"Mungkin Tuhan akan bosan jika setiap doa saya isinya kamu semua."
—ADUHMAMAYE—
Pagi-pagi buta keluarga Andreas dibuat kalang kabut dikarenakan Gerald; putra pertama Vina dan Antonio tiba-tiba memberi kabar bahwa hari ini dia pulang dan minta jemput di Bandara BlueSky. Antonio menggeram kesal, pasalnya ia begadang tadi malam karena banyaknya dokumen murid SMA Bhakti Nusa yang menumpuk; belum diperiksa dan besok harus selesai dikarenakan semua guru akan membuat rapat penting tentang data pribadi para murid, dan Antonio baru menyelesaikan pekerjaannya tepat pada jam 2 pagi dan ia tidur setelahnya. Dan jam 7 pagi ia mendapatkan pesan dari putranya kalau hari ini akan pulang dan minta jemput.
Antonio mengumpat kesal, sambil berjalan sempoyongan menuju kamar mandi laki-laki itu tak henti-hentinya mengumpat untuk putranya itu kenapa juga tidak memberi kabar tadi malam atau kemarin-kemarin? Antonio kesal, namun ia juga tak bisa marah karena ia juga sangat rindu dengan Gerald.
Vina sama kesalnya dengan Antonio, seharusnya hari ini ia harus berangkat menuju rumahnya Bu Darmi karena hari ini jadwal arisan berada di rumah Bu Darmi. Namun setelah mengetahui bahwa Gerald akan pulang membuatnya dengan sangat terpaksa membatalkan pergi kesana dan memberi kabar ke grup chat yang dibuat oleh para ibu-ibu yang merupakan anggota dari arisan sosialita itu, tolong digaris bawahi ya kalau Vina sangat terpaksa membatalkan ini.
Vina pun sama kalang kabutnya dengan Antonio, beruntunglah ia sudah mandi jadi tidak harus berebut kamar mandi dengan Antonio.
"Lentera! Ayo cepat, ini Abang kamu udah marah-marah minta jemput!" Antonio berteriak dengan kesal, pasalnya setelah berjuang keras membangunkan putrinya itu dengan Vina akhirnya Lentera bangun dan sekarang lagi bersolek setelah melakukan ritual mandinya.
Cih dasar wanita, tidak jauh dari kata 'berdandan'.
Lentera berlari dengan tergopoh-gopoh; sambil membawa tas kecilnya yang tersampir dibahunya. "Yaudah ayo."
Lentera mengambil dua potong roti yang tadi sempat dibuat oleh Vina, kemudian ia berlari menuju mobilnya Antonio yang sudah dipanaskan oleh supir mereka— Pak Budi. Entahlah ini supir yang mana karena jumlah supir dirumah ini berjumlah sekitar 5 orang.
Lentera mendudukkan dirinya di kursi pengemudi, karena Antonio memintanya untuk mengendarai mobil dikarenakan Antonio masih sedikit mengantuk.
Antonio dan Vina datang kemudian masuk kedalam mobil, dan tanpa ba-bi-bu lagi Lentera menancap gas mobil menuju Bandara.
Antonio kembali mengumpat kesal; ia jadi menyesal menyuruh Lentera untuk menyupir mobil. Pasalnya selama diperjalanan, putrinya itu menjalankan mobil persis seperti orang kesetanan dan itu membuatnya dan Vina tak henti-hentinya berteriak histeris karena beberapa kali Lentera hampir menabrak mobil yang melintas didepan.
Dan Antonio tak henti-hentinya berucap syukur kepada Tuhan karena masih mengizinkannya untuk menghirup udara segar.
Mereka bertiga sampai di bandara sekitar 15 menit, itu karena Lentera menjalankan mobil dengan sangat laju. Jika biasanya mereka sampai 30 menit, kali ini terasa berbeda. Antonio dan Vina hanya mampu mengusap dada dengan sabar, entah mereka harus memuji atau memaki Lentera. Mereka hanya bersabar saja.
"Abang!"
Lentera berteriak kemudian menubruk tubuh Gerald yang lebih tinggi dibandingkan dirinya; ia memeluk erat Gerald, tak lupa juga sesekali menduselkan hidungnya didada bidang sang kakak.
Gerald tersenyum; adiknya tak berubah sama sekali. Persis seperti bayi saja, namun Gerald tak perduli karena ia sangat menyayangi adiknya ini. "Dirumah aja ya kangen-kangenannya, mending pulang yuk! Abang capek nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
DATERA ✔ [VERSI AWAL]
RandomKamu kayak nano-nano ya. Asem, manis, semuanya jadi satu.