Menuju ujian kelulusan

106 8 0
                                    

Seminggu lagi tiba waktunya ujian, lebih tepatnya ujian terakhir sebelum menuju kelulusan. Seluruh murid Bhakti Nusa rata-rata mulai menghabiskan waktu mereka dengan membaca buku; mempelajari pelajaran-pelajaran dari kelas 10 sampai 12 sebagai persiapan untuk menghadapi ujian nanti.

Beberapa diantaranya banyak yang mengeluh karena bingung antara lebih memilih fokus belajar demi ujian atau menemani pacar begadang, Lentera yang kebetulan tengah berstatus jomblo pun hanya tersenyum menyikapi teman-temannya banyak mengeluh karena waktu pacaran-nya mereka harus terbagi.

Cih, bucin sekali.

Ow tidak sadarkah gadis ini bahwa ia lebih bucin dari mereka?

Saat hari pertama seusai jadian dengan Dafa saja gadis itu menjadi sangat bawel dan rempong, bahkan saat Dafa tak membalas pesannya lewat 1 menit pun dibuat heboh.

Tebak, siapa yang jauh lebih bucin?

Baiklah mari kita tinggalkan gadis yang tak mau mengakui bahwa ia adalah spesies manusia terbucin, mari kita beralih pada Dafa.

Laki-laki itu saat ini sedang berada di perpustakaan; biasalah mau apel dulu sama pacarnya (read : buku).

Dengan kacamata hitamnya yang bertengger di hidung mancungnya, laki-laki itu asyik sendiri dengan dunianya. Tak memperdulikan teman-teman sekelasnya yang ribut sendiri dibelakangnya, karena kebetulan mereka disuruh ke perpustakaan untuk belajar maka berakhirlah seluruh murid XI IPA 1 berada di perpustakaan.

Bukannya diam dan senyap, anak IPA 1 malah grasak-grusuk sendiri. Mana ribut banget, untung saja penjaga perpus sedang keluar. Jika tidak, maka sudah dipastikan semuanya akan diusir paksa oleh si penjaga perpus yang terkenal akan kegalakannya.

"Serius amat baca bukunya, Pak."

Dafa mendengus kesal tatkala mendengar suara yang sudah tak asing lagi ditelinganya, menghela nafasnya dengan kasar kemudian menoleh ke laki-laki dengan baju seragam yang dikeluarkan yang baru saja mendudukkan tubuhnya disampingnya.

"Apa?!" Sentak Dafa, laki-laki itu sebenarnya tak suka diganggu jika sudah berhadapan dengan para buku-buku. Namun si laki-laki yang bisa dikatakan temannya ini malah mengganggu ketenangannya.

Si laki-laki tadi menyengir lebar, setelahnya menumpu tangannya diatas meja. "Santai dulu bro, oh ya gimana kelanjutan hubungan lo sama Lentera?"

"Kepo banget lo Dit!"

Lelaki bername-tag Dito Abimanyu itu tertawa terbahak-bahak, tangannya menepuk-nepuk meja dengan gemas dan heboh.

Dafa hanya bersabar menghadapi tingkah Dito yang menurutnya sangat random bahkan kadang Dafa juga tak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Dito mengingat laki-laki itu sangat aneh menurutnya.

"Jawab dulu dong, lo mah ye ditanya apa malah jawab apa." Omel Dito, bibirnya ia maju-majukan yang langsung membuat Dafa jijik melihatnya.

Dafa menutup kasar bukunya, ia melirik singkat Dito. Ia mengumpat kesal mengapa juga bisa berteman dengan Dito— lelaki yang penuh dengan kebacotan yang selalu merepotkan baginya. "Gue sama Lentera ya gitu, kata Lentera kita temenan aja. Hah! Gue sih maunya balikan, tapi dia nya yang gamau."

"Oh gagal ya? Gimana kalau Lentera buat gue?"


BUGH!!


Dito meringis kesakitan, kepalanya habis dipukul oleh Dafa menggunakan buku dengan tak berperikemanusiaannya.

Benar-benar menyebalkan.

"Coba ulangi, ngomong apa tadi lo hah?!" Dafa menatap tajam Dito, wajahnya mengkerut tak suka.

DATERA ✔ [VERSI AWAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang