Bab 13 | Retaknya Kebahagiaan

239 41 134
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat ya ❤️

Sejauh apapun kamu pergi, keluarga adalah tempatmu kembali

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

"Sya, potongin kuenya ya. Tante, panggil Om Haris sama Yahya suruh menggelar karpet" ucap Tante Mia seraya meletakkan pisau di piring lalu meninggalkan dapur.

"Oke, Tan," balas Meisya seraya mengacungkan jempolnya.

Hari minggu ini ada pengajian rutin di rumah Meisya, sedari tadi Meisya dan Tante Mia sibuk di dapur mempersiapkan makanan untuk pengajian nanti. Sedangkan Om Haris, Pak Fadil, Yahya, dan Bilal menata ruang tamu.

Pengajian dimulai setelah dzuhur, yang datang biasanya ibu-ibu yang berada di lingkungan rumahnya.

Selesai salat Dzuhur, Meisya kembali ke dapur untuk mempersiapkan hidangan sekaligus sudah siap memakai gamis berwarna biru muda dengan jilbab senada.

"Hayo, Bilal, ngapain?"

Pertanyaan mengejutkan dari Meisya membuat bocah berusia sepuluh tahun itu mengembalikan kue yang diambil lalu ditaruh ke piring semula.

Bilal hanya tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mengerti dengan sikap Bilal seperti itu membuat Meisya mengambil sebuah kardus yang terdapat sisaan kue.

"Ini aja yang dimakan, bagiin sama Yahya," ucap Meisya menyodorkan sekotak kardus kue.

"Oke, Mbak Meisya, siap," balas Bilal lalu mengambil kue kemudian berlari menuju ruang tamu.

Meisya hanya geleng-geleng kepala melihat Bilal lari menuju ruang tamu sambil memanggil kakaknya, terlihat keduanya langsung duduk di atas karpet seraya makan kue dengan enaknya.

Sekitar pukul satu kurang lima belas menit, ibu-ibu sudah mulai berdatangan. Begitu pula Meisya yang sudah berdiri di depan pintu untuk menyambut ibu-ibu.

Tak lama pengajian dimulai lalu Meisya ikut duduk di samping Tante Mia bersama ibu-ibu yang lain.

Pukul setengah tiga tepat pengajian sudah selesai, setelah mengobrol-ngobrol dan menikmati hidangan kemudian ibu-ibu berpamitan pulang.

Tak lupa keluarga Meisya membawakan sekotak berisikan snack dan membawakan beberapa makanan yang ada di piring.

"Sya, nanti bawain kue ini ke rumah Dokter Irsyad ya," ucap Tante Mia seraya memberikan sekotak makanan berisikan snack pada Meisya.

"Pakai motor, Tante, aja," lanjutnya.

"Se-sendirian, Tan?"

Pertanyaan Meisya membuat Tante Mia menaikkan alisnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan Meisya.

"Iya, Sya. Lagian di rumah Dokter Irsyad ramai, ada pembantunya sama tukang kebunnya, kan?"

"Sendirian enggak apa-apa kan? Ayah, mau ke pesantren bawa makanan ini ke Pak Ustaz sekalian mengambil barang yang kemarin tertinggal," ucap Fadil yang tiba-tiba muncul di pintu dapur.

"Kalau suruh milih mending ke pesantren aja, bisa ngobrol-ngobrol sama Umi Annisa atau enggak Rifa," batin Meisya.

"Be-beneran, Yah, Meisya harus sendiri?" tanya Meisya dengan raut wajah memelas dan menampilkan puppy eyesnya.

Fadil mengangguk yakin lalu mengelus puncak kepala Meisya kemudian mengambil dua kotak kardus dan pergi meninggalkan dapur.

Melihat sikap ayahnya yang begitu yakin mau tak mau Meisya menuruti permintaan ayahnya. Setelah mengambil dua kotak berisi snack kemudian Meisya berpamitan pada Tante Mia.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang