkan segalanya.

"Apa?"

"Temani saya ke kantor." Kamjagi?

"Bapak mau kerja?"

"Ada rapat penting, jadi saya harus ke perusahaan sekarang."

"Terus kenapa Bapak ngajak saya?"

"Saya butuh teman Lisa, saya nanti bosen di kantor, terus kalau misal nanti saya tiba-tiba kejang gimana? Siapa yang bantuin saya? Kamu rela saya di bantuin minum obat sama sekretaris saya?" Bi Yana menganga tak percaya mendengar cerocosan panjang dan cepat dari tuannya.

"Bapak lagi ngerapp?"

"Saya lagi ngomong."

"Tapi kan__"

"Gak ada tapi-tapian.. kamu mau nanti saya blokir kamu dari hidup saya?"

"Lah? Yaudah sih blokir aja, gitu aja repot." Lisa lalu memutar tubuhnya untuk mencuci kangkung.

"Aduh salah ngomong, maksudnya nanti saya ajak kamu kayak semalam kalau kamu gak mau.."

Pipi Lisa bersemu, ini orang kenapa malah ngomong hal tadi malam? Memalukan

"Oke saya ikut."

-
-
-

Sebenarnya Lisa itu malas datang ke kantor Hanbin, apalagi jika ke ruangan Hanbin. Jika kalian lupa, kalian bisa baca ulang beberapa chapter sebelumnya. Itulah alasan Lisa malas masuk ke ruangan yang kini hanya tinggal selangkah saja ia sudah masuk kesana.

"Kamu tunggu disini, saya harus meeting sekarang. Kalau butuh sesuatu bilang aja sama Fidyah, dia akan bantu kamu."

"Hmm.." Lisa duduk di sofa dan melihat pemandangan luar yang tampak indah.

Satu jam

Satu jam lebih sepuluh menit

Satu jam setengah

Hampir dua jam, Lisa seperti orang tak jelas. Duduk, berdiri, memutari ruangan Hanbin, kembali duduk, dan begitu seterusnya. Ia bosan, ia lelah, ingin tidur.

Dan matanya mengarah pada pintu yang berada tepat di samping lemari tempat berkas-berkas berada. Ia melangkah, mendekat, dan kini ia membukanya.

Kepalanya masuk, hanya kepala. Celingak-celinguk melihat ke dalam ruangan itu.

"Oh kamar, ahhh gue ngantuk, mungkin ini saatnya princess tidur." Bermonolog sendiri layaknya orang crazy.

Lisa masuk dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang terdapat di ruangan itu. Menikmati kenyamanan yang tercipta di ruangan tersebut.

Disisi lain, Hanbin merasa pusing karena meeting sejak tadi masih berlanjut padahal ia sudah menyetujui semuanya. Namun memang dasarnya karyawannya selalu mencari ide agar rapat tak selesai-selesai.

"Saya punya ide Pak Hanbin, bagaimana kalau kita mencari model lain untuk iklan ini, konsumen mungkin bosan dengan model kita yang saat ini, jadi kita harus membuat wajah baru untuk produk baru kita." Usul June, salah satu direktur diperusahaannya.

"Cari model itu, rapat selesai. Untuk kamu June, hubungi saya jika kamu sudah mendapat model baru itu."

Hanbin lalu beranjak dari sana, tak peduli dengan tatapan aneh dari para karyawan, tak biasanya Hanbin malas meeting.

"Lisa?" Hanbin mencari Lisa yang tak terlihat di ruangannya. Matanya tak sengaja melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka.

Pria itu tersenyum saat melihat Lisa yang tidur dengan posisi yang lucu menurutnya.

"Cantik.."

Hanbin mengusap pipi gadis itu, menikmati wajah teduh yang tertidur pulas.

"Saya janji, saya akan bahagiakan kamu, jangan pergi dari saya Lisa. Saya akan merasa menjadi pria paling menyedihkan jika kamu pergi dari hidup saya."

Cup..

"Mimpi indah gadis kecilku, tidurlah dengan nyaman dipelukan pria tampan ini."

Percayalah, Lisa mendengar ucapan itu.

Dan ia ingin tertawa sekarang, namun tahan dan tahan. Ia masih ingin berada dipelukan Hanbin sekarang.

Sawadicap

Lama gak? Enggak lah

Sibuq mikirin hidup aku tuh.

Hidup di alam halu.

Bye

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang