Bab 8 | Rumit

310 52 292
                                    

Happy reading, semoga suka dan bermanfaat ya ❤️

“Jika aku bukan pengisi salah satu ruang di hatinya, tolong angkat jangkar ini dan bawa perahu cintaku berlabuh pada pelabuhan terakhir yang terbaik untukku.” 

Perjalanan Cinta Menuju Jannah


Kullu Nafsin Zaikotul Maut.

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kalimat ini sebagai pengingat bahwa setiap makhluk hidup di dunia ini pasti akan merasakan mati.

Pada hakikatnya biasanya manusia ingin melupakan kematian dan hidup selama-lamanya, namun realitanya kematian tidak akan melupakan mereka dan kematian akan datang kepada siapa saja yang bernyawa.

Kematian adalah sebuah takdir yang akan menjemput setiap jiwa. Bahwa kematian tidak tahu kapan datangnya karena ajal datang tanpa aba-aba.

Tua ataupun muda, siap ataupun belum, kematian tidaklah menghiraukannya. Ia datang kapanpun saat waktunya tiba.

Sebagimana firman Allah di dalam Al Qur’an : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Q. S. Ali Imran ayat 185)

Bahwa kehidupan hanyalah kesenangan yang menipu. Menipu dengan kemewahannya, membutakan segala keindahannya dan dunia hanya fana, ibaratkan permainan jadi jangan terlalu serius.

Sungguh, kenikmatan melihat surga adalah keberuntungan yang agung, sebaliknya jika dimasukkan ke dalam neraka telah celaka selama-lamanya dan diuji dengan adzab yang sangat pedih.

Sungguh beruntung bagi seseorang yang sudah mempersiapkan kematian. Semoga kita semua meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, aamin ya rabbal alamin. Segala arti, penjelasan, secara singkat, wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

***

Setelah berpamitan pada orang tua Dira, mereka langsung menuju mobil milik Malik yang sudah siap di depan pintu gerbang. Di mobil hanya ada Malik, Dira, dan Rifa, mereka langsung menuju ke toko emas yang berada di kawasan Malioboro.

Selama perjalanan hanya ada suara canda tawa Dira dan Rifa, mereka sering bertemu di pesantren maka tidak heran kalau keduanya sudah saling mengenal. Saat Rifa ataupun Dira melemparkan candaan, namun Malik hanya sesekali tertawa kemudian fokus menyetir.

Sekitar menempuh perjalanan tiga puluh menit akhirnya mereka sudah tiba di kawasan Malioboro. Hari ini adalah hari Minggu maka tak heran jika kawasan Malioboro sangat ramai, banyak wisatawan yang duduk-duduk sekaligus berswa foto dan jalan-jalan.

Mereka menuju toko emas yang berada di kawasan Malioboro, setelah keluar dari mobil mereka langsung berjalan melewati emperan toko.

Karena posisinya sangat ramai, baik Dira, Rifa, maupun Malik berjalan satu persatu ke belakang sementara depannya pengunjung yang berjalan berlawanan arah.

Sesampainya di sana, Dira dan Rifa antusias memilih-milih cincin, sementara Malik hanya mengikuti mereka dari belakang. Toko ini sangat besar, di sisi kanan dan kiri terdapat etalase berisi perhiasan dengan beraneka macam dan model dan toko ini sangat terkenal, maka tak heran tempat ini ramai dikunjungi.

“Kayaknya ini bagus deh, Mal,” ucap Dira setelah beberapa menit mengelilingi etalase dengan beraneka macam bentuk cincin.

“Jangan panggil ‘Mal’ dong, Mbak Dira. Panggil... Mas Malik, Mas,” timpal Rifa membuat Dira seperti salah tingkah sementara Malik tersenyum samar.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang