"Seseorang memiliki cara masing-masing untuk memberi perhatian. Entah langsung menunjukan, atau secara diam-diam."
***
"Starla ya? Namanya bagus. Pasti bayinya cantik banget," puji Alsava tersenyum manis.
Bunda mengangguk. "Iya lucu. Bunda kepengen banget ketemu dia lagi. Sekarang pasti udah sebesar kamu Alsa."
Alsava tersenyum tipis. Ada perasaan aneh pada dirinya yang entah apa ini, karena Alsava sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Setelah bermain-main sebentar dengan anak-anak. Akhirnya Alsava memutuskan untuk pulang saja ke rumah karena sudah siang hari.
Perut ratanya juga minta diisi jika jam-jam sekarang.
Jika menunggu Shaka juga percuma. Karena cowok itu baru pulang sekolah jam 2 siangan. Shaka terlalu goodboy untuk Alsava yang gooblok.
Selama berpacaran dengan Shaka, tidak ada yang berubah. Semua tetap sama seperti biasa saat Alsava bertemu dengan Shaka. Hanya ada percekcokan Alsava dan Shaka yang hanya menjadi pendengar.
Namun Shaka jauh lebih perhatian dari sebelum-sebelumnya. Meski terkadang tidak langsung menunjukannya. Kadang saja, Alsava baper karena perlakuan Shaka. Tapi kembali lagi mengingat hal-hal yang membuat ia kesal hingga bapernya diurungkan.
Alsava mengerutkan kening ketika melihat seorang cowok yang tengah ingin naik ke atas motornya.
Alsava tersenyum miring melihatnya.
***
"HALLOO! ASSALAMUALAIKUM PENGHUNI NERAKA!"
"Wa'ailaikumsalam Alsavanjing."
"Wohuuuu! Tumbenan lo mampir ke warung sini."
"Yoi! Gue laper nih. Mau numpang makan mendoan."
Alsava ber-tos ria dengan para cowok. Salah satunya Adnan, Azka, dan selanjutnya Erfan.
Setelah insiden tadi, Alsava memutuskan untuk mampir ke sini saja. Sekalian mengisi perut kosongnya. Daripada di rumah sendirian, mending ramai-ramai yakan.
"Wihhh! Anak orang kaya hpnya baru nihhh!" kagum Alsava melihat ponsel Adnan yang baru. Bahkan ponsel itu baru saja keluar dan sekarang Adnan sudah memilikinya.
Adnan berdeham sombong seraya menyisir rambut ke belakang. "Ya-yaa biasa aja sih. Cuman jajan 30 juta mah gapapa buat Bapak Darren, worang kayaaa!"
"Anjay! Bolehlah bagi-bagi ke gue. Gue matre nih," goda Alsava menaikan alisnya menyebalkan.
"Nih!"
"Eh---?" Alsava membulatkan mulutnya lantaran uang berjuta-juta berada di telapak tangannya. Azka menyengir bahagia saat akhirnya ada yang mau menerima uang kelebihannya itu. "Buat Alsa, cuma 40 juta kok. Hihi."
"Lah? Gue bercanda anying! Gue udah kaya," tolak Alsava tak mau menerima. Nanti dikiranya ia matre beneran, padahal kan Alsava bercanda. Tapi kalo dipaksa gapapa deh hehe.
"Ayolah, bantu Azka. Kalo gak habis nanti dimarahin Papih. Katanya, Azka nanti pipinya jadi kurus."
"Busettt, itu duit. Gak bakalan buat lo gizi buruk. Ya kecuali gak lo pake ya iya. Nanti lo kelaparan."
Alsava menggeleng seraya tersenyum kecil melihat Azka yang sudah cemberut hampir menangis. Kadang Alsava bertanya, mengapa bisa ada cowok semenggemaskan seperti Azka di umur cowok itu yang termasuk sudah remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...