Tiga belas

1.9K 264 10
                                    


Dua orang dewasa itu duduk dalam keheningan, setelah apa yang tadi terjadi, akhirnya mereka memutuskan untuk menenangkan hati dan pikiran. Didalam mobil yang sunyi, tak ada suara, hanya suara helaan nafas yang sedari tadi terdengar.

"Jadi?" Lisa bersuara, Hanbin menatapnya lekat.

"Apa?" Tanya Hanbin.

"Waktu itu Bapak bilang kalau Bapak gak punya istri, tapi nyatanya sekarang? Bapak berstatus suami orang."

"Hanya itu cara agar kamu mau menerima saya, saya berbohong sama kamu. Saya minta maaf."

"Apa Ayah sama Ibu tau soal ini?" Tanya Lisa dengan suara pelan.

"Maaf, saya terpaksa berbohong pada orang tua kamu. Tapi saya janji akan segera mengakhiri hubungan itu Lisa."

"Saya harap Bapak gak modal bicara doang, saya butuh bukti bukan janji, apalagi janji palsu." Setelahnya, Lisa segera membuka pintu mobil itu dan keluar. Meninggalkan Hanbin yang kalut dengan pikirannya.

***

"Haruto.."

Bocah pria itu menoleh saat namanya dipanggil oleh suara yang halus. Wajahnya datar, seakan menunjukkan bahwa dia tak suka dengan kehadiran wanita ini didepannya.

"Ayo Mama antar pulang." Maria meraih tangan Haruto berniat menggenggamnya, namun dengan cepat Haruto mundur.

"Haruto pulang sama temen, tante mending pergi." Miris, Maria tersenyum miris, anaknya memanggilnya Tante? Ah benar-benar menjengkelkan.

"Panggil Mama, karena saya Mama kamu bukan Tante kamu."

"Mama? Kayaknya sebutan itu gak cocok buat anda."

"Haruto, Mama tau Mama salah, Mama bener-bener nyesel, Mama janji, Mama gak akan tinggalin kamu lagi."

"Jangan harap anda diterima di kehidupan saya." Haruto melangkah pergi, namun namanya lagi-lagi dipanggil.

"Haruto.."

"__ Kali ini aja kasih kesempatan buat Mama, Mama akan perbaiki semuanya."

Haruto berbalik, "Kesempatan? Kesempatan buat orang yang pernah nyia-nyiain keberuntungan? Jangan harap kesempatan itu bakal datang, Tante gak pantes dapat kesempatan itu." Hm jangan pikir Haruto bocah yang gak tau apa-apa.

Maria terdiam, hatinya benar-benar tertohok dengan ucapan anaknya sendiri. Kakinya lemas, bayangan 13 tahun silam kembali datang.

Plakkk..

"Anak gak tau diuntung, siapa yang udah hamilin kamu?! Jawab Papa!!"

"Saya Om." Pria berseragam SMA itu masuk ke ruangan kepala sekolah. Baru saja ia melangkah, pukulan dirahangnya membuat tubuhnya terpental.

"Kurang ajar kamu, berani-beraninya kamu nodai anak saya?! Kamu harus tanggung jawab, sebelum saya bawa kasus ini ke pengadilan."

"Baik saya akan tanggung jawab."

Namun siapa sangka jika semua itu telah terencana oleh skenario sang wanita.

Pria itu, Hanbin, tak mungkin tak bertanggung jawab. Dan airmata yang membasahi pipi itu sepertinya tak sia-sia.

***

Tak nyaman, itu yang Lisa rasakan sekarang. Sedari tadi ia hanya terus memutar tubuhnya karena merasa tak enak dengan posisi tidurnya.

"Gue kenapa sih?" Terus bermonolog sendiri tanpa henti. Ia menghidupkan lampunya, lalu turun dari ranjang dan menuju lantai bawah untuk mengambil minuman.

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, setengah jam lagi ia berada dihari yang lain. Terus meneguk air putih dingin sampai perutnya benar-benar terasa kembung.

"Kamu belum tidur?" Lisa menoleh, ia melihat Hanbin yang berjalan mendekatinya.

"Gak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Gak tau."

"Bapak sendiri gak tidur?"

"Gak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Gak tau."

"Ishh.." Lisa mengerucutkan bibirnya kesal, itu Bapak-bapak kenapa ngikutin dia?

Hanbin tiba-tiba melangkah pergi dari dapur, "Bapak mau kemana?" Dan Lisa entah sadar atau tidak, gadis itu mengikuti langkah besar pria itu.

"Nonton film."

"Ikut."

Dan disinilah dua orang itu berada, di depan tv dengan satu selimut untuk berdua. Awalnya hanya Lisa, tapi Hanbin merasa kedinginan dan akhirnya ikut join kedalam selimut yang Lisa pakai.

Reaksi Lisa? Biasa aja sih.

Mereka fokus pada apa yang mereka tonton, hingga tak sadar jika sudah dua jam mereka habiskan untuk memandang layar yang menampilkan salah satu film yang sebenarnya tak patut untuk ditonton oleh mereka yang belum sah.

Hanbin menoleh, menatap Lisa yang masih fokus menatap televisi. Kenapa gadis itu sangat cantik? Ah dia jadi tersenyum hanya karena melihat Lisa.

Pria itu kembali menatap kearah televisi, namun lagi-lagi ia menoleh kearah samping saat ia merasakan pundaknya terasa berat.

Lisa tertidur, secepat itu? Haha Hanbin tertawa. Kiyowo sekali anak ini.

Cup.

Satu kecupan kecil di puncak kepala Lisa, lagi dan lagi Hanbin tersenyum, "good night my little wife."

***

Cekrekk..

Flashh..

Dua orang itu meringis saat ponsel canggih itu mengeluarkan bunyi jepretan dan juga cahaya saat tombol merah dilayar itu ditekan.

Hanbin yang mendengar suara jepretan itu seketika terbangun, matanya yang belum sepenuhnya terbuka dapat melihat Mama serta putranya yang berdiri dengan ekspresi wajah yang aneh.

"Mama?"

"Eh morning boy, sweet banget kalian, kenapa gak tidur dikamar sekalian?"

Seakan sadar, Hanbin menatap Lisa yang matanya masih terpejam.

"Ah iya Ma, tadi malam ketiduran."

"Habis ngapain?" Bukan Mama Hanbin yang bertanya, tapi Haruto yang berdiri disana sejak tadi layaknya patung Pancoran.

"Habis nonton film."

"Film apa?"

"Fifty shades."

"Oh, kelanjutan hubungan antara Rose sama Jack gimana?"

"Ha?"

"Ck, waktu itu Mama cuma nonton sampe kapalnya kebanjiran. Jadi gak tau gimana kelanjutan hubungan Rose Jack."

Hanbin menghela nafas, "Ma, Rose Jack itu Titanic, bukan Fifty shades."

"Masak sih? Udah ganti ya?"

"Emang gitu Ma."

Disela obrolan aneh antara ibu dan anak itu, ada dua manusia yang berbeda ekspresi.

Haruto yang tak paham apa itu film fifty shades.

Dan Lisa yang masih terpejam menikmati tidur nyamannya berada di pundak Mas Hanbin.

Ogheyyyy

Sudah up.

My Sexy Husband [ Hanlis ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang