Bab 4 | Keputusan

361 60 247
                                    

Happy reading, semoga suka dan bermanfaat ya ❤️


“Ikhlas memang tidak mudah karena untuk mencapai titik itu perlu pengorbanan dan beribu pilu kesakitan sampai akhirnya mulut dan hati sama-sama sinkron dengan kata ikhlas.” 

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

Waktu menunjukkan pukul setengah empat, selesai mengajar, Malik menuju kantor untuk beres-beres persiapan pulang, namun ia disuruh menemui Pak Radit di ruangannya.

Setelah ada jawaban salam dan diperbolehkan masuk oleh Pak Radit kemudian Malik memasuki ruang kepala sekolah.

Ruangan berukuran 6×7 m ini memiliki meja yang sangat besar dan terpampang jelas nama lengkap Pak Radit beserta gelarnya di papan nama sebagai identitas jabatan kepala sekolah. Ruangan ini cukup sunyi dengan harum pewangi ruangan yang terpasang di AC.

“Silakan duduk, Pak Malik,” ujar Pak Radit seraya tangan kanannya mempersilakan.

“Nggih, Pak,” balas Malik seraya mengangguk kemudian menarik kursi lalu mendaratkan pantatnya. Terjemahan – “Iya, Pak.”

“Begini, Pak, saya ingin merayakan ulang tahun sekolah kita dengan acara baksos. Nah, saya meminta, Pak Malik, untuk menjadi ketua panitia acara baksos, bagaimana, Pak? Keberatan atau tidak?”

“Insya Allah, Pak, saya bersedia menjadi ketua panitia,” balas Malik seraya mengangguk.

“Alhamdulillah, saya minta ,Pak Malik, mengumpulkan seluruh anggota OSIS untuk mengadakan rapat besok saat pelajaran jam ketiga dan keempat untuk membahas pelaksanaan baksos.”

“Baik, Pak, kalau daftar guru yang ikut panitia acara baksos siapa saja, Pak?”

“Ini menurut saya jika Pak Malik ada tambahan silakan,” ucap Pak Radit seraya menyerahkan map yang berisi nama-nama guru serta rencana pelaksanaan baksos.

Malik menerima map itu lalu membukanya, tak lama ia mengangguk seraya tersenyum simpul. “Saya setuju, Pak, berarti tinggal besok dirapatkan saja semua acaranya.”

“Iya, Pak Malik, saya mohon bantuannya.”

“Baik, Pak, kalau begitu saya izin pamit. Assalamualaikum,” pamit Malik lalu bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya kepada Pak Radit.

Pak Radit menjabat tangan Malik seraya tersenyum hangat. “Walaikumsalam.”

Setelah keluar dari ruang kepala sekolah kemudian Malik kembali menuju kantor untuk mengambil laptop dan beberapa bukunya.

Malik menyapa sekaligus menjawab salam dari guru-guru yang kebetulan berpapasan saat ia menuju kantor.

***

Karena tadi ada kendala dalam mengajar sehingga Meisya baru saja bisa mengakhiri pelajaran. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, lampu-lampu di koridor sekolah sudah mulai dinyalakan dengan sedikit cepat langkah Meisya sudah berada di kantor.

“Untung aja Mbak Syifa belum pulang,” ucap Meisya seraya membereskan tumpukan buku yang mau ia bawa ke perpustakaan.

“Barusan nyelesain laporan bentar, yuk pulang,” ajak Mbak Syifa kemudian bangkit dari duduknya lalu menggendong tas ranselnya.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang