Bab 29 | Mengikhlaskan?

194 28 60
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

"Bahagiamu akan selalu menjadi bahagia saya meskipun kamu bahagia atas hal lain."

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

"Syad... Masih adakah aku di hatimu?"

Lagi-lagi Dokter Irsyad terdiam. Pernyataan dan pertanyaan dari Kayra membuat hatinya hampir saja goyah.

Bukan menghina soal fisik, memang Kayra tidak banyak berubah dan wajahnya tampil sempurna, tetapi Meisya masih menang di hatinya.

Benteng kemarahan itu seolah runtuh. Setelah mendengar penjelasan dari Kayra bahwa dia dekat dengan Byan itu karena kakak Byan adalah dokter yang menangani penyakit Kayra. Memang Kayra menjauh dan lost contact karena dia fokus menjalankan pengobatan di luar negeri.

"Apakah kamu masih mencintaiku?"

"Lupa ya dulu saya nunggu kamu? Kenapa enggak pernah kasih kabar?" Kini Dokter Irsyad berbalik tanya. Pria itu membelakangi Kayra dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

"Maaf kalau aku nyembuiin ini dari kamu... Aku benar-benar mau fokus untuk melawan penyakitku," akunya. Tiga detik kemudian. "Bolehkah kamu jadi support systemku kayak dulu lagi?"

Dokter Irsyad membalikkan tubuhnya, dia tersenyum kecut. "Saat itu saya butuh kamu karena keluarga saya lagi kacau, tapi justru kamu pergi tanpa meninggalkan kabar... Apa mungkin kamu jadi support system saya lagi?"

Kayra meraih lengan Dokter Irsyad, mencegah pria itu agar tidak pergi terlebih dahulu. "Syad, beneran aku dulu pergi karena fokus untuk pengobatan... Tapi aku harap kamu jadi support systemku kayak dulu lagi."

Dokter Irsyad melepaskan tangan Kayra yang meraih lengannya, sebelum pergi dia mengatakan sesuatu. "Maaf saya bukan support system kamu lagi... Ada hati yang harus saya jaga."

***

Meisya merasakan ada sentuhan halus di punggung tangannya. Matanya mulai mengerjap, memandang langit-langit ruang inap berwarna kuning akibat sinar mentari yang menerobos masuk melalui jendela.

Pandangannya jatuh pada ayahnya yang tersenyum ke arahnya. Pria itu mengelus-elus puncak kepala Meisya.

Ya, akhirnya doanya terkabul. Tadi malam ayahnya siuman dan yang lebih melegakan kondisi ayahnya semakin membaik membuat dokter memutuskan untuk dipindahkan ke ruang inap.

Meisya sangat bersyukur karena Allah masih memberikan kesehatan untuk ayahnya, begitu pula dia diberi kesempatan untuk berbakti kepada ayahnya.

"Udah bangun?" tanya Fadil yang diangguki oleh Meisya.

Meisya meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis bangun tidur seraya menguap. Alangkah terkejutnya ketika dia menoleh ke arah kanan mendapati seorang pria berkemeja abu-abu dibalut jas putih kebanggaan para dokter itu terkekeh menatapnya.

Meisya langsung menenggelamkan wajahnya dibalik selimut ayahnya. Sungguh, dia sangat malu karena muka bantalnya. Duh mau taruh di mana mukaku? Pasti dokter kutub mengejek muka bantalku.

"Loh kok tidur lagi? Ada, Nak Irsyad, tuh," ucap Fadil.

Meisya mendekati ayahnya lalu mengucapkan sesuatu tepat di telinga ayahnya. "Kok, Ayah, enggak bilang kalau ada Dokter Irsyad? Aduh muka, Meisya, mau taruh di mana?" resahnya.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang