Udah lama ya gak up. Gada yang kangen Raven ya?
Jangan lupa baca bagian akhir. Ada yang mau aku umumin
***
"Kamu punya sakit CIPA?"
Alsava diam seribu bahasa. Tak sanggup untuk menatap manik mata Ara. Bahkan untuk menopang berat badannya sendiri seakan tak ada tenaga. Alsava ingin mengelak, menjelaskan bahwa yang diucapkan Bunda Ara tidak lah benar.
Tapi....
"Alsa? Itu benar sayang?" tanya Ara melembutkan suaranya.
Anggukan kepala Ara anggap sebagai jawaban 'Ya'. Dari semua yang Ara liat, itu memang menjelaskan ciri-ciri penyakit CIPA.
Dimana penderitanya tidak dapat merasakan rasa sakit fisik.
CIPA adalah penyakit bawaan lahir yang tergolong langka. Kondisi ini terjadi saat seseorang tidak mampu merasakan suhu panas atau dingin, tidak berkeringat (anhidrosis), dan tidak merasakan sakit ketika cedera, terbentur, atau terluka.
"Orang tua kamu tau?"
Alsava menggeleng pelan. "Gaada yang tau, cuma Raka yang tau itu Bunda," cicit Alsava dengan suara yang serak.
Ara menatap iba gadis itu. Alsava masih sangat remaja untuk mempunyai penyakit seperti itu. Tapi, penyakit CIPA sudah ada saat penderitanya lahir. Artinya Alsava sudah tidak dapat merasakan tubuhnya sejak gadis itu masih bayi.
Alsava ingin menangis, menumpahkan seluruh air mata yang selama ini dirinya pendam. Asal kalian tau, Alsava tak sekuat itu. Ia ingin berteriak pada dunia bahwa dirinya ini lemah.
Alsava ingin merasakan pelukan orang tuanya kembali. Alsava ingin merasakan kasih sayang lagi. Alsava ingin tidur dalam dekapan sang Bunda. Alsava ingin dilindungi oleh Heronya, Ayah terhebat di hidupnya.
Alsava ingin mengadu pada orang tuanya.
"Bunda, Ayah, ada yang nyakitin Alsava...."
"Bunda, Ayah, ada yang ngejelekin Alsava. Alsa gak pernah nangis Bunda, gak pernah nyerah begitu aja. Alsava beraniin, kata Ayah Alsa gak boleh jadi gadis yang lemah, dan sekarang Alsava lakuin. Alsava gak jadi gadis lemah, tapi... sekuat apapun Alsa, Alsava butuh sosok kasih sayang orang tua. Alsava butuh kalian...."
Namun, semua itu hanya dapat tertahan di ujung lidah tanpa bisa diujarkan. Cukup, Alsava tak selemah itu. Penyakit ini dihadirkan untuk Alsava, pasti ada hal baiknya dibalik semua ini. Salah satunya Alsava jadi tak dapat merasakan sakit fisik. Namun, apa kabar dengan kondisi batinnya? Apakah baik-baik saja? Tidak.
Rasa sesak menggerogoti relung hati Ara. Wanita itu membawa Alsava ke dalam pelukannya, memberikan kekuatan berharap Alsava dapat bangkit dari semua ini.
"Alsa... kenapa kamu gak pernah cerita sama Bunda?" lirih Ara.
Ara takut, banyak hal yang dirinya takuti saat mengetahui fakta ini. Apalagi mengingat CIPA itu penyakit apa.
Penyakit CIPA sangat berbahaya dan dalam kebanyakan kasus pasien tidak hidup di atas usia 25 tahun.
Ara tidak bodoh. Apa yang dirinya lihat sudah cukup menjelaskan semuanya. Apa yang dirasakan Alsava jelas sudah menunjukan ke titik itu. Apalagi mengingat dirinya yang menyanding gelar dokter, sangat mudah bagi Ara untuk mengetahui rasa sakit apa saja, ciri-ciri penyakit dan banyak hal lain dalam kedokteran.
"Buat apa Bunda? Alsa gak sakit. Alsa ini sehat Bunda. Bahkan Alsava jauh lebih sehat dari orang sehat lainnya. Alsava gak selemah itu Bunda," ujar Alsava tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...