34. MULAI BERAKSI

3.4K 607 361
                                    

Kangen saya gak pren? Tidak? Yasudah tidak apa². Sudah biasa tak dirindukan. Jiakhhh

Dhlh mari ngebucin dengan Shaka

Kalo typo tolong diberi tahu ya. Aing tak sempat ngerevisi, keburu malem jadi langsung up aja

***

"Lo pasti hari ini lagi gak enak badan kan Ven. Yuk pulang aja deh. Takut gue dengar lo ngomong," gidik Velicia saat mendengar ucapan Raven yang melantur.

Menghabiskan es krimnya. Velicia kemudian berdiri hendak pergi membayar. Namun tangannya terlebih dulu ditahan Raven.

"Gue gak bercanda."

Velicia menatap Raven tak percaya. "Gila lo, kalo lo lupa kita ini---"

Tatapan Velicia teralihkan saat melihat Raka bersama teman-temannya. Ia menyentak tangan Raven dengan kasar. "Kalo lo masih bercanda kayak tadi. Gue mau pulang aja sama Raka. Inget Ven, gue gak suka lo yang kayak gini."

"Gak! Apaan sih lo?"

"Lo yang apaan? Gila aja kalo sampe Ayah gue dan Ayah lo tau! Habis lo!" bentak Velicia.

"Dari awal gue emang udah ngerasa beda sama lo. Lo bukan Raven yang gue kenal sejak kecil." Velicia segera berlari meninggalkan Raven yang kini hanya dapat menatap nanar kepergian cewek itu. Salah jika ia menyukai Velicia?

Tangan Raven terkepal saat melihat Velicia menghampiri Raka. Ia tidak bisa membiarkan ini, relung hatinya begitu sakit. Setelah bertahun-tahun menyukai Velicia dan pada akhirnya diri ini baru berani mengungkapkan, namun apa yang terjadi? Velicia malah menjauh dari dirinya.

"Bangsat," umpatnya.

Raka jelas terkejut saat kehadiran Velicia secara tiba-tiba, cewek itu bahkan bersembunyi di balik tubuhnya. Membuat guratan kebingungan bagi Raka.

"Veli? Lo ngapain di sini? Sama siapa?" Raka bertanya ingin tahu.

"Rak, bawa gue pergi dari sini sekarang. Pliss ayo." Velicia menarik ujung jaket Raka. Sesekali ia melirik ke arah Raven yang masih setia menatapnya begitu tajam. Ralat bukan ke Velicia, melainkan ke arah Raka. Namun Raven tak kunjung bergerak dari tempatnya. Ia masih diam di tempat dengan tatapan menusuk.

Raka menggaruk rambutnya bingung. Tidak tega melihat Velicia yang seperti orang ketakutan pun akhirnya ia izin pada teman-temannya untuk mengantar Velicia pulang. Kapan lagi coba Velicia yang minta, biasanya cewek itu selalu menolak.

"Kita pulang ya." Velicia mengangguk saat Raka mengusap rambutnya dengan lembut. Ia masih memperhatikan Raven. Tatapan itu, baru pertama kali Velicia lihat di mata Raven. Ada apa sebenarnya yang terjadi pada cowok itu?

Raven yang Velicia lihat, bagai seorang berdarah dingin yang bisa saja menghabisi mangsanya sekarang juga.

Padahal, yang Velicia kenal. Raven ialah cowok humoris yang selalu ada untuknya.

Velicia memeluk Raka dengan takut. Perasaannya masih tidak baik-baik saja. Tidak seharusnya Raven berbicara seperti itu mengingat hubungan apa yang terjalin antara keluarga Velicia dan keluarga Raven.

Sesampainya di rumah. Velicia turun dari atas motor Raka. Ia menunduk takut, tak terasa air matanya menetes begitu saja. Raka yang melihat punggung Velicia bergetar pun mengernyit heran.

"Vel, kok lo nangis?" panik Raka menangkup kedua pipi Velicia. "Gue nyakitin lo lagi? Iya?"

Velicia menggeleng.

RAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang