(+) Special Chapter II - Akhir Cerita

17 5 2
                                    

Warna hitam mendominasi pemandangan di tanah berumput hijau yang di rawat oleh penjaganya, membuat sebuah tempat pemakaman terlihat indah dan sejuk ketika dilihat.

Alet yang selalu merasa dirinya penyebab kematian Minho, dia datang pada pemakaman tak henti-hentinya memohon maaf kepada keluarga Minho dengan air mata yang tidak terhenti sama sekali dari kaki dirinya menginjak tempat tersebut.

Keluarga Minho tidak menyalahkan gadis mungil tersebut, orangtua mereka membelai helai rambutnya dan selalu berkata 'ini sebuah takdir jangan salahkan dirimu kasihan Minho.' Kata tersebut yang selalu Alet simpan dalam hati juga pikirannya 'Kak Minho melakukan ini semua untuk Zeus, kau harus jaga kepercayaan Kak Minho.'

Isak tangis masih tetap memenuhi suasana pemakaman, do'a terakhir telah selesai di bacanya. Semua orang mulai menatap peti masuk kedalam tanah diiringi do'a pengantar sampai peti tersebut menyentuh dasar tanah.

Ayah Minho mengambil tanah dari sebuah wadah untuk tanah pertama yang dimasukan kedalam lubang tanah makam Minho di susul oleh Ibu dan saudaranya. Tanah yang semakin lama semakin menutupi peti Minho terlihat jelas oleh mata orang-orang yang menatapnya.

Keluarga menaburkan sebuah bunga indah pada gundukan tanah tersebut dan mencium foto Minho yang tersenyum indah di batu nisannya, satu persatu mulai meninggalkan tempat pemakaman, Dirga mendekat dengan gundukan tanah tersebut menyimpan sebuah mawar putih dan menatap foto Minho sendu.

"Aku benci kau selalu tampan dalam keadaan apapun!"

"Aku benci kau lebih pintar dariku!"

"A-aku ...."

"A-aku benci kau meninggalkanku lebih dulu ...."

Isak tangis Dirga tak tertahankan, napas dirinya mulai tercekat. Alet mendekat dan langsung menarik seniornya ke dalam pelukannya. Air mata Alet masih saja mengalir bersamaan dengan Dirha.

"Maafkan aku ya kak."

"Ahh! Tidak ini bukan salahmu." Dirga mendongakan kepalanya dan mengusap lembut air mata di pipi Alet.

"Berhenti menangis! Aku kakak persaudaraanmu jadi kamu harus mematuhiku."

"Emm ... K-kakk," jawab Alet mulai mengontrol rasa sedihnya

"Kakak sudah berhenti menangis, jadi kau juga Alet. Dirimu harus kuat."

Alet mengangguk, membawa Dirga kedalam dekapannya kembali.

Semua sudah meninggalkan pemakaman, Alet menjadi orang terakhir yang meninggalkan makam. Rasanya seperti ada yang memerhatikan ke arahnya, ia mencoba mencari sumber tatapannya namun tidak ada siapapun.

"Alet cepatlah!"

"Iya ayah tunggu!" jawab Alet segera pergi.

Teman-temannya sedang berkumpul di parkiran setelah sang gadis keluar dari pemakaman, bersiap untuk kembali ke asrama untuk istirahat karena telah melalui hari yang panjang kemarin.

"Ayah akan pergi ke rumah In Sung setelah itu baru kembali ke rumah."

"Hm? Untuk apa ... Mendadak sekali."

"Aishh, anak ini! Hanya sekedar main."

"Jangan bilang ayah benar serius berniat menikahi papah?"

Gelak tawa di area parkiran terdengar renyah, bagaimana tidak ... Ayah Alet dan Alet walaupun tidak memiliki hubungan darah tapi sikap mereka 100% benar-benar mirip.

"Huh? Apa dia berkata seperti itu Alet!"

"Iya pah, saksinya Kara."

Sosok yang di maksud mengangguk cepat ketika mendapatkan tembakan pernyataan dari teman sekamarnya.

ZEUS CASTLE: Vena Alga Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang