2 bulan sebelum Raven kecelakaan.
"Wihh ketua kita dateng sama ekornya nihh."
"Sembarangan ngatain gue ekor!" Velicia masuk ke dalam markas bersama dengan Raven. Keduanya memang selalu bersama, kadang orang yang tak mengenal mereka pasti mikirnya mereka berdua pacaran.
"Oh ini yang kemarin ngalahin ketua geng sebelah?" Raven tertawa mendengar ledekan Adnan yang memang tak ikut tawuran kemarin karena sakit. "Bukan gue doang. Kan ada anggota lain yang bantuin."
"Eleh ya sama aja. Skill pukul lo lebih jago daripada kita-kita. Iya gak bro," sambar Erfan bertos dengan Adnan. "Yoi."
Gio yang tengah berbincang dengan Anton seketika melirik ke arah Velicia saat cewek itu baru saja tiba dan bergabung dengan Erfan dkk. Tangannya terkepal kuat saat mendengar seluruh anggota lain selalu membangga-banggakkan Raven. Seakan-akan cowok itu yang paling kuat dalam hal bela diri.
"Gio, gue salut sama lo kemarin. Lo pinter lawan musuh." Raven menepuk pundak Gio pelan.
Gio tersenyum paksa. "Thanks Ven."
Jika bukan karena Ayahnya. Gio tak akan mau bergabung dengan geng motor Raven. Ya awalnya ia hanya sekedar menyelidiki saja, hingga akhirnya Gio mengenal Velicia. Sampai sekarang Gio bertahan hanya karena ingin selalu melihat Velicia saja. Namun sialnya Velicia sangat sulit di dekati karena Raven selalu menjaga cewek itu, dan tidak sembarangan cowok bisa dekati Velicia.
Hingga kabar itu terdengar di telinga Gio. Velicia jadian dengan salah satu ketua geng motor musuh Raven sendiri. Sejak saat itu Raven terpaksa harus berdamai dengan Raka. Sedangkan Gio harus menahan api cemburu.
Raven menganggap Gio sebagai teman dekatnya. Sedangkan Gio menganggap cowok itu hanya sebatas dari korban.
***
Cetar!
PLAK!
BUGH!
Tubuh Gio tersungkur ke lantai dengan pelipis yang kembali mengeluarkan darah. Pelakunya ialah Ayahnya sendiri.
Kalian masih ingat dengan Gery? Cowok yang berani menyentuh Ara dulu, hingga berakhir tragis dengan suriken yang menusuk leher cowok itu, meski tidak dalam. Luka sadis, yang membekas hingga masa sekarang.
Meninggalkan dendam.
"Dasar anak gak berguna! Ayah suruh kamu buat mata-matain keluarga Arya! Dan hancurin mereka! Tapi sampai sekarang kamu gak ngelakuin apa-apa! Dan Arya Ara masih bisa tertawa bahagia!"
Mata Gio terpejam menahan rasa sakit yang perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya saat pecutan itu lagi-lagi melukai dirinya.
Luka itu gak pernah absen dari hidup Gio. Entahlah ia harus berterimakasih pada sang Ayah karena sudah mendidiknya begitu keras atau tidak. Di satu lain Gio menjadi sosok yang kuat, tapi di sisi lain Gio tertekan, kesakitan.
"Ayah gak akan pernah bisa lupain apa yang udah Ara lakuin ke Ayah! Dan kamu harus balasin dendam Ayah ke wanita murahan itu GIO!"
"Jika saja tidak dilarikan ke Rumah sakit luar negeri, nyawa Ayah tak akan tertolong. Dan sekarang Ayah memang sudah sembuh, tapi semua yang Ara lakuin ke Ayah gak akan pernah terlupakan." Gery tertawa sinis.
"Kenapa harus Gio yang kena akibatnya?" Tangan cowok itu terkepal kuat. Matanya memerah menandakan bahwa Gio tengah menahan emosinya.
"Buat apa punya anak kalo gak dimanfaatin?"
"Pergi ke London Harley Street. Rubah wajah kamu agar mirip dengan Raven, dan hancurkan keluarga Arya."
Sejak saat itu Gio akhirnya menuruti semua ucapan Ayahnya. Di satu sisi ia menaruh dendam ke keluarga Arya. Karena mereka, hidupnya kini menderita. Setiap hari harus mendapat luka yang diberi oleh sang Ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [END]
Fiksi Remaja⚠️⚠️⚠️ Bagi Alsava, Raven itu aneh. Dia seperti 32° Fahrenheit ke Celsius. Yang dulu rasa pedulinya 32 derajat Fahrenheit, sekarang berubah menjadi 0 derajat Celsius. Hingga Alsava dipertemukan dengan Shaka, si cowok dingin yang berhasil membuat Als...