"Kak Bima jangan tinggalin Aya, kak Bima bangun..""Sayang, kita pulang sekarang ya.."
"Enggak, Aya mau tunggu sampai Kak Bima bangun.. kasihan Kak Bima pasti kedinginan didalam sini.."
"Maria tenang sayang.."
Wanita bermantel coklat itu membuka kacamata yang sejak tadi melindungi matanya. Ia menatap sendu makam dengan nisan bertuliskan 'Bima Anjasmara'.
"Kak, gimana kabar kakak? Aya kangen sama Kakak.." tangannya mengusap pelan nisan berwarna putih itu.
"Aya janji, Aya bakal balas semua dendam kakak.. 12 tahun lalu Aya memang gagal, tapi Aya janji, kali ini Aya gak akan gagal."
"Aya akan hancurin dia, sama seperti dia yang buat kakak hancur."
***
Hari senin adalah hari untuk bermalas-malasan, itu bagi Lisa.
Sekarang dia tengah duduk dengan mata terpejam, ia sangat mengantuk karena tadi malam harus menemani Haruto dan Hanbin bermain game. Mereka yang main, Lisa yang bergadang.
"Permisi Dok.."
Mata bulat itu terbuka, ia menatap Diana dengan mata lelah. "Ada apa?"
"Ada kiriman buat Dokter, katanya dari Pak Dika."
"Kiriman?"
"Iya, ini Dok.." Diana meletakkan sebuah buket bunga dan tak lupa coklat kesukaannya.
"Makasih.."
"Iya Dok, kalau begitu saya permisi."
Lisa melihat buket bunga itu, ia mengambil surat kecil berwarna biru muda lalu membukanya.
'Dear Lalisa
Aku merindukanmu, tunggu sebentar lagi, aku akan kembali.
From : Mahardika.'
Mahardika, putra dari direktur di rumah sakit tempatnya bekerja, sekaligus teman masa kuliahnya dulu. Ia tau bahwa Dika memendam rasa untuknya, namun Lisa tidak. Ia tak memiliki rasa untuk pria itu.
"Tunggu?" Sudah sekitar 2 tahun lamanya dia dan Dika tak bertemu karena pria itu sedang bertugas di Jepang. Di salah satu cabang rumah sakit ini.
Bingung rasanya, ia tak ingin Dika kembali mendekatinya seperti dulu lagi. Itu suatu hal yang sangat mengerikan untuk diingat.
-
-
-Malam ini, malam spesial. Karena apa? Ya gak tau semua malam itu spesial menurut Hanbin, hehe.
"Lisa, ambilin makanan dong buat calon suaminya." Lisa menghela nafas pasrah, ia lalu mengambil piring di depan Hanbin dan mengambilkan pria itu makanan. Bicara-bicara, itu tadi Ibu Lisa yang menyuruh gadis itu.
Malam ini, orang tua Lisa datang ke rumah Hanbin, orang tua Hanbin juga masih berada di sana. Entah apa tujuan mereka datang. Hanya membuat Lisa kesal saja.
"Aku juga dong Ma." Haruto menyodorkan piring kosongnya dengan bibir mengerucut.
"Iya.." Desta, Ayah Lisa tertawa melihat tingkah manja Haruto pada putrinya.
"Lisa betah kan tinggal disini?" Tanya Irna.
"Betah Ma."
"Gimana kalau pernikahan kalian dipercepat."
Uhukk..
Bukan hanya Lisa yang terbatuk, tapi pria dengan kemeja biru toska itu juga tersedak makanannya sendiri.
"Kalian batuknya bareng, jangan-jangan kalian jodoh.. haha.." Haha receh, Lisa meringis mendengar lawakan Ayahnya.
Anaknya batuk bukannya dikasih minum malah diketawain.
"Kamu kenapa malah batuk Bin?"
"Gak Papa Ma, Hanbin cuma keselek daun kangkung." Balas Hanbin bohong.
"Jadi gimana?"
"Kalau menurutku sih, minggu depan aja." Lisa menepuk dadanya karena lagi-lagi ia tersedak. Kenapa para orang tua ini pada ngerusuh sih?!
"Lisa gak mau kalau minggu depan, terlalu mendadak kalau minggu depan. Semuanya belum terencana." Bukan tanpa alasan, selain semua belum siap, masalah perceraian Hanbin dan Maria juga belum selesai.
"Yah padahal Haruto udah pengen punya adek loh." Astaga, ini orang kenapa hobi buat Lisa sama Hanbin keselek?
"Tenggorokan gue kayaknya bengkak." Guman Lisa pelan.
"Yaudah, ikut perjanjian awal aja. Kalau Lisa udah siap, bilang sama kita ya, biar langsung gercep persiapannya."
"Hm iya."
"Haruto mau main game, temenin yuk Dua kakek ganteng."
"Oh ayo-ayo, kakeknya ganteng, pasti cucunya ganteng." Hanbin melihat Haruto yang tampak sudah akrab dengan Ayah Lisa.
"Papa gak diajak?"
"Ikut aja elah, gak usah sok ngambek."
Dan malam itu, dihiasi oleh canda tawa keluarga sederhana nan bahagia itu.
Sungguh menyejukkan hati.
End..
Ahaha, enggak lah.
***
Lisa baru saja keluar dari ruangan pasien, gadis itu lalu melangkah menuju ruangannya. Namun langkahnya terhenti saat didepannya kini terdapat seorang wanita yang tengah menatapnya dengan senyum yang cukup mengerikan.
"Jadi, Dokter yang merawat pasien di kamar vip 02 adalah Dokter Lisa?"
"Iya."
Wanita itu menelisik penampilan Lisa, "Pantas Hanbin suka sama kamu, ternyata kamu seksi kalau berpakaian seperti ini."
Lisa tersenyum, ingin mencabik-cabik bibir merah itu tapi ini kawasan rumah sakit.
"Saya selalu seksi di depan mata calon suami saya."
"Ingat Lisa, dia masih suami orang. Posisi kamu sekarang gak jauh dari kata pelakor."
"Suami orang? Anda benar, dia suami orang. Pelakor? Julukan yang bagus."
Maria mengetatkan rahangnya, namun bibirnya sebisa mungkin tersenyum, "Sebaiknya kamu pergi dari hidup Hanbin dari pada kamu menyesal karena nantinya Hanbin akan mempertahankan saya."
"Hm, memang yang nikmat itu mimpi di siang bolong. Saya permisi."
Tangan Maria mengepal erat. Bisa-bisanya ia dikalahkan oleh gadis tengil macam Lisa.
"Arghh.."
Hei :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Husband [ Hanlis ]
FanficApasih yang gak disuka dari Kim Hanbin, Papa Muda dengan seribu pesona. Tubuh tinggi tegap, wajah tampan nan tegasnya mampu menghipnotis setiap mata wanita yang melihatnya. Berawal dari Jalanan hingga menuju ke pelaminan. Inilah awal perjalanan cint...