Empat belas

1.8K 235 50
                                    


"Tadi Mama mampir beli buryam kesukaan Haruto. Sini sarapan dulu."

Jadi, setelah tadi beradu mulut dengan anak lelakinya, Irna menyuruh Hanbin untuk memindahkan Lisa ke kamarnya. Namun setelah sampai di kamar, tiba-tiba Lisa terbangun. Jadi ya gitu, ada adegan malu-malu tikus tadi di kamar atas.

Dan sekarang, semua orang berkumpul di meja makan. Dengan satu mangkuk bubur ayam di depan masing-masing. Hanbin melihat Lisa yang tengah menatap buryam nya tanpa minat. Ia tau, Lisa kan gak doyan toppingnya. Alhasil, Hanbin pun meraih mangkuk Lisa dan melakukan apa yang dulu pernah ia lakukan saat Lisa pertama kali tinggal di rumahnya.

Irna dan Panji yang melihat kejadian itu pun tersenyum, jarang-jarang mereka melihat putranya itu bersikap manis pada seorang wanita.

"Ada anak kecil loh disini." Dan si bongsor Haruto, yang tengah kesal dengan tangan yang sibuk mengaduk buryamnya. Haruto kan tim diaduk.

"Terus kenapa kalau ada anak kecil?" Tanya Panji, Kakek Haruto aka Papa Hanbin.

"Ya jangan perlihatkan romansa cinta didepan saya lah."

"Iri? Bilang To.. hahaha.."

"Kakek sehat kan?"

"Haruto makan!"

"Oh ogheyy.."

***

"Tolong potong-potong sayurnya Sa." Lisa mengangguk dan melakukan apa yang dikatakan oleh calon mertuanya.

Saat ini mereka sedang berada didapur, memasak makanan untuk makan siang. Berhubung ini weekend, jadi semua orang berada di rumah. Diluar juga sedang hujan, tak ada tanda-tanda langit akan memperlihatkan sinar matahari.

"Tante, Lisa boleh tanya sesuatu?" Irna menoleh, ia tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Boleh dong, oh ya, panggil Mama aja ya sayang, jangan Tante."

"Hmhm iya Ma.."

"Mau tanya apa?"

"Soal Mar__"

"Lisa.." semua mata mengarah ke Hanbin yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Ma, Hanbin pinjem Lisa bentar. Ayo ikut saya." Lisa menurut, ia pasrah dibawa oleh Hanbin ke belakang rumah.

Sedangkan Irna bingung, "Mar? Mar apa?"

-
-
-

"Ada apa?" Tanya Lisa setelah mereka sampai di taman belakang.

"Jangan bilang apapun soal Maria ke orang tua saya."

"Jadi bukan hanya orang tua saya yang gak tau soal perceraian itu? Orang tua Bapak juga gak tau?"

Hanbin menghembuskan nafas berat, "Iya, saya punya alasan untuk itu."

"Alasan? Alasan apa? Kenapa Bapak bersikap seenaknya? Haruto bahkan tau soal ini, tapi orang tua Bapak gak tau."

"Haruto tau karena Bi Yana, saya sudah suruh mereka diam."

"Saya gak paham sama pemikiran Bapak."

"Saya akan jelasin ke kamu kalau waktunya tepat, sekarang bukan waktunya Lisa."

"Terserah apapun kata Bapak, yang jelas saya kecewa sama Bapak." Lisa hendak berbalik, namun suara Hanbin menghentikannya.

"Setelah Haruto lahir, Maria pergi, tanpa mengatakan apapun kepada saya dan meninggalkan Haruto, si bayi kecil yang masih butuh asi." Hanbin menunduk, dadanya terasa sesak, terlalu berat untuk mengatakan semua ini.

"Saya terpaksa mengatakan pada semua orang kalau Saya dan dia sudah bercerai agar orang tua saya tidak memaksa saya mencari wanita itu. Saya tidak mau mencari wanita yang telah menelantarkan anak saya."

"Terus kenapa kalian nikah kalau pada akhirnya semua akan berakhir?!"

"Satu hal yang perlu kamu tau Lisa, saya dan dia menikah tanpa adanya cinta. Saya tidak mencintai Maria." Hanbin kembali teringat dengan informasi yang ia dapat duabelas tahun silam. Dimana wanita bernama Maria itu pergi tanpa sebab.

"Maksudnya?"

Hanbin berdehem, "Dia hamil anak saya, jadi saya harus bertanggung jawab."

"Bisa Bapak jelaskan lebih detail?"

"Saya dijebak oleh Maria. Saya tidak tau apa alasan sebenarnya dia melakukan itu, tapi yang jelas saya tau jika dia berusaha membuat saya hancur saat itu."

"__ merasa tertekan dan depresi, tapi nyatanya dia gagal. Justru dia yang merasakan semua itu, bukan saya."

"Ini gak masuk akal." Ucap Lisa.

"Dari mana Bapak tau semua itu?"

"Jangan lupakan tentang pekerjaan saya Lisa, saya punya banyak koneksi diluar sana."

"Jadi maksud Bapak, Maria mencoba buat Bapak hancur dengan cara membuat drama seperti itu? Membuat Bapak menghamili dia? Tapi apa motif utama dia ngelakuin itu?"

"Saya belum tau, jadi saya mohon sama kamu. Percaya sama saya, dan jaga rahasia ini. Ini rahasia kita, saya harap kamu tidak mengecewakan saya." Lisa diam tak tau harus mengatakan apa, ia terlalu kalut dengan pikirannya sekarang.

"Kamu bisa dipercaya Lisa?"

"Emm iya saya percaya sama Bapak."

Itu yang ia ucapkan dibibirnya, namun dihatinya kalimat lain yang terucap.

Bener sih emang.

Lama" kayak sinetron wkwkwk

Tp It's ok, nmnya juga human indo yekan. Bawaannya itu gk pngn jauh" dr sinetron.

Tunggu aja story gue selanjutnya 😏

Mau buat crita ttng cinta segi empat antara Lisa, Hanbin, Bobby, sama Jisoo.

Gimana mnrut kalian?

Hahaha, rekomen judul kalau bisa 😉

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang