40. DAMN!

3.5K 671 671
                                    

🔞

"Rakaaa! Buset buru-bura amat lo."

"Iya dong mau jemput cewek gue."

"Wih baru nih?"

"Enggak, balikan lagi sama Veli."

"Ekh sumpah? Anjir! Gue ikut seneng. Jadi sahabat gue gak sadboy lagi." Raka tertawa keras mendengarnya. Meski terdengar meledek, tapi melihat wajah Alsava membuat ia tidak dapat menahan tawanya.

"Lo mau gue anterin pulang dulu atau gimana?"

Alsava membenarkan tas sekolahnya. Cewek itu menggeleng pelan. "Gak usah. Nanti Shaka jemput gue kok. Palingan bentar lagi."

"Oke. Hati-hati. Kalo ada apa-apa kabarin gueee!" teriak Raka naik ke atas motornya dan meninggalkan area sekolah.

Alsava memutuskan untuk menunggu Shaka di halte. Biasanya jam segini cowok itu sudah datang, namun sampai 5 menit berlalu belum ada tanda-tanda kemunculan dari Shaka. Pesan yang ia kirim juga belum dibalas oleh cowok itu, terakhir aktif saat jam 12 siang.

"Es batu di mana ya?" gumam Alsava celingukan.

Alsava mulai bosan tak kala 10 menit berlalu namun Shaka tak kunjung datang. Hingga suara motor terdengar, Alsava mendongak senang. Namun senyumnya seketika pudar saat orang itu bukanlah Shaka melainkan Raven.

"Alsa lo belum pulang?"

Alsava meliriknya sinis. "Apaluuu... udah jelas-jelas gw masih nampak di sini, pake nanya segala lagi. Buta, mata lo?"

Raven terkekeh pelan. "Bercanda. Pulang bareng gue mau?"

"Engga. Gue lagi nunggu jemputan." Alsava menunduk melihat kembali pesan yang ia kirim untuk Shaka. Berharap sudah mendapat balasan, namun nihil.

"Nunggu siapa sih emangnya? Udah siang banget, sepi lagi. Lo gak takut ada orang jahat entar?" Raven menaikan alisnya.

Alsava sih gak takut gitu-gituan. Cuman kalo nunggu Shaka kayak gak dapet kepastian, mana centang 1 mulu. Sedangkan kini ada Raven yang menawarkan tumpangan. Dalam hal apa Alsava menolak? Toh memang dirinya masih agak kesal dengan Raven, tapikan gaada salahnya terima tawaran tumpangan dari Raven.

"Oke deh. Gue ikut lo."

"Pinter."

***

Pertengahan jalan Alsava baru menyadari bahwa ini bukan jalan menuju komplek rumahnya. Jalanan ini tampak terlihat asing bagi Alsava. Panik, Alsava menepuk pundak Raven keras agar cowok itu mau menghentikan laju motornya.

"Ven! Kayaknya lo salah jalan deh!!" teriak Alsava namun tak dihiraukan Raven. Bukannya berhenti, Raven malah semakin mengencangkan laju motornya hingga membuat Alsava terpaksa memeluk pinggang cowok itu.

"VENNN LO MAU BAWA GUE KEMANA?! INI BUKAN KE RUMAH GUEEE! VENNN!"

Raven membawa Alsava ke sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Menarik tangan Alsava dengan paksa meski beberapa kali Alsava mencoba memberontak. "Raven lo kenapa sih!" teriak Alsava sedikit takut melihat Raven seperti ini.

"Raven lepasin gue!"

Alsava di dorong paksa masuk ke sebuah kamar hingga tubuh cewek itu jatuh ke atas tempat tidur. Raven berjalan mendekat dengan tatapan kosong dan seringaian.

"Jadi? Lo pacaran sama Shaka hm?" Raven mendekati Alsava yang kini hanya dapet meneguk salivanya susah. Cewek itu sampai mencekeram kuat selimut. "Lo tau dari mana?"

Raven memegang dagu Alsava bahkan sampai mencekeramnya hingga kuku-kukunya menusuk pipi Alsava. "Gue tau dari mana itu gak penting!"

"Kenapa lo berani banget bermain-main sama gue Alsa?"

RAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang