"Arghh!"Pandangannya kembali mengabur saat merasakan rasa sakit yang luar biasa dikepalanya, seakan dihantam batu besar.
Cowok itu berpegangan pada benda apapun untuk menopang berat tubuhnya sendiri agar tidak tumbang ke lantai. Sudah lebih 1 tahun ini dirinya sering merasakan sakit di kepala, hingga bisa sampai pingsan.
Kakinya melangkah ke arah lemari kecil. Mengambil sebuah obat yang selalu diberikan oleh dokter ketika hampir habis. Memang setelah meminum itu, rasa sakit dikepalanya sedikit mereda.
Cowok itu memijat pelipisnya. Ia hembuskan napasnya dan menidurkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Mengingat kejadian tadi, saat dirinya kembali dikejar oleh banyak anak geng motor hingga terjatuh, selalu membuat dia bertanya-tanya pada diri sendiri.
"Mereka kenapa selalu ngincer gue?" ringisnya merasakan sakit di bagian kaki yang tertimpa motor.
Jika saja dirinya tidak bisa kabur tadi. Pasti mereka akan membunuhnya.
Ingatannya kembali teringat pada cewek tadi, yang telah menolong dirinya. Cowok itu tersenyum kecil mengingat wajah kesalnya saat cewek itu bertanya tentang nama tapi tidak dirinya jawab.
"Cerewet."
***
"Satu-satu, Alsa kangen Ayah. Dua-dua, Alsa kangen Bunda. Satu dua tiga, pergi semuanya."
"Sadis amat."
Alsava berbalik melihat Raka yang sudah bangun dari tidurnya. Kemudian cewek itu berjalan ke arah tempat tidur, dan langsung memeluk tubuh Raka.
"Raka, kangen Bunda, Ayah juga," gumam Alsava lirih.
Raka mengusap rambut cewek itu sambil membisikan kata-kata agar cewek itu merasa baik-baik aja. "Ikhlasin Al, lo masih punya gue. Anggap Bunda gue, Bunda lo juga. Jangan sedih, oke?"
Alsava mengeratkan pelukannya pada Raka. Cowok itu memang selalu ada disaat dirinya merindukan orang tuanya yang sudah lama meninggal saat dirinya masih berumur 10 tahun karena insiden tabrakan antara mobil dan truk.
"Lo bau, ganti baju sana. Kenapa masih pake baju olahraga coba?" Raka memperhatikan penampilan Alsava. Semakin membuat mood cewek itu menurun.
"Males," keluhnya.
"Ganti, pake baju gue sana."
Alsava menggeleng. "Gak dulu deh, gue mau pulang aja. Mau mandi sekalian di rumah. Soalnya habis ini gue harus pergi ke bengkel."
Alis Raka tertaut. "Ngapain ke bengkel?"
"Ambil motor."
"Loh? Motor yang mana?"
Alsava menjawab, "Motor satunya yang sering mogok. Lo gak liat saat gue berangkat sekolah pake motor apa? Beda kan? Lo sih kurang perhatian sama gue."
Raka terkekeh tidak enak. "Akhir-akhir ini banyak masalah di geng, jadinya gue gak terlalu fokus. Maafin Raka ya...."
Alsava mengangguk. "Kalem sama gue mah. Yaudah gue balik duluan. Lo jangan banyak pikiran nanti stres, kan sayang kalo gada modelan lo lagi yang jagain gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...