02. DIA

16.1K 1.7K 710
                                    

Malam hampir berganti pagi, tapi cowok itu masih setia berada di balkon dengan pikiran yang berkelana. Memikirkan ada hubungan apa antara cewek itu dengan Raka.

Banyak pertanyaan dipikiran Raven tentang cewek yang akhirnya berhasil ia ketahui namanya. Cewek yang selalu menjadi perhatiannya saat tak sengaja melihat di tempat makan Mang Ucup. Tapi Alsava selalu datang sendirian. Atau mungkin dirinya melihat cewek itu pas lagi sendiri?

Raven susah tidur orangnya, entah. Dia lebih suka tidur di kelas.

Bagi Raven, menjadi ketua geng mempunyai tanggung jawab yang besar. Memastikan anggotanya baik-baik saja, dan markas tetap aman dari geng motor lain.

Namun akhir-akhir ini banyak hal aneh yang terjadi, dari mulai tiba-tiba saja Giorexzaz menyerang secara mendadak, dan ada satu geng baru yang berusaha menyerang anggota Straatleider persatu-satu secara keroyokan saat anggota itu sedang sendiri.

Ini aneh, seperti ada yang sudah merencanakannya.

Memikirkannya membuat Raven pusing.

"Bang, lo kok belum tidur?" Raven berbalik melihat Alex dengan mata pandanya. Dia adiknya.

Alex Galenz Voorzitter. Anak kedua dari Arya dan Ara. Disaat Arya berusaha semaksimal mungkin hingga tetesan keringat berubah menjadi lautan. Tapi yang brojol kembali berbatang. Ya sudah, Arya tetap terima. Nanti tinggal buat lagi. Tapi kalo tetap cowok, mungkin dengan sangat terpaksa Arya masukan kembali ke dalam perut istri tercinta.

Sifat mereka bertolak belakang. Alex terkenal playboy di SMP nya, dan cowok itu sudah mempunyai banyak koleksi mantan, serta beberapa pacarnya yang tersisa. Namun tetap saja, hanya satu yang mampu membuat Alex tergila-gila.

"Karena belum merem," jawab Raven sekenanya.

Alex mendengus, dengan muka bantalnya cowok itu melangkah mendekat ke arah Raven. "Bang, ini udah tengah malem. Besok aja kalo mau berubah jadi babinya. Gue siap kok jaga lilin buat lo." Alex menepuk punggung Raven, sok menenangkan.

Raven menatap Alex dengan kesal. Kemudian memukul pelan lengan cowok itu. "Balik ke kamar lo! Ganggu aja," decak Raven.

"Gue kebangun Bang, terus liat kamar lo kebuka. Ternyata lo masih nangkring di balkon. Mikiran apa sih?"

Pandangan Raven kosong.

"Ada di dalam untuk menusuk."

Suara Raven berubah dingin setelah berujar kalimat yang tidak Alex mengerti.

"Hahh? Lo ngomong apaan Bang? BANG!" Alex berdecak kesal lantas Raven malah merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"GUE NGANTUK! KATANYA TADI SURUH TIDURR!" geram Raven melempar bantal ke wajah Alex. Mengusir cowok itu hingga keluar dari kamarnya.

***

"Ardi masuk Rumah sakit dan Farel luka-luka."

Tangan Raven terkepal mendengar ucapan Anton. Emosinya hampir meluap saat melihat kondisi Farel sendiri, yang tidak bisa dikatakan baik.

Kakinya melangkah ke arah Farel yang tengah diobati oleh lainnya. "Sebenarnya ada apa? Jelasin," katanya datar.

"Kata Farel dia liat Ardi dikeroyok di gang belakang sekolah saat tadi mau pulang. Farel cuman model nekat buat nolongin Ardi, disaat mereka semua bawa balok kayu," jelas Zevon.

RAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang