16. KALUNG

7K 1K 1.6K
                                    

Malem minggu paling enak baca RAVEN. Udah uwu gak bikin pusing lagi🤪🤗

Lagu di mulmed enak BTW, terngiang-ngiang mulu😞💔

***

Sejak hari itu Shaka dirawat di Rumah sakit karena jatuh pingsan. Alsava sudah menebaknya, cowok itu kekurangan banyak darah makanya wajah Shaka begitu pucat layaknya mayat hidup.

Shaka dirawat bersampingan dengan kamar Raven. Yang jelas Dokter Ryan yang merawat Shaka di sini, karena sejak awal Shaka bangun dari kecelakaan. Hanya Dokter Ryan yang ada di samping Shaka, merawat cowok itu hingga kembali pulih.

"Shaka, kamu harus jaga diri. Kondisi kamu down banget akhir-akhir ini," kata Dokter Ryan dengan guratan khawatir. Shaka hanya menghembuskan napasnya, sambil memijat pelipisnya pusing.

"Dok, ada yang mau Shaka tanyain."

Dokter Ryan menaikan alisnya. "Tanya apa Shaka?"

"1 tahun yang lalu Shaka kecelakaan. Shaka bangun di Rumah sakit ini. Setelah itu Shaka gak inget apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi Dok?"

Dokter Ryan terdiam. Tidak menjawab ucapan Shaka kali ini. Lelaki itu malah menyiapkan obat untuk di minum Shaka, serta beberapa buah-buahan. "Shaka, jangan lupa minum obatnya ya. Ada pasien lagi yang harus Dokter periksa. Kamu baik-baik."

Setelah itu Shaka hanya memandang kepergian Dokter Ryan dengan datar. Kenapa jika Shaka bertanya, pasti Dokter Ryan akan menghindar. Seperti ada yang disembunyikan dibalik kecelakaannya. Kadang Shaka bertanya pada diri sendiri, kecelakaan? Kapan dan dimana itu terjadi.

Shaka butuh penjelasan. Kenapa dirinya bisa bangun di Rumah sakit ini, kenapa Shaka tidak mengingat apa-apa. Dan bagaimana dirinya bisa kecelakaan. Apakah separah itu?

Memikirkan itu membuat kepala Shaka merasakan sakit yang luar biasa. Belum lagi hantaman balok kayu saat dirinya disekap. "Arghh!"

Suara erangan Shaka terdengar dari luar. Kebetulan sekali Ara yang baru saja ingin memegang handle pintu kamar Raven mendengar suaranya, hingga membuat rasa penasaran pada diri wanita itu muncul. Sejak kecil, Ara mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Sampai-sampai cewek itu kepo dengan apa yang dilakukan Tante Sofi dulu. Padahal Tante Sofi sedang main dengan cacing-cacing di perut Om gendut, tapi Ara tetap saja kepo untuk mencari dimana es krimnya.

Kening Ara berkerut. Tidak jadi membuka kamar Raven melainkan kepo dengan kamar di sebelah Raven. Apalagi saat erangan itu terdengar jauh lebih jelas. Sebagai dokter jelas Ara khawatir jika ada pasien yang sedang kenapa-napa.

Mata Ara membola saat melihat Shaka tengah mengerang kesakitan di atas brankar sambil memegangi kepalanya, bahkan sampai infus itu hampir terlepas dari tangan Shaka hingga mengeluarkan banyak darah.

"Shaka!"

Shaka masih terus mengerang kesakitan. Bahkan cowok itu sampai tidak bisa untuk sekedar membuka mata. Bayangan-bayangan melintas dipikirannya bagai kaset rusak, berhasil membuat kepala Shaka terasa dihantam batu besar.

Ara langsung menghampiri Shaka dengan panik. Menghentikan cowok itu yang terus memukul kepala yang dibalut akan perban. "Shaka! Setop!"

Shaka tidak mendengarkan ucapan Ara. Itu sangat membuat Ara panik seketika.

Grep.

RAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang