Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓
"Jika kau diam, dan menjauh lalu bagaimana caranya aku bertahan? Seolah kepergianku sangat kamu harapkan." - Anonim
Perjalanan Cinta Menuju Jannah
Sebuah motor matic dengan kecepatan tinggi membelah kota pelajar. Di tengah derasnya hujan ditambah angin berhembus kencang saat matahari mulai tenggelam, di sinilah Meisya sekarang.
Meisya tetap mengendarai motornya, tak peduli rintikan hujan yang membasahi mantolnya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Hujan masih mengguyur deras, sederas air matanya jatuh membasahi pipinya.
Senyum lebar ayahnya lagi-lagi membuat air matanya mengalir deras. Slide show kenangan terindah dengan ayahnya seolah terasa nyata baginya. Sungguh, dia tidak mau kehilangan ayahnya.
Flashback on
“Ayahh!!!”
Fadil yang serius membaca koran di ruang tamu itu terlonjak kaget saat putri kecilnya berteriak dari kamar atas. Setelah meletakkan koran dan kaca matanya di meja segera pria itu berlari menuju sumber suara.
Fadil bisa melihat putri kecilnya tengah mengerang kesakitan sembari memegang perutnya. Pria itu mendekat lalu duduk di sebelah putrinya.
“Kamu kenapa, Sya? Sakit?”
Dengan masih menangis, Meisya menjawab, “Tante Mia mana, Yah?”
Bukannya menjawab pertanyaan Meisya, Fadil malah menawarkan bantuan kepada putrinya. “Ayah, anter ke dokter ya?”
Meisya menggeleng keras, air matanya mulai membasahi pipinya. “Meisya, berdarah, Yah. Tolong panggil Tante Mia, Yah,” pintanya.
“Kok bisa?!” Fadil kebingungan sendiri kemudian menyapu seisi kamar putrinya. “Kamu jatuh di mana?”
“Pokoknya, Meisya, berdarah.” Meisya terisak menangis, wajahnya ditenggelamkan di kedua lututnya yang ditekuk.
“Tante Mia!” teriak Meisya ketika melihat sosok wanita berjilbab hitam itu buru-buru mendekatinya.
Mengerti kode adik iparnya, Fadil meninggalkan kamar Meisya. Dia memberikan ruang bagi Meisya dengan tantenya untuk berbicara. Di depan kamar putrinya, Fadil mondar-mandir menunggu pintu dibuka.
Sampai akhirnya muncul Meisya dengan tantenya di depan pintu kamar.
“Meisya kenapa, Mia?” tanya Fadil seraya mengecek keadaan putrinya.
“Meisya, lagi datang bulan, nggak usah dibawa ke dokter,” katanya.
Fadil menghela napas lega. Dia sudah khawatir Meisya kenapa-kenapa, ternyata Meisya datang bulan untuk pertama kalinya.
“Minum air putih yang banyak terus jangan makan yang pedas-pedas dulu,” pesan Tante Mia yang diangguki Meisya.
“Kalau ada apa-apa panggil, Tante, ya... Tante di bawah.”
“Makasih, Tan,” ucap Meisya yang diangguki tantenya sebelum meninggalkan dia dengan ayahnya.
“Ayahh,” ucapnya lalu menghampiri ayahnya dan memeluknya erat.
Fadil menyamakan tinggi putrinya seraya memeluk erat dan mengelus-elus puncak kepala putrinya.
“Bunda dulu pernah bilang kan, tanda baligh seorang perempuan dimulai datangnya datang bulan atau haid?” ucapnya yang diangguki putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]
Romance"Bagaimana rasanya memendam perasaan pada seseorang yang dulu kuanggap sebatas teman?" Jadilah wanita seperti Fatimah yang menjaga kesucian cintanya hingga setan saja tidak mengetahui. Begitu pula dengan Ali, jadilah pria yang berani melamar putri...