(+) Special Chapter VII - Bisma Story

40 3 0
                                    

"Eunghh."

Perlahan mata sosok pria berwajah bak seorang anime terbuka karena terganggu dengan cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah jendela.

Tubuhnya sedikit di regangkan dengan memasang wajah jelek—jelek menurutnya, faktanya tetap tampan. Di sandarkan tubuh kekarnya meski terasa sedikit sakit, ia baru saja menggambar sebuah sayap di punggungnya.

"Hah!" Perlahan membuang napasnya rendah.

Matanya sedikit dikerutkan, bukan karena efek dari bangun tidur tapi kilasan masa lalunya yang sangat ia ingin lupakan kembali berputar dengan seenaknya.

"Kenapa mereka selalu muncul di mimpiku, termasuk kau!"

Dia singkirkan selimut menggunakan kedua kaki, turun dan berjalan menjauh dari tempat tidur. Ruangan sebesar 30 m² sudah menemani dirinya untuk dua tahun ini di kota pelajar Indonesia.

Dia mahasiswa yang menuntut ilmu di luar dari negara tempat kelahirannya. Dia benci tinggal di tempat kelahirannya, bahkan dia benci tumbuh di mana tempat tersebut menjadi saksi hidupnya selama masa remaja.

Bisma Wang, ah ... Bisma Kwon, itu nama yang terdaftar pada akta kelahirannya. Dia pun menyesal mengetahui nama marga sedarahnya, ingin rasanya dia tidak mengingat hal itu.

Karena dari situ, awal kehidupannya menjadi hancur. Bangga dan bahagia hidup dengan marga Kwon tapi lenyap dalam hitungan detik, Bisma masuk ke kehidupan di dunia gelapnya saat ini yang di rasakan.

"Mungkin jika aku mandi, pikiran itu menghilang," gumamnya berjalan masuk ke kamar mandi.

....

Bisma melupakan kalau sekarang adalah hari pertama mahasiswa baru masuk ke universitas, gedung fakultasnya harus melewati auditorium kampus di mana seluruh mahasiswa baru, HIMA, BEM kumpul semua di tempat tersebut.

Dia hanya malas dengan tatapan menilai seseorang, dia tahu tatapan mereka bukan hal buruk tapi Bisma membenci dengan sebuah pujian.

Apakah hal yang di lakukannya sesuatu yang tidak normal?

Semua orang bahkan seniornya mengakui ketampanan Bisma, dia mahasiwa populer hanya saja tidak tersentuh. Bukan karena Bisma arogan, mereka hanya terlalu takut mendekati sosok yang sempurna.

Pada kenyataannya, sosok pria bernama Bisma Kwon ini adalah orang yang ramah dan siapapun yang berbicara dengannya akan terasa nyaman.

Seketika langkahnya terhenti melihat suatu objek yang menarik perhatian dirinya, tangan kirinya di angkat untuk melihat jam berapa saat ini.

"Jam 7.30, kenapa anak itu harus berlari sekuat itu?" gerutunya.

Bisma melihat anak gadis tahun pertama memakai pakaian putih hitam rapih sedang berlari sambil membawa tas selempangnya.

Acara di mulai jam 8, itu yang di pikirkan Bisma. Oleh karena itu dirinya merasa aneh pada sosok tersebut. Ketika hendak berjalan kembali, tangan seseorang menahan lengan Bisma dengan sopan.

"Bisma ikut ke auditorium yah."

Suara itu adalah senior Bisma di Fakultas Ilmu Budaya, dia memang anak FIB jadi para senior tidak terlalu canggung untuk memanggilnya seperti itu.

"Ada apa kak?" tanya Bisma dengan suara tampan.

"Kamu'kan anak populer di FIB, ikut yuk biar makin seru," terang si senior.

"Tapi saya bukan HIMA ataupun BEM, kenapa saya harus ikut?" tanya Bisma kembali sedikit sarkas meski dengan nada rendah.

"Saya tahu ... Tapi setidaknya kau anak FIB'kan, kita kewalahan karena FIB menjadi salah satu fakultas favorit. Kuota mahasiswa sedikit bertambah," alasan si senior.

ZEUS CASTLE: Vena Alga Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang