Chapter 9

96 14 3
                                    

"Emhhhhh ...." Seseorang mulai terbangun dari mimpinya, sedikit mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum matanya menatap sesuatu yang janggal. "Eh?"

"Kau sudah bangun Oh?"

Aru hanya bangkit dari tidurnya dengan menganggukan kepala. "Kau kenapa gugup seperti itu?"

"Ahh! Maaf. Aku masih belum terkumpul semua nyawaku ckck. Ku kira kau masih tertidur." Aru mengusap matanya sembari bertanya pada Jay.

"Aku sudah terbangun sejak tadi, hanya saja tanganku sedang menjadi bantal milik Rose. Lihatlah!" adunya begitu kesal.

"Haha kau ini Jay ada-ada saja!" Ketika sedang asyik berbincang-bincang Oh mulai memikirkan sesuatu, setelah melihat Rose begitu nyaman ada di pelukan Jay—

"Kak Alet?"

"Kenapa lagi kau?" tanya Jay.

"Aku tinggal sebentar oke, kak Alet sangat tidak kuat dengan suhu dingin. Aku harus memeriksanya." ucap Oh Aru tergesa-gesa sambil keluar tenda dan Jay hanya memandang khawatir.

"Aish! Anak ini kapan dia terbangun, Selalu berakhir seperti ini jika kau kedinginan," keluh Jay karena tangannya yang menjadi bantalan Rose mulai mati rasa.

Setelah kejadian itu Chani dan Alet kembali ke perkemahan, mereka saat ini sedang berjalan bersama tapi tidak ada yang bicara satupun karena perasaan canggung satu sama lain.

Chani ingin berkata sesuatu tapi dia pun bingung entah perasaan apa yang kini dia rasakan, jika memang kejadian tersebut hanyalah sebuah emosi dan melampiaskan kepada Alet karena kak Dara itu tidak mungkin, sebab detak jantungnya saat ini tidak beraturan karena kejadian tersebut.

Tidak dengan Alet, ia sedang berperang antara hati dan pikirannya. Dia terus berpikir itu salah tapi ini normal mana mungkin itu bisa terjadi sedangkan hatinya merasa begitu nyaman dan ingin sekali dia mengatakan itu semua bukan kesalahan.

Sampai ketika sedang memikirkannya, sebuah tangan besar menghentikan langkahnya dengan mencengkram pundak mungilnya. "Alet."

"Hm?"

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud lancang seperti itu." Chani mencoba berbicara padanya agar tidak merasa canggung kembali.

"..."

"Kau boleh membenciku setelah ini," lanjut Chani karena tidak mendapat jawaban dari sang objek.

"..."

"Entah mengapa hatiku begitu sesak saat ini, apa aku boleh mengeluarkannya sesuatu yang sesak saat ini?" pria tersebut mengangkat dagu Alet, matanya saling menatap dengan menyiratkan berbagai macam arti.

"Kenapa?"

"Aku menyukaimu," ucap Chani menatap mata Alet dan—

Sontak Alet tidak percaya apa yang dikatakan Chani, ia berpikir segampang itu kah mengatakannya setelah dengan lancangnya mencium dirinya, semurah itu kah dirinya.

"Apa yang kau katakan?" ujar Alet dengan tatapan tidak percaya.

"Aku menyukaimu, aku mencintaimu Al."

"HAH!!" Alet menghembuskan napasnya dengan kasar. "Sejak kapan kau memiliki perasaan itu, jangan bilang hanya karena kejadian tadi kau—Tck, omong kosong!"

"Apa kau ingat saat kau pingsan dan tak sadarkan diri lalu aku membawamu ke klinik?" Chani masih berusaha tenang, pada kenyataannya sebuah ketenangan adalah hal yang di kuasi olehnya.

"..."

"Mulai saat itu aku memiliki perasaan ini, aku sempat berpikir ini tidak mungkin terjadi tapi semakin aku mencoba menentang semakin besar rasa ini tumbuh. Aku ingin tahu keaadanmu setiap harinya, aku ingin melihat senyummu, aku ingin kau menceritakan segala hal padaku, aku ingin kau menjadikanku sebagai orang yang dibutuhkan olehmu."

ZEUS CASTLE: Vena Alga Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang