Bab 25 | Hello My Ex

176 27 57
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

"Sebelum kita sejauh mentari dulu kita pernah sedekat nadi." - Anonim

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

"Ishh ini mulut kok enggak bisa diajak kerja sama... Malu sendiri kan jadinya," gerutu Meisya sebal.

Setelah mematikan telpon secara sepihak membuat Meisya merutuki dirinya sendiri, dia sampai tidak sadar kalau yang mengangkat telpon ayahnya adalah Dokter Irsyad.

Meisya melirik arloji hitam yang melingkar di tangan kirinya, sekarang menunjukkan pukul lima sore dan terlebih lagi semula hanya rintikan kini menjadi deras. Dengan cepat Meisya memasukkan beberapa berkas ke dalam tas ranselnya.

Karena tidak membawa payung alhasil Meisya menepi di emperan toko sembari menunggu jemputan ayahnya karena dia sudah bilang lewat Dokter Irsyad.

Namun, sudah hampir setengah enam ayahnya tak kunjung datang membuat Meisya ingin menelpon tetapi malas bila yang menerima adalah Dokter Irsyad.

"Naik taksi aja deh kalau gini," ucap Meisya.

Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Meisya menerobos di tengah-tengah hujan deras, hanya tangannya diangkat ke atas kepala sebagai pencegah air hujan membasahi tubuhnya. Perlahan Meisya mulai menyebrang ketika lampu pejalan kaki berwarna hijau.

Yang semula rintikan hujan itu seperti jarum yang menusuk tubuhnya, namun kini Meisya merasakan ada seseorang di belakangnya membuat dia mendongak ternyata seseorang itu memakai payung untuk Meisya bukan dirinya.

Ketika sudah menyebrangi jalan, Meisya membalikkan tubuhnya mendapati seorang pria berkaus putih dibalut outer jaket denim dengan topi hitam di kepalanya. Loh ini siapa?

"Pakai payungnya, ikuti saya," suara bariton yang tak asing baginya seketika membuyarkan lamunan Meisya.

"Do-dokter nga--"

"Pegang," titahnya seraya menyodorkan payung yang dipakainya pada Meisya.

"Maaf, Dok, saya mau nunggu ayah saya... Terima kasih atas tawarannya," ucap Meisya kemudian berlari kecil untuk meneduh di bawah pohon.

"Pakai payungnya, saya enggak nerima penolakan," ujar Dokter Irsyad membuat Meisya ragu-ragu menerima payung itu.

"Ikuti saya, jangan kabur."

Meisya meneguk salivanya dengan kasar kita mendengar nada tegas yang keluar dari mulut Dokter Irsyad. Perlahan tapi pasti, Meisya mulai menyusul langkah Dokter Irsyad yang sudah berjalan duluan.

Langkah kakinya terhenti di depan mobil berwarna putih. Ini mobilnya Dokter Irsyad?

"Ngapain di situ? Masuk," titahnya yang dijawab gelengan oleh Meisya.

Tiba-tiba ada yang membuka jendela kaca mobil di sebelah Meisya menampilkan seorang gadis yang tak asing baginya.

"Halda?"

Gadis itu tersenyum mengangguk. "Masuk, Kak, nanti kehujanan loh," ucapnya.

Meisya masih bengong sendiri antara masuk ke mobil Dokter Irsyad atau tidak. Ini maksudnya Dokter Irsyad mau nganter?

Yang semula Dokter Irsyad sudah masuk mobil kini keluar mobil kemudian membuka pintu mobil untuk Meisya.

"Ck, masuk," ujarnya dengan sorot matanya tajam.

Dengan ragu-ragu Meisya mengangguk lalu duduk di jok belakang sementara Halda berada di depan, samping Dokter Irsyad.

"Tenang aja, Kak... Bang Irsyad pasti nganterin Kak Meisya sampai rumah dengan selamat," ucap Halda ketika Meisya baru saja mendaratkan pantatnya.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang