"Apa benar ini kantor milik Bara?"
"Tidak ada yang bernama Bara tuan di sini. Pemilik kantor ini bernama tuan Rai."
Arya mengernyitkan keningnya. Ia kini paham, jadi Bara mengubah nama panggilannya dengan Rai. Pantas saja selama ini ia tidak mengenalinya.
"Saya ingin bertemu dengan Rai."
"Apa tuan sudah punya janji?"
"Ekhem. Saya dari keluarga Geralldo pemilik perusahaan batu bara," ucap Arya datar. Seketika wanita itu langsung meneguk salivanya susah. Pantas saja wajahnya tidak seperti orang biasa, bahkan nyaris sempurna.
Setelah dipersilahkan untuk menemui Bara. Kini Arya sudah sampai tepat di depan pintu kantor lelaki itu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Arya langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Berani sekali kamu. Saya sudah pernah bilang, kalau mau masuk ketuk pintu terlebih dulu."
Arya tersenyum sinis. Bara belum menyadari kehadirannya ternyata. Lelaki itu tampak sibuk mengetikan sesuatu di laptopnya. Arya melangkah mendekat, laptop itu ia tutup hingga sang pemilik mendongak terkejut.
"Arya?" Bara berdiri, jelas terkejut akan kehadiran Arya secara tiba-tiba di kantornya. Bahkan ia tidak pernah berpikiran bahwa Arya akan menemukannya di sini.
"Ngapain lo di sini?"
Arya tersenyum miring. "Gue gak butuh basa-basi. Gue datang ke sini cuma untuk memastikan."
"Memastikan apa?" Kini nada bicara Bara berubah. Lelaki itu tampak menahan emosinya.
"Kalo lo yang udah buat Ara celaka sampai keguguran," tuduh Arya. Di balik saku celananya, tangan Arya terkepal kuat. Seakan-akan siap untuk melayangkan pukulan ke wajah Bara.
Bara tertawa sinis saat Arya menuduh dirinya tanpa bukti. Bahkan setelah bertahun-tahun baru bertemu kembali. Lelaki itu datang untuk menyalahkan Bara atas yang belum pasti bahwa Bara pelakunya.
"Ohhh jadi Ara hamil lagi? Dan apa tadi? Keguguran? Wahhh bagus dong."
Kepalan tangan Arya semakin kuat mendengar ucapan Bara yang mampu menyulut emosinya. "Gak usah main-main sama gue kalo lo masih mau hidup," desis Arya masih mencoba menahan amarahnya.
Akhir-akhir ini banyak yang menganggu pikiran Arya sehingga lelaki itu jadi mudah emosian. Apalagi jika sudah menyangkut tentang Ara.
Bara kembali tertawa. "Hahaha jujur gue senang dengar ucapan lo tadi. Tapi... lo gak berhak nuduh gue tanpa bukti kayak gini. Emang lo ada bukti kalo gue yang celakai Istri sialan lo?"
"Bangsat." Arya menarik kerah kemeja Bara. Hampir saja melayangkan pukulan ke wajah lelaki itu. Bara tertawa meremehkan. "Lo habisi gue di sini. Akhir hidup lo di penjara bro. Kasihan dong Istri lo, udah keguguran, Suaminya masuk penjara. Gimana ya kira-kira?"
"Gue peringatin ya anjing. Jangan pernah lo sakiti keluarga gue lagi!"
Bara merapikan kerah kemejanya. Cowok itu mengangguk santai, terlihat begitu meledek Arya. "Santai. Emang gue pernah nyakitin keluarga lo? Gada bukti nuduh gitu aja."
Arya menggeram kesal. "Satu lagi. Jauhi putri lo dari Alex. Jangan pernah dekati putra gue lagi."
Ceklek.
Arya tersenyum miring. Ternyata Asleena sedari tadi mendengar semuanya di pintu. Cewek itu bahkan sampai tak jadi masuk ke dalam.
***
"Shaka!"
Dokter Ryan berlari saat melihat tubuh Shaka yang terkapar di lantai. Sesegara mungkin mencoba untuk membuat cowok itu sadarkan diri. Bahkan kulit Shaka terasa begitu dingin mungkin karena terlalu lama tertidur di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Ficção Adolescente⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...