Sembilan belas

1.5K 176 16
                                    


Seorang wanita dengan pakaian santai yang tengah menyesap tehnya tiba-tiba berdiri dari duduknya kala mendengar suara deru mobil di depan rumahnya.

Ia pun meletakkan secangkir teh nya dan berjalan keluar, untuk melihat siapa gerangan yang datang disiang hari seperti ini.

"Flora.." gumannya kala melihat seorang gadis keluar dari mobil itu, disusul seorang pria tampan yang juga keluar dari sana.

"Ibu.." gadis itu tersenyum saat melihat wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu rumahnya.

Haruto mengangguk sopan kala wanita paruh baya yang ia yakini ibu dari gadis itu melihat kearahnya.

"Dia siapa?"

"Tadi Flora jatuh, terus dibantuin sama dia."

"Nama kamu siapa?" Tanya wanita itu pada Haruto.

"Haruto Tan."

"Ohh, makasih sudah mengantarkan Flora pulang."

"Iya Tante sama-sama."

"Mau mampir dulu?"

"Enggak Tante terima kasih, orang tua saya sudah menunggu di rumah." Tolaknya sopan.

"Oh bagus kalau gitu, kamu bisa pulang."

Haruto tersenyum canggung, untung ia tolak, "Hehe iya Tante, kalau gitu saya permisi."

Wanita itu mengangguk, "Iya, hati-hati di jalan."

***

"Kamu dari mana aja? Papa bingung cari kamu, nunggu sebentar aja gak mau." Kan, sudah ia duga, Papanya pasti marah padanya.

"Haruto kepanasan Pa, takut kulit Haruto hitam, jadi Haruto pulang naik taksi. Lagian tadi Haruto udah chat Papa kan."

"Ya tapi Papa khawatir sama kamu, takutnya kamu gak ada uang buat bayar taksinya."

"Gini-gini Haruto tuh rajin menabung."

"Rajin menabung rajin menabung, yaudah kalau gitu, mulai besok berangkat sekolah sendiri, pulang sekolah sendiri."

"Ya udah, Haruto juga bisa berangkat pulang sendiri, Papa pikir Haruto anak manja?! Enggak! Haruto tuh mandiri."

"Kamu tuh bisa gak__"

"STOP!!" Dada Lisa naik turun, ia emosi. Sudah ia tahan sejak tadi, pertengkaran dua human itu membuat telinganya panas.

"Waktunya makan siang." Ucap Lisa lalu pergi ke ruang makan, diikuti anak dan Bapak yang sedari tadi saling membalas tatapan nyalang.

Tiba di ruang makan, hidung Haruto seperti mencium aroma sesuatu yang jarang ada di meja makannya. "Bau apa nih?" Tanya Haruto, lebih pada dirinya sendiri.

Bi Yana menatap was-was kearah Haruto, matanya lalu melihat meja makan yang kini penuh dengan menu makanan yang memang jarang ada diatas sana.

Tatapannya kini fokus pada satu mangkuk besar berisi lauk yang tadi ia masak.

"Haruto duduk." Titah Lisa, Haruto lalu mengikuti apa yang dikatakan Lisa. Ia duduk sambil terus mengendus-endus bau yang teramat tajam, ia tau tapi ia lupa bau apa ini. Wangi, cuma terasa gimana gitu di hidung Sultan Haruto.

Lisa mengambilkan makanan untuk Hanbin dan juga Haruto, tak lupa dengan lauknya juga. Haruto terus mengikuti pergerakan tangan Lisa yang sibuk mengambilkan lauk untuknya. Sedangkan Hanbin sudah lahap dengan mata yang melirik Haruto, jangan lupakan senyum jahil khas Hanbin yang terpampang jelas di wajah tampan itu.

Haruto bingung, ia masih mencium aroma tajam yang kini ada di depannya. Lebih tepatnya ada di piringnya, sedari tadi ia mengingat, bau apa ini?

Tapi entah kenapa, otaknya merasa lemot kali ini.

Dengan ragu ia memakan makanannya, ia mengambil sesuatu berwarna coklat berbentuk bulat, terlihat seperti daging.

Ia mulai memakannya, pelan tapi pasti, ia mengunyah makanan itu. Matanya tiba-tiba membulat, bibirnya terkatup, mungkin karena terkejut. Namun sedetik kemudian,

"Uwargghhh.." makanan itu termuntahkan dari mulut Haruto. Haruto bergegas meminum minumannya sampai tandas.

Lisa bingung dengan tingkah Haruto yang bisa dibilang kurang ajar.

"Har__"

"SIAPA YANG MASAK JENGKOL?!"

***

Brukkk..

"Aakhh.." gadis itu meringis saat tubuhnya terdorong dan jatuh membentur meja di dapur.

"Saya gak akan maafin kamu kalau sampai anak tadi datang ke rumah ini." Ucap wanita berambut panjang itu dengan tangan yang mencengkeram rahang gadis kecil itu.

"Mulai besok, pakai masker. Agar wajah melasmu ini tidak terlihat oleh orang lain." Wanita itu menghempaskan wajah gadis yang kini hanya bisa menahan tangisnya.

"Kak.."

Merasa dipanggil, wanita paruh baya itu mendekat, "ada apa?"

"Aku gak mau kalau sampai anak ini merusak semuanya, aku bayar Kakak mahal loh buat jaga bocah ini. Kalau sampai rencanaku gagal, aku bisa aja lakuin sesuatu diluar batas."

Wanita paruh baya itu hanya bisa menghela nafas pasrah, lalu mengangguk. "Kamu gak perlu khawatir, aku bakal jaga dia. Kamu bisa pergi sekarang."

Setelah kepergian wanita tadi, wanita paruh baya itu menghampiri gadis kecil yang kini tengah meringkuk ketakutan.

"Aku udah bilang kan sama kamu Flora, jangan sembarangan terima tawaran orang. Ini kan akibatnya." Suaranya pelan, namun sungguh itu terdengar menyeramkan bagi Flora.

"Mama.." wanita itu menoleh, "Beresi semua ini, siapkan makan siang. Bella sudah pulang, dia pasti lapar."

Gimana?

Udh tau siapa itu Flora?

Bella siapa?

Wanita tadi siapa?

Hahhaa udah ketebak, gampang bngt kok

Bye

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang