(+) Special Chapter IX - It's Me, Your Enemy!

5 0 0
                                    

"H-halo .... "

Kata yang meluncur dari bibirku sangat canggung ketika melihat sosok wanita dengan garis wajah sempurna, rambut sepundak sedikit bergelombang, kuning langsat warna kulitnya dan cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.

Alisnya menukik disertai tatapan tajam, berjalan sangat angkuh dengan kepala di tegakkan sangat lurus ke depan. Jika kalian berpikir dia sedang emosi, kalian salah!

Dia memang sudah dari sananya seperti itu, orang-orang di sekelilingnya berkata jika wanita itu jutek, sombong dan tidak memiliki tata krama.

Seperti biasa ... Orang-orang menilai dengan cepat hanya dari penampilan saja.

Wanita itu Dara, berjalan lurus menuju tempat dimana aku berada saat ini. Aku duduk di bangku taman dengan menggunakan kemeja dan celana warna putih berbahan kain dengan banyak ukiran huruf yang tidak tersusun rapih.

"Kamu habis ngelempar nampan makanan yang di berikan perawat lagi?" desisnya menatap nyalang padaku.

Aku hanya membalas dengan sekali tarikan pada garis bibirku ini, wanita yang lebih tua satu tahun dariku duduk di sisiku sedikit di hentakan.

Apa hubunganku dengan Dara?

Tidak ada ... Awal pertemuan kami bisa di bilang tidak cukup baik, lain kali akan ku ceritakan pertemuanku dengan Dara.

"Kenapa kamu nggak makan? Jangan kaya gini lagi." Anggukan kepalaku menjadi jawaban untuk Dara. Kakak tua ini orang yang paling mengerti tentangku di dunia ini.

Mungkin jika aku tidak bertemu Dara, mana mau aku tinggal di sini dan di jaga sangat ketat layaknya seorang tahanan.

Lebih baik aku berkeliaran di jalanan, bebas tanpa di atur oleh siapapun. Melakukan segala hal sesuai keinginanku dan tentunya menikmati hidup.

Semua ini karena Dara, aku ada disini.

"Broken home."

"Hmm?"

"Mereka membicarakan anak broken home dan menghina dibelakang anak-anak itu."

Dara menatap mataku dalam tentu dengan sorot mata tajam. "Bisakan kamu ngomong langsung atau tegur mereka, nggak usah ngelempar nampan makanan."

"Aku nggak berbicara dengan sampah!"

"Tck ... Terserah kau saja," dengusnya lalu menatap langit-langit biru di penuhi burung merpati.

Lihatlah ... Dara selalu ada di pihak sisiku, meskipun aku salah dia selalu ada di pihakku. Walau begitu, pada akhirnya aku di marahi ketika sedang berdua tanpa seseorang di sekeliling kita.

"Kak," panggilku lembut.

"Apaan?"

"Aku punya cerita, mau dengerin nggak?"

"Eh? Iya apa aku dengerin." Dara sedikit memiringkan duduknya untuk menatap aku.

"Sebut aja namanya Anggara, aku nggak tahu juga nama dia siapa. Kisah hidup Anggara yang membuat aku marah sama mereka."

"Baiklah."

Aku mengambil gitar di sisiku yang sedari tadi menemani duduk santai di taman ini. "Ini lagu yang menggambarkan kisahnya," ucapku dengan memetik senar gitar perlahan.

- 0 -

Malam ini hujan turun lagi. Bersama kenangan yang ungkit luka di hati. Luka yang harusnya dapat terobati, yang ku harap tiada pernah terjadi.

ZEUS CASTLE: Vena Alga Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang