Akhiri saja

192 18 0
                                    


"Bodoh ya aku? Masih terus berharap sama kamu, padahal kamu ga perduli sedikitpun."

—SakatonikAbece—














Lentera sudah 5 hari tak sekolah; rasanya semangatnya untuk pergi ke sekolah sudah tidak ada. Gadis itu hanya berdiam diri didalam kamar, mengurung dirinya sesekali menangis keras dan memecahkan beberapa barang hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga.

Seperti sekarang ini, ia melemparkan apapun yang ada disampingnya. Ia berteriak dengan putus asa, rasa kecewanya sangat besar untuk Dafa.

"Daf, hubungan kita ini apa? Kenapa cuman gue yang berusaha pertahanin hubungan ini? Lo kenapa lebih milih Cheryl mulu, Daf? Udah bosen sama gue, ya? Apa saatnya hubungan singkat ini kita akhiri?"

Jika memang Dafa ingin bersama Cheryl, Lentera ikhlas. Lentera lebih tenang jika Dafa melepasnya dan jujur padanya, bukan malah menggantungkannya seperti ini.

Tanpa sadar, Dafa melukai Lentera.




















***






















"Ck, lo kemana sih Ra?" Geram Juwita, gadis itu terus mendial nomer telpon Lentera namun tak kunjung ada jawaban bahkan sepertinya Lentera sengaja menonaktifkan handphonenya. Sahabatnya itu tidak bisa dihubungi selama 5 hari, bahkan Antonio juga sering tidak hadir ke sekolah. Ketika ditanya, Antonio juga seperti menghindar.

"Lo berusaha bikin Dafa nyaman di hubungan ini, tapi lo sendiri harus rela sakit Ra." Gumam Juwita, hatinya tentu sakit jika melihat Lentera yang rela sakit demi mempertahankan hubungannya bersama Dafa.

Ia kemudian menghampiri Dafa, ingin mengajak laki-laki itu bicara soal Lentera.

"Daf, bisa bicara berdua sama lo?" Pinta Juwita; ia tak menoleh sedikitpun kearah Cheryl. Ia muak melihat gadis itu, baru beberapa hari masuk ke sekolah saja sudah membuat banyak masalah. Ck, ingin sekali dirinya menjambak rambut gadis itu.

Bibit lonte itu benar-benar pengacau.

Dafa mengangguk; kemudian mengekor di belakangnya Juwita.

Juwita lebih mengajak Dafa berbicara empat mata di rooftoop, ia menarik nafasnya dalam-dalam.

"Lo masih sayang gak sih sama Lentera, Daf?" Juwita berdiri membelakangi Dafa, matanya menatap lurus pemandangan dibawahnya. Mencoba menjaga nada bicaranya, takut membuat Dafa marah dan menganggap dirinya terlalu ikut campur.

Dafa mengerutkan keningnya. "Kalo gue gak sayang, kenapa gue pacarin. Lo kenapa sih Ju?"

Juwita tertawa sejenak. "Begitu? Kenapa lo ga ada niat sedikitpun nyari dia? Ini udah hari ke-lima dia ga sekolah, Daf?! LO KENAPA LEBIH SERING SAMA CHERYL SIH?!"

Dada Juwita naik-turun, gadis itu sangat emosi saat ini. Bagaimana bisa Dafa sesantai itu, ketika Lentera terlihat kecewa padanya. Dan apakah Dafa buta, jika Lentera terluka karena kelakuannya.

"Dia kan temen gue, Ju. Lagipula gue telpon Lentera ga diangkat. Dia gak aktif, kemarin-kemarin dia ngehindarin gue. Gue ga tau salah gue apa?!"

Dafa mengerang frustasi, memang benar Lentera menghindarinya. Ketika ditanya, ia hanya menjawab gapapa dan gapapa. Ketika Dafa mencoba mendekati Lentera, Lentera menjauhinya dan memilih pergi.

Juwita melirik sinis, gadis itu berdecih. "Dia ngehindarin lo karena salah lo!! Lo mikir ga sih gimana perasaan dia saat tau pacarnya lebih banyak ngasih waktu buat cewek yang katanya cuman temen itu?!"

DATERA ✔ [VERSI AWAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang