Ada yang nungguin gak?
Jangan lupa Spam komen karena ini part baru dari versi sebelumnya💅🏻
Kalo bisa tiap paragraf itu lebih baik😄
***
"Gue mau bakso!"
"Gue mau cilok!"
"Ekhhh manisan juga boleh!"
"Sosis bakar juga!"
"Jagung bakar boleh-boleh!"
"Ituuuu! ITUUUU! GUE MAU PERMEN KAPAASS JUGAA!"
"AHHH AYOO RAVENN BELII ITUUU!" Alsava segera menarik tangan Raven menuju ke penjual permen kapas. Cewek itu begitu semangat tidak peduli dengan banyaknya tatapan aneh yang tertuju kearahnya. Apalagi bocil-bocil yang merasa kesal karena Kakak itu tidak mengantri.
"Heh Kak! Ngantri dong! Aku juga dari tadi nungguin permen kapas."
"Tau tuh! Gak usah mentang-mentang tinggi aku sama Kakak berbeda jauh layaknya aku dan dia yang tak bisa bersama. Tapi ya Kakak harus ngantri dong! Udah tua banyak gaya," celetuk bocil satunya.
Alsava membulatkan mulutnya. "Ekh buset bocil, mulut lo minta gue entutin?!" galak Alsava.
Sebelum Alsava semakin ribut dengan bocah-bocah kecil itu. Raven memutuskan untuk mengajak Alsava pergi dari sana, cewek itu masih mencak-mencak tidak terima.
"GAK PUNYA EPEP GAK USAH SOK KERASSS!"
"BY ONE KITAA!" Alsava mendelikkan matanya ke arah bocil-bocil yang sudah mulai jauh dari posisinya sekarang. Menyebalkan sekali, karena mereka dirinya tidak bisa menikmati permen kapas yang sudah lama tidak ia makan.
"Raven! Gue mau beli ituuu!" rengek Alsava layaknya anak kecil.
Raven mengangguk, mengajak Alsava untuk duduk. "Biar gue aja yang beli. Lo tunggu disini. Nanti tempat jualannya malah ancur."
"Heh! Kampret!"
Raven terkekeh kecil lantas mengusap rambut Alsava pelan. "Bentar ya, gue beliin dulu."
"Oke! Cepetan!"
Setelah Raven pergi membelikan permen kapas untuk Alsava. Kini cewek itu hanya diam sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang naik berbagai macam wahana, dan memakan bakso. Banyak hal yang bisa dilakukan disini, intinya terlihat menyenangkan.
Alsava menguap tak kala Raven tak kunjung kembali. Padahal waktu terus berjalan hingga 30 menit sudah berlalu. Tapi tidak ada tanda-tanda Raven kembali.
"Itu orang beli permen kapasnya di India ya?" kesal Alsava mulai mengoceh. Mana disini banyak nyamuk karena sudah sangat malam. "Oke, gue tungguin 30 menit lagi. Lo gak dateng awas njing!"
1 jam sudah berlalu Alsava menunggu Raven di sini sendirian. Tapi cowok itu benar-benar tidak ada kabar, Raven tidak kembali lagi. Padahal Alsava sudah beberapa kali menguap dan memejamkan mata karena mengantuk.
Pasar malam juga sudah mulai sepi. Ada banyak pedagang yang sudah mulai berberes akan pulang, wahana juga ada yang sudah di tutup. Sedangkan Alsava masih stay sendirian di sini.
Alsava mendengus kesal. Ini mah namanya dirinya ditinggal. Mana gak dikasih kabar. Kalo gini kan mau pulang sendiri juga udah malem. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, dan Alsava tidak tau gimana caranya ia pulang.
"Raven sialan! Gue ditinggal sendirian." Alsava berdiri, membuka ponselnya. Mengechat Raka agar cowok itu mau menyusul dirinya. Namun sial nomer cowok itu tidak aktip.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...