Dua puluh Delapan

770 110 30
                                    


Bukankah ini hari yang dinantikan? Hari dimana Hanbin akan meresmikan Lisa sebagai istrinya.

"Anak Ibu cantik banget, aduh sayang.. bentar lagi kamu bakal jadi seorang istri. Kurang-kurangin sikap manjanya, oke baby?" Dena memeluk putri semata wayangnya yang tampak cantik dengan gaun pengantin berwarna putih.

"Lisa takut, Lisa gak bisa jadi istri yang baik Bu. Lisa takut kalau nanti Lisa jadi kekanakan, Ibu kan tau kalau Lisa suka ngerengek." Pelukan Dena semakin erat.

"Enggak, Ibu yakin kamu bisa jadi istri yang baik. Lagian, kamu kan udah tau gimana Hanbin sama Haruto. Jadi tenang ya sayang, kalau nanti ada masalah, kamu bisa sharing sama Ibu. Biar Ibu bantu cari solusi."

Lisa mencium pipi Dena, "Emm thank you Mom."

"Good girl."

"Pengantin pria sudah siap."

Lisa menghela nafas gugup, keringat ditangannya terasa dingin, tak lupa tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.

"Jangan nervous, kamu bisa, ayo.."

Rasa gugup Lisa hilang seketika saat ia melihat senyum Ayahnya, Desta.

"Sekarang putri Ayah sudah besar." Desta mendekat, memeluk putri kecilnya penuh sayang.

"Ayah gak nyangka kalau bocah yang kemarin baru lahir sekarang udah nikah aja hahaha."

"Ayah.." Desta melepas pelukannya, menatap putrinya yang tampak cantik nan anggun.

"Pantes Hanbin cinta mati sama kamu, cantik gini."

Lisa tersipu, "Baru kali ini Ayah lihat kamu malu."

"Ayah apa-apaan sih, siapa yang malu."

"Udah-udah, Hanbin udah nungguin. Ayo turun."

Desta menggandeng Lisa dan mengantarnya untuk turun.

Semua pasang mata melihat kearah Lisa, gadis itu tampak malu namun sebisa mungkin tetap terlihat elegan.

"Gila gila gila.. kalau aja Mama Lisa lahirnya gak kecepetan, udah gue sikat sumpah. Parah woy, cantik banget gila." Haruto tak tahan, ia bahkan menarik dasinya hingga hampir lepas sangking gregetnya.

Plak..

"Kalau Tante Lisa lahirnya bareng kita, dia gak bakal milih lo. Berak aja masih minta anterin, sok-sok an mau nikahin Tante Lisa." Cerocos Justin.

"Iri ae lu kambing."

"Dih."

Suara pastor mulai terdengar, semua tampak fokus pada upacar pernikahan.

Hanbin tak berhenti menatap Lisa yang kini berdiri di depannya. Sedangkan gadis itu justru memasang wajah datar.

Setelah mengucapkan janji suci, inilah saatnya yang ditunggu-tunggu para tamu. Iya itu. Setelah mendengar perintah dari pastor, Hanbin pelan-pelan mendekatkan wajahnya pada Lisa, gadis itu terpejam.

Pelan namun pasti benda kenyal itu hinggap di bibirnya, basah dan tebal. Tangannya terangkat dan ia letakkan dipundak Hanbin. Para tamu bertepuk tangan heboh.

Tak kunjung lepas, Lisa dengan keras menggigit lidah Hanbin hingga ciuman itu terlepas.

"Aww... Jangan digigit sayang, sakit tau."

"Salah siapa gak Bapak lepasin."

"Hanbin, atau Pa atau sayang."

"Hanbin." Lisa menjulurkan lidahnya meledek Hanbin.

"Untung istri."

Semua sibuk dengan urusan masing-masing, Hanbin dan Lisa sibuk mengobrol dengan beberapa tamu penting. Hanbin yang sangat posesif pada istrinya, tak mau melepas rangkulan di pinggang Lisa.

"Pak Hanbin.." pria itu menoleh saat ada yang memanggil namanya.

"Oh, Pak Irwan. Terima kasih atas kehadiran anda disini, saya merasa terhormat anda dapat hadir diacara pernikahan saya."

"Justru saya yang merasa terhormat karena mendapat undangan pernikahan Bapak Hanbin dan Ibu Lisa."

Hanbin dan Irwan tertawa kecil, berbeda dengan Lisa yang tampaknya tak asing dengan pria ini.

Dari penampilan memang tak mencurigakan. Namun, Lisa merasa aneh dengan pria tinggi dengan tuxedo hitam itu.

Tapi, ah sudahlah.

Kini acara berganti, waktunya berdansa dengan pasangan masing-masing.

*Aku yang gak punya hanya diam.

Lagu mulai berbunyi, mengalun lembut nan indah. Hanbin tersenyum melihat wajah istrinya yang tampak mempesona. Ia sudah tak sabar untuk olahraga malam ini. Hmm

"Jangan lihatin aku terus, malu tau."

"Cantik ya istri aku ternyata."

"Geli tau, Bapak aku kamu an." Lisa terkekeh melihat ekspresi cengo Hanbin.

"Yakan harus lembut sama istri, yakali panggilannya gue lo. Kan gak lucu sayang."

"Iya deh terserah."

"Nanti malam kamu gak bakal tidur."

"Ha? Gimana?"

"Kamu temenin saya, sampai puas. Hahaha.."

"Dasar maniac."

"Hust, gak boleh bilang gitu."

"Kita nanti berapa ronde ya."

Tangan Lisa reflek menampar pelan mulut Hanbin, "Ngomong apaan sih."

"Kasar ih."

"Maaf maaf." Lisa mengusap pelan bibir Hanbin.

"Tuh lihat deh Pa, dulu aja malu-malu sekarang malah pamer kemesraan." Irna tersenyum melihat putranya dan menantunya begitu romantis.

"Jangan dilihatin, nanti kalian iri." Desta yang bersuara, mereka tertawa mendengar ucapan pria paruh baya itu.

Saat sedang tenang-tenangnya berdansa, lampu tiba-tiba padam. Semua orang berteriak panik.

"Lisa tetap disini." Hanbin menarik Lisa ke dekapannya.

"Semua harap tenang!" Teriak Hanbin, ia sendiri bingung. Kenapa disaat seperti ini lampu bisa padam?

Samar-samar Hanbin melihat seseorang dibelakang Lisa tengah mendekat kearah mereka. Mata Hanbin membulat saat melihat apa yang akan dilakukan orang tersebut.

Dengan sigap Hanbin memutar posisi mereka dan..

"Akh.."

"Hanbin!"



Ada yang nungguin?

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang