"Kalo gue sakit habis ini gimana?"
Shaka mendongak, alisnya tertaut bingung. "Gimana emang?"
"Ya kalo gue tiba-tiba sakit setelah makan sambal banyak-banyak."
"Tapi sayangnya lo gak pernah kesakitan," ucap Shaka mampu membuat Alsava terdiam di tempat.
"Yaudah. Kalo Shaka nyuruh Alsa berhenti makan sambal detik ini juga mau?" Shaka menaikan alisnya mempertanyakan.
Alsava menggeleng pelan dengan lugu. "Enggak sih."
"Dasar keras kepala," geleng Shaka.
Alsava menjulurkan lidahnya meledek. Kembali melanjutkan makan yang sempat tertunda karena obrolan tadi.
Setelah selesai makan, Shaka memutuskan untuk mengajak Alsava ikut ke Rumah sakit. Karena hari ini jadwal Shaka bertemu dengan dokter Ryan. Untung saja Alsava mau menemani Shaka, karena tahu akan kondisi cowok itu yang sering merasakan sakit kepala.
Jujur Alsava heran dengan apa yang terjadi pada Shaka. Cowok itu terlihat sehat-sehat saja, tapi jikalau melihat sesuatu yang mungkin tampak familiar di mata Shaka. Pasti mendadak akan sakit kepala.
Waktu itu sih... Shaka bilang dia insomnia....
"Tunggu di sini. Gue bentar." Shaka mengusap rambut Alsava, cewek itu mengangguk nurut.
Shaka mengetuk pintu terlebih dulu. Lalu masuk melihat dokter Ryan tengah duduk di kursinya. Kakinya melangkah masuk mendekat ke dokter Ryan yang langsung menyadari kehadiran Shaka.
"Halo Shaka, bagaimana dengan keadaan kamu? Apa udah lebih baik?" tanya dokter Ryan seraya tersenyum.
Shaka mengangguk datar. "Mungkin."
"Apa ada suatu hal yang kamu ingat?"
Shaka menggeleng. "Belum."
Ryan tersenyum, lalu berujar, "Gapapa, perlahan-lahan kamu juga akan ingat siapa diri kamu yang sebenarnya."
"Apa nama saya beneran Shaka dok?" tanyanya.
Dokter Ryan mengerutkan kening bingung. "Sepertinya begitu."
Mendengar itu mampu membuat Shaka bertanya-tanya dalam benaknya. Kenapa jawaban dokter Ryan terdengar sangat ragu.
"Jadi gini Shaka. Waktu itu kamu kecelakaan, dan keluarga kamu datang, saya gak tau pasti siapa dia. Tapi sepertinya dia Ayah kamu bukan?" Ryan berpikir. "Tapi apa alasan dia menitipkan kamu pada saya?"
"Ayah?" gumam Shaka.
"Kamu kecelakaan parah, dan maaf sampai saya harus---"
Ceklek!
"Maaf dok saya ganggu ya hehe. Habisnya Alsa bosen di luar sendirian kayak orang hilang hehe." Alsava tiba-tiba masuk memotong ucapan dokter Ryan. "Alsa tutup telinga kok. Gak bakalan nguping," cengirnya.
Shaka berbalik, tidak tega yang melihat Alsava tampak bosan. Cewek itu kan tidak bisa diam saja di tempat.
Akhirnya Shaka memutuskan untuk berdiri. Mampu membuat dokter Ryan bertanya-tanya. "Loh Shaka kamu mau kemana?"
"Pacar saya bosan. Gak mungkin saya biarin itu." Shaka menarik tangan Alsava dengan lembut mengajaknya keluar dari ruangan yang serba bernuansa putih ini.
Dokter Ryan hanya memandang kepergian Shaka dengan nanar. Padahal... dirinya ingin memberitahukan sesuatu sekarang. Ada yang aneh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Novela Juvenil⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...