Thanks buat yang udah bela2in tembusin komen
Up jam 11 malam masih ada yang baca gak?
Absen coba disini siapa aja
***
Sudah terhitung 14 hari setelah Alsava dan Shaka resmi berpacaran dan tepat malamnya kedua manusia itu malah perang dingin. Kini keduanya sudah kembali akur, bahkan Alsava sudah jarang berangkat sekolah menggunakan motor karena selalu diantar jemput Shaka. Bukan Alsava yang minta, tapi Shaka yang menawarkan. Yasudah, siapa yang mau nolak.
Sejak malam itu. Akhirnya Alsava tetap membiarkan Raka datang ke rumahnya. Persetan dengan Shaka yang tidak menyukai itu. Alsava tidak suka ditentang, ia tipikal cewek dengan apa yang dirinya mau ya harus. Alsava keras kepala, gak pernah mau mendengarkan ucapan orang lain. Jangankan Shaka, Raka yang sudah dekat dari kecil aja sering ditentang ucapannya sama Alsava.
Bagi Alsava, ini hidupnya. Mereka hanya manusia yang dihadirkan sementara untuk berada di sisinya.
Hari ini Shaka tidak bisa menjemput dirinya karena ada tugas sekolah yang harus diselesaikan dari guru. Jadi terpaksa Alsava menunggu tebengan siapapun itu. Sialnya Raka sudah pulang terlebih dulu, katanya sih mau jemput pacarnya, ralat mantan.
Alsava tidak masalah. Dia bukan cewek ribet yang akan ngambek hanya karena tidak dijemput. Meski kadang sifatnya kekanakan. Tapi Alsava juga bisa berpikir dewasa sekali-kali. Shaka punya hidupnya sendiri, tanggung jawab sebagai pelajar seperti halnya dirinya. Tidak harus selalu ada di samping Alsava setiap hari.
Mengenai Raven. Cowok itu juga berkali-kali menawarkan tumpangan pada dirinya. Namun Alsava selalu tolak, itupun jika memang Shaka telat atau tidak bisa menjemput dirinya. Baru Alsava akan menerima ajakan Raven.
Bukan karena selingkuh. Tapi Alsava sudah biasa mempunyai banyak teman cowok. Jadi susah menghilangkan perilaku dekat dengan banyak cowok. Hanya mereka teman-teman Alsava yang selalu ada disaat Alsava butuh.
"Al."
"Woy!" Alsava berlari kecil ke arah Raven yang baru saja sampai. Sama halnya dengan dirinya, Raven juga masih memakai seragam SMA yang sudah acak-acakan penampilannya.
Keduanya memutuskan segera meninggalkan area sekolah yang panas. Berharap agar cepat-cepat sampai di rumah untuk mengistirahatkan badan yang bau matahari ini.
"Al main ke rumah gue ya? Ada Alex juga di rumah sama Bunda dan Ayah!" teriak Raven.
Alsava mengangguk cepat. "BOLEH! Gue juga kangen sama Alex dan Bunda lo!"
"Abangnya gak kangen?" goda Raven terkekeh kecil.
"Lah ngapain kangen sama lo? Orangnya aja di depan gueee!" teriak Alsava gemas.
Raven tertawa kecil di balik helmnya. Memutuskan untuk menambah laju motornya membuat Alsava terpaksa memeluk cowok itu dengan erat.
Dipikir-pikir Shaka sedang apa ya? Apa nanti cowok itu akan marah karena dirinya dekat dengan Raven. Alsava juga tidak mengabari akan pulang naik apa. Terakhir Shaka mengirimi dirinya pesan tidak bisa menjemput Alsava karena ada tugas sekolah. Ya udah, belum Alsava bales lagi.
Sampai di rumah Raven segera mengajak Alsava masuk ke dalam seraya menggandeng tangan mungil cewek itu.
Rumah mewah yang memanjakan mata Alsava. Bau duitnya tercium sampai sini.
"Assalamualaikum Bundaaa!"
Raven menyalami tangan Bundanya yang tengah bermanja-manja dengan sang Ayah. Oh ralat, Arya yang tengah bermanja pada Ara. Seakan tidak ingat umur, Arya bersikap seperti saat cowok itu masih remaja dan berpacaran dengan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Ficção Adolescente⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...