Puter mulmed ya. Ngegambarin part ini
***
"Fan, gue hari ini izin ya. Gak bisa masuk ke Rumah sakit, karena gue sendiri lagi sakit," ucap Ara sambil sesekali meringis.
"Sumpah! Lo sakit apaan Ra? Kemarin-kemarin lo baik-baik aja deh."
"Gue gakpapa kok. Cuman lagi gak enak badan aja. Yaudah ya, gue tutup telfonnya. Gue mau istirahat lagi."
"OKEE! Semoga cepat sembuh dokter Araa!"
Ara menghembuskan napasnya lega. Kemudian ia merasakan sebuah tangan kembali melingkar di perut ratanya. Terdengar gumaman tidak jelas di telinga Ara. "Emm... siapa yang nelfon, Ra?"
Ara mendengus kesal saat Arya mengusel dilehernya. Lelaki ini, ingin sekali Ara beri pelajaran karena semalam sudah membuat Ara kesakitan. Pasti nanti Ara gak akan bisa jalan. Mana mainnya dari jam 10 malam sampai jam 3 pagi. Bayangin saja! Gimana gak kesakitan Ara.
"Fani. Aku izin gak pergi ke Rumah sakit hari ini."
"Oh, berarti boleh dong lanjut," gumam Arya masih memejamkan mata, belum sepenuhnya sadar.
Ara mendelik kesal dan mengeplak tangan Arya dengan keras hingga lelaki itu membuka matanya lebar-lebar. Ara turun dari kasur, namun yang ada wanita itu terjatuh karena merasakan sakit dibagian bawahya. "Huaaa! Sakittt!" pekik Ara sudah siap akan menangis.
Arya langsung siap siaga, cowok itu kini hanya memakai celana pendek dengan bagian atas shirtless.
"GAK USAH DEKET-DEKET!" galak Ara hampir meneteskan air mata karena rasanya benar-benar menyakitkan.
Arya menggaruk kepalanya bingung. Meski Ara melarang dirinya mendekat, tapi Arya tetap menggendong Ara ala bridal style pindah ke atas kasur. "Maaf Ara... jangan marah ya?" lirih Arya dengan tatapan polos.
"Hiks! Sakit tau gak sih?! Tau gakkk?!" tangis Ara pecah. Wanita itu memukul-mukul dada bidang Arya. Jika boleh memilih, Ara lebih baik kena tusukan pisau, dan sayatan. Daripada harus seperti ini. Kalo main-main sama pisau udah biasa. Tapi main-main dengan pisang ternyata lebih menyeramkan.
Arya menggeleng lugu. "Gatau, soalnya Arya gak punya itu."
"Huaaa! Kevinnn! Menantu lo nakall!" tangis Ara semakin pecah saat Arya berbicara seperti itu. Enak di Arya, dan Ara yang harus menanggung sakit.
"Biasanya kalo mau sakitnya reda, harus main 1 ronde lagi, lebih, lebih baik," gumam Arya menggoda kemudian tawanya pecah saat Ara semakin nangis.
"Udah ya jangan nangis. Iya-iya maafin Arya udah buat Ara sakit, lain kali pelan-pelan deh." Arya mengusap punggung Ara yang bergetar, membawa Ara ke dalam dekapannya.
"Gak mau lagi!"
"Jangan gitu Ra...," rengek Arya. "Nanti bayi perempuannya gak jadi. Aku pengin punya," lanjutnya memelas.
"YAALLAH! Minta ke Kevin aja buat bikin lagiii!"
"Dia udah tua," celetuk Arya tanpa dosa.
***
Sudah dua hari ini Alsava tidak pernah melihat sosok Shaka. Cowok itu bagai di telan bumi, hilang tak ada kabar. Alsava sudah berkali-kali mengirimi Shaka pesan, tapi tetap saja centang satu. Apartemennya juga sudah Alsava datangi, tapi berkali-kali Alsava ke sana, tidak pernah ada yang membukakkan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...