Bab 16 | Kemarahan Dokter Irsyad

246 36 131
                                    

Happy reading, semoga suka dan bermanfaat ya ❤️

"Perlakuannya mungkin cuek dan tidak peduli. Namun, saat wanita yang melahirkannya sedang tidak baik-baik saja, percayalah sekujur tubuhnya diselimuti rasa khawatir teramat dalam."

Perjalanan Cinta Menuju Jannah


Sore yang begitu indah, ditambah ufuk barat dengan semburat warna jingga yang memesona dan matahari yang mulai kembali ke peraduannya.

Angin berhembus sepoi-sepoi menyapa pepohonan di kanan dan kiri jalan.

Tiga wanita dengan usia yang sama tengah mengobrol seraya menikmati jalanan. Di dalam mobil matic berwarna putih itu terdapat Meisya, Awa, dan Dira. Mobil itu melaju ke sebuah panti tak jauh dari rumah Awa.

Panti dekat rumah Awa akan mengadakan pengajian bulanan karena mereka sudah lama ikut berpartisipasi memajukan panti maka mereka juga tidak ketinggalan untuk membantu acara yang berlangsung hari ini.

Tadi malam Meisya sudah izin kepada ayahnya bahwa besok dia akan pulang sedikit terlambat.

Ayahnya mengizinkan Meisya dengan teman-temannya turut membantu panti dalam menyelenggarakan pengajian bulanan.

Lebih kurang empat puluh lima menit perjalanan, mobil milik Awa telah sampai di halaman panti. Pengajian dilaksanakan nanti malam sehingga sore ini mereka sudah tiba di panti.

Setelah menyapa anak-anak panti yang sedang bermain kemudian mereka langsung menuju dapur untuk membantu ibu panti menyiapkan makanan untuk pengajian nanti malam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap mereka kompak membuat ibu panti refleks menoleh ke arah pintu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balas wanita berjilbab merah dengan senyuman hangatnya, yang tak lain tak bukan adalah ibu panti.

Kemudian Shafa, ibu panti, langsung menyambut kedatangan mereka. Setelah berbasa-basi dan mengobrol sebentar lantas mereka langsung menyibukkan diri di dapur.

Meisya sibuk menyiapkan kue dan menata snack ke dalam kotak kardus. Sementara Awa dan Dira sibuk membuat minuman kemudian menuangkan ke dalam belasan gelas.

"Terima kasih banyak ya kalian sudah membantu untuk pengajian nanti," ucap Shafa seraya menutup kotak kardus berisi snack.

"Sama-sama, Bu. Meisya, dengan senang hati membantu," balas Meisya sepadan dengan jawaban Awa dan Dira membuat Shafa tersenyum hangat.

"Ini dimakan ya, kasihan kalian capek-capek kerja terus langsung membantu, Ibu," pinta Shafa seraya menaruh piring berisi kue dan minuman es sirup ke meja makan.

"Iya, Bu, nanti, Meisya, makan," balas Meisya seraya menoleh kemudian kembali sibuk menyiapkan kue.

Dua puluh menit berlalu Meisya, Awa, dan Dira sudah duduk di kursi makan. Mereka melahap beberapa kue seraya mengobrol dan bercanda untuk menghilangkan rasa lelah.

"By the way lusa ada gala premiere film terbaru adaptasi dari novel. Novelnya terbitan dari penerbitku, aku ada tiket nih, kalian mau ikut?" kata Awa membuat bola mata Meisya berbinar-binar.

"Film romance-islami, Wa?" tanya Meisya yang diangguki sebagai jawaban oleh Awa.

"Asyik!" seru Meisya. Tiga detik kemudian. "Eh aku izin ayah dulu deh, soalnya pasti filmnya selesainya malam, takut enggak diizinin nanti."

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang