21. SIFAT TERSEMBUNYI

4.5K 749 2.5K
                                    

"Gema monyet!"

"Beli itu Gema!"

"Itu perut atau palung mariana?" gemas Gema melihat tingkah cewek disampingnya yang menyuruh dirinya untuk berhenti di pinggir jalan karena ingin membeli cilok.

"BLUMBANG! Udah ayo!" Alsava menarik tangan Gema agar turun dari mobil. Mau Gema menolak pun, cowok itu harus nurut dengan apa yang Alsava mau. Mutlak.

Gema heran, padahal tadi Alsava sudah makan banyak. Bahkan makanan miliknya aja direbut oleh Alsava begitu saja. Gema sempat curiga kalo cewek disampingnya ini jurik, iyuh jurik.

"Abang tukang cilok! Mari-mari sinii! Alsa mau beliiii! Abang-abang cilok, cepat lah kemari. Alsa sudah tak tahan lagi. Satu tusuk saja, 500 perak. Yang banyak ciloknya."

Gema terkekeh kecil mendengar nyanyian Alsava. Kini berganti dirinya yang menggandeng tangan Alsava untuk menuju ke tukang cilok. Baiklah, Gema memaafkan cewek menyebalkan ini.

"Bang beli ciloknya 5 ribu," kata Alsava. "Lo mau gak?" tawarnya pada Gema. Padahal ujug-ujug yang bayarin mah Gema.

Gema menggeleng. Dirinya sudah kenyang duluan. "Enggak, lo aja."

Alsava mengangguk lalu menerima cilok yang sudah jadi dan dibayarkan oleh Gema. Harga segitu mah bukan apa-apa bagi Gema kan? Jadi Alsava gak akan malu-malu lah.

"Menggema, lo emang satu sekolah gitu ya sama Raven?" tanya Alsava saat keduanya sudah masuk kembali ke mobil.

Gema meliriknya sejenak. "Lah iya, lo kira? Satu kelamin?"

"Lah emang lo satu kelamin njing!" kesal Alsava. Masih mengunyah ciloknya dengan nikmat.

"Raven itu orangnya gimana sih?" tanya Alsava mulai kepo.

Gema menaikan alisnya, tumben sekali cewek itu bertanya tentang Raven. "Kenapa emang, lo suka?"

"Pengin tau aja," jawab Alsava mengedikkan bahunya.

Gema mulai kembali menjalankan mobil. Sambil berucap menjawab pertanyaan Alsava. "Bertahun-tahun gue kenal Raven. Dia tuh orangnya bertanggung jawab Al, perhatian juga sih sama temen-temannya. Bahkan dulu tuh katanya ada teman satu gengnya yang ngeroyok geng lain. Dan lo tau apa yang dilakuin Raven? Ya dia kasih pelajaran ke anggota geng nya itu, diancam keluar juga. Karena Raven gak pernah ngajarin anggotanya buat ngeroyok geng lain. Namanya gak gentle katanya."

"Seenggaknya kalo mau nyerang ya harus seri. 1 lawan 1. Intinya gitu deh. Gue kurang tau banyak kalo masalah geng, soalnya gue gak ikut-ikutan. Gue cuman denger kata anak-anak lainnya aja."

"Terus, terus. Dia dikeluarin dari geng sama Raven gak?"

Gema menggeleng. "Enggak sih, dia minta maaf ke Raven. Lagi pula kita sekelas sih. Ya Raven maafin gitu aja, dengan satu syarat gak ngulangin lagi kesalahannya."

Alsava terdiam mendengar ucapan Gema. Biasanya kalo kayak gitu pasti ada dendam. Kayak gak terima aja apa yang dilakuin Raven ke dia, meski Raven benar sekalipun. "Kalo cewek, Raven udah punya cewek belum?"

"Kalo itu. Dulu sih dikabarin deket gitu sama cewek yang namanya Velicia. Tapi gue kurang tau banyak. Gue sama Raven aslinya gak terlalu deket, kita deket juga karena satu eskul basket aja."

"Kalo lo mau tau banyak tentang Raven, lo bisa tanyain Arkan. Selama ini cowok itu yang paling tau tentang Raven. Dia emang dingin, tapi Raven kalo ada masalah pasti ceritanya ke Arkan. Mungkin karena cowok itu yang lebih dewasa daripada ketiga teman lainnya," lanjut Gema.

"Lo tau gak gimana Raven memperlakuin Velicia?"

Gema melirik Alsava sebentar lalu kembali fokus ke jalanan. "Raven itu kata cewek lainnya ya perhatian. Ada yang iri pengin jadi Velicia dulu. Katanya ya gitu, gak pernah kasar sama cewek."

RAVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang